SOLOPOS.COM - Sketsa seniman Italia abad ke-16 atas memedi Jawa, wewe (en.wikipedia.org).

Memedi Jawa hidup dalam mitologi suku terbesar di Indonesia itu. Salah satu memedi Jawa yang cukup terkenal adalah wewe. Mitos yang paling dikenal darinya adalah gemar menculik anak-anak.

Solopos.com, SOLO — Masyarakat suku Jawa akrab dengan memedi atau hantu, salah satunya adalah wewe yang terkenal sebagai memedi yang gemar menculik anak-anak. Wewe yang terbilang paling kondang adalah wewe dari Gombel, salah satu kawasan di perbukitan Kota Semarang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut pemaparan dalam en.Wikipediao.org, sosok hantu wanita bernama wewe bukan hanya dikenal dalam mitologi Jawa, tetapi mitologi Sunda pun memercayainya. Konon, munculnya mitos tentang hantu wewe berasal dari sebuah cerita rakyat kuno yang terjadi di Bukit Gombel, Semarang, Jawa Tengah.

Kabarnya, ketika itu ada sepasang suami istri yang telah menikah selama bertahun-tahun. Namun, karena sang istri kedapatan mandul sehingga tidak mampu memberikan keturunan, maka perilaku sang suami pun berubah.

Suami Selingkuh
Suami tersebut kabarnya sampai meninggalkan istrinya dalam waktu yang cukup lama, sehingga membuat sang istri merasa sedih dan terpukul. Pada suatu ketika, istri tersebut tanpa sengaja menemukan jejak sang suami dan mengikuti langkah kepergiannya.

Tanpa pernah terduga sebelumnya, ternyata sosok lelaki yang ia cintai dan nanti-nantikan setelah lama menghilang itu justru bersama wanita lain. Mereka bahkan ia pergoki sedang berhubungan badan.

Terluka karena pengkhianatan yang dilakukan suaminya, sang istri kemudian menjadi marah besar hingga membunuh suaminya. Akibat pembunuhan yang dilakukannya, istri tersebut dikecam tetangga-tetangganya. Ia dihina dan dikucilkan. Merasa tak kuat oleh sanksi sosial yang diterima, ia bunuh diri.

Mati Tak Wajar
Oleh karena kematiannya tidak wajar, roh dari wanita itu diyakini gentayangan dan dikenal sebagai hantu wewe. Dan karena cerita itu berasal dari daerah Gombel, Semarang, maka ia lebih dikenal dengan julukan wewe Gombel.

Sedangkan, dalam id.Wikipedia.org dijelaskan bahwa hantu wewe Gombel yang berasal dari sebuah bukit di kawasan Gombel, Semarang itu berasal dari orang-orang mati di daerah tersebut akibat pembantaian di masa penjajahan Belanda. Sementara itu, Suwardi Endraswara, guru besar Pendidikan Bahasa Jawa pada Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Dunia Hantu Orang Jawa: Alam Misteri, Magis, dan Fantasi Kejawen (2004), bahwa hantu wewe pernah begitu ditakuti sekali pada era penjajahan. Bahkan sosok hantu wewe pernah diabadikan dalam Serat Sabda Pranawa, pada zaman pujangga besar R.Ng. Ranggawarsita.

Pencuri Bocah
Lebih lanjut dalam id.Wikipedia.org dijelaskan, wewe Gombel merupakan istilah dalam tradisi Jawa yang berarti roh jahat atau hantu yang suka mencuri anak-anak, namun tidak memiliki niat untuk mencelakai anak tersebut. Pendapat serupa pun terdapat dalam akun Facebook bernama Cerita Dunia Gaib.

Melalui catatan dalam akun Facebook tersebut yang berjudul Sejarah Asal Usul Wewe Gombel (2011) dijelaskan bahwa konon anak yang dicuri itu biasanya anak-anak yang ditelantarkan dan diabaikan oleh orang tuanya. Untuk itulah, hantu wewe menculik anak dari orang tua yang tak acuh guna menakut-nakuti si orang tua agar sadar dan peduli lagi kepada anaknya. Apabila orang tua telah merasa sadar, maka hantu wewe pun akan mengembalikan anak tersebut.

Hantu Tua

Sketsa seniman Italia abad ke-16 atas memedi Jawa, wewe (en.wikipedia.org).

Sketsa seniman Italia abad ke-16 atas memedi Jawa, wewe (en.wikipedia.org).

Pendapat mengenai perilaku wewe Gombel yang mampu menculik anak-anak itu dijelaskan pula oleh Suwardi Endraswara. Melalui buku Dunia Hantu Orang Jawa: Alam Misteri, Magis, dan Fantasi Kejawen (2004), guru besar Pendidikan Bahasa Jawa pada Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) itu menjelaskan wewe Gombel tergolong sebagai hantu tua penyambar anak-anak yang berjalan sendirian di waktu sore hari.

Sebutan lain dari wewe Gombel menurut Suwardi Endraswara adalah wewe putih. Menurutnya, wewe Gombel itu juga merupakan istri hantu genderuwa.

Selain itu, ada yang berpendapat bahwa anak-anak yang diculik oleh wewe Gombel akan diberi makan kotoran manusia. Jika si anak menolak memakannya, maka wewe Gombel akan menyuapi kotoran manusia itu secara paksa. Cara lainnya, wewe Gombel akan memberikan halusinasi kepada anak-anak tersebut, yang membuat kotoran manusia itu akan terlihat layaknya makanan lezat hingga dimakan secara sukarela. Tujuan wewe Gombel tega melakukan itu kabarnya agar anak tersebut menjadi bisu dan tidak bisa menceritakan apa yang telah ia alami bersama si wewe, kepada orang lain.

Menakut-nakuti Anak

Lukisan rekaan wewe Gombel pada laman ekoprastowo.com (ekoprastowo.com)

Lukisan rekaan wewe Gombel pada laman ekoprastowo.com (ekoprastowo.com)

Kendati terdapat pemaparan yang jelas mengenai asal muasal dan perilaku sosok wewe Gombel, namun ada pula yang berpendapat bahwa cerita hantu wewe Gombel dipercaya para orang tua zaman dahulu hanya untuk menakut-nakuti anak mereka, agar tak keluar di kala senja atau malam hari.

Pendapat demikian sebagaimana yang dipaparkan dalam id.Wikipedia.org, bahwa menurut cerita yang berkembang di masyarakat, wewe Gombel dipercaya untuk menakut-nakuti anak-anak agar mereka tidak berkeliaran di malam hari. Sebab, pada masa lalu, keadaan malam amat gelap gulita dan amat berbahaya karena hewan buas bisa jadi memasuki kawasan perkampungan. Oleh karena itu, mitos wewe Gombel diciptakan untuk menyelamatkan anak-anak dari ancaman bahaya kegelapan malam tersebut.

Cerita Rekaan?
Anggapan bahwa wewe Gombel hanya sebatas cerita rekaan pun dipaparkan dalam blog beralamat Anehdidunia.com (2012). Dalam blog tersebut dijelaskan bahwa sebelumnya sosok wewe Gombel ini merupakan mitos semata, yang kala itu diceritakan kepada anak-anak agar tidak berkeliaran di luar rumah pada malam hari.

Jika anak-anak masih keras kepala untuk keluar atau masih bermain di luar rumah pada malam hari, maka akan diculik oleh kolong wewe atau wewe gombel tersebut. Dengan mitos tersebut maka anak-anak diharapkan menjadi takut dan tidak keluar pada malam hari.

Wewe gombel itu digambarkan sebagai sosok perempuan tua yang wajahnya penuh dengan keriput, rambutnya putih, penampilannya acak-acakan dengan payudaranya yang panjang dan amat menjijikan.

Wewe di Bali



Jika masyarakat Jawa dan Sunda mengenal mitos wewe Gombel sebagai sosok penculik anak kecil yang digambarkan layaknya wanita tua, berpayudara besar, dan berpenampilan acak-acakan, maka di Bali pun dikenal sosok makhluk halus dengan gambaran serupa bernama rangda.

Rangda yang dalam bahasa Jawa kuno berarti randa atau janda itu merupakan ratu dari para leak dalam mitologi Bali. Makhluk yang dianggap menakutkan ini diceritakan kerap menculik anak kecil hingga memangsanya. Ia pun digambarkan sebagai sosok yang memimpin pasukan nenek sihir jahat yang melawan Barong. Sosok rangda pun digambarkan sebagai wanita tua yang tatanan rambutnya berantakan serta memiliki payudara yang terjumbai dan memiliki cakar pula.

Kendati dianggap sebagai sosok yang jahat, sosok rangda tetap dianggap sebagai kekuatan pelindung di beberapa kawasan tertentu dari Bali. (Azizah/JIBI/Solopos.com)

 

BACA JUGA:
Wewe Punya Saudara Memedi di Berbagai Belahan Bumi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya