SOLOPOS.COM - Ilustrasi jelangkung (Kaskus.com)

Memedi Jawa ini bukan hanya dikenal oleh masyarakat Jawa, namun juga oleh sebagian masyarakat suku lainnya di Nusantara.

Solopos.com, SOLO — Kata “boneka” tentu mengingatkan pada perwujudan sosok lucu nan menawan. Namun, sebagaian orang tampaknya telah mengetahui bahwa tak semua boneka membawa keceriaan, termasuk jelangkung dan nini thowong yang dalam mitologi digolongkan sebagai boneka berhantu.

Promosi Safari Ramadan BUMN 2024 di Jateng dan Sulsel, BRI Gelar Pasar Murah

Beberapa boneka seperti Annabelle, Robert, dan Pupa mendunia sebagai boneka yang bukan lucu ataupun menawan, melainkan dikenal sebagai sosok menyeramkan. Dalam mitologi Jawa pun terdapat perwujudan boneka yang sosoknya diyakini tak kalah menyeramkan.

Suwardi Endraswara, guru besar Pendidikan Bahasa Jawa pada Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) melalui bukunya yang berjudul Dunia Hantu Orang Jawa: Alam Misteri, Magis, dan Fantasi Kejawen (2004) memaparkan, beberapa boneka yang diyakini berhantu dan menyeramkan adalah jelangkung dan thothokkerot. Keduanya dinilai berhantu dan menyeramkan karena kecenderungan pembuatan dan penggunaan kedua boneka tersebut sebagai media dalam menampung roh halus.

Roh halus yang telah merasuk dalam boneka-boneka itu bahkan dianggap mampu mewujudkan keinginan dari pemilik boneka itu. Pemilik boneka itu, biasanya sekaligus sebagai pelaku ritual dalam pemanggilan roh halus yang merasuki bonekanya.

Selanjutnya, mari mengenal lebih jauh kedua boneka yang dinilai menyeramkan dalam mitologi Jawa tersebut. (Azizah/JIBI/Solopos.com)

Ekspedisi Mudik 2024

 

KLIK DI SINI untuk mengenal jelangkung

Jelangkung Boneka Tempurung Kelapa

Jailangkung, boneka berhantu dari tempurung kelapa (Avanoustic.com)

Jailangkung, boneka berhantu dari tempurung kelapa (Avanoustic.com)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi jelangkung adalah boneka atau orang-orangan yang tangannya dilengkapi alat tulis, digunakan untuk memanggil arwah dan jika arwah itu telah masuk ke dalam boneka tersebut. Karena itulah bakal ada tanya jawab yang dilakukan pelaku ritual dengan arwah yang ada dalam boneka jelangkung tersebut.

Jawaban yang akan diberikan sang arwah yang merasuki boneka jelangkuing kemudian diberikan melalui tulisan tangan boneka tersebut. Sedangkan permainan atau ritual dengan cara memanggil roh orang yang sudah meninggal atau makhluk halus itu disebut jalangkung.

Sementara itu, menurut Suwardi Endraswara dalam bukunya yang berjudul Dunia Hantu Orang Jawa: Alam Misteri, Magis, dan Fantasi Kejawen (2004) itu, jelangkung (jalangkung) merupakan hantu buatan manusia. Hantu itu dibuat dari jantung (bunga) pisang, lalu dihias sedemikian rupa hingga menyerupai manusia.

Suwardi pun mengatakan, jelangkung dapat bermediakan boneka. Badan dari boneka itu dapat dibuat dari bambu dan kepalanya dari bathok siwur (tempurung besar).

Menurut Suwardi, pemanggilan roh dalam jalangkung dapat melalui ritual kecil-kecilan. Jika ritual tersebut berhasil, tangan jelangkung dapat menulis apa saja yang pelaku ritual itu inginkan.

Lebih lanjut Suwardi menjelaskan, kemampuan jelangkung (jalangkung) yang mampu menuruti keinginan manusia itu dikarenakan kerasukan lelembut atau makhluk halus.

Selain jelangkung dan jalangkung, ada pula yang mengistilahkan ritual dengan boneka berhantu tersebut dengan sebutan jailangkung. Seperti halnya yang terdapat dalam situs Wikipedia.org. Dalam Wikipedia.org dipaparkan, bahwa jailangkung merupakan sebuah permainan tradisional Nusantara yang berupa ritual supranatural.

Permainan jailangkung umumnya dilakukan sebagai ritual untuk memanggil entitas supranatural. Media yang digunakan untuk menampung makhluk halus atau entitas supranatural itu berupa gayung penciduk air yang zaman dahulu terbuat dari tempurung kelapa dengan gagang yang terbuat dari kayu. Gayung itu kemudian didandani dengan mengenakan pakaian dan bergagang batang kayu.

Selain itu, pemaparan lebih lanjut dalam Wikipedia.org menjelaskan bahwa sebutan jailangkung yang mengarah pada ritual mistis itu menyerap dari ritual kepercayaan tradisional Tionghoa zaman dahulu kala, yang kabarnya kini telah punah. Ritual kepercayaan itu bernama Cay Lan Gong. (Azizah/JIBI/Solopos.com)

KLIK DI SINI untuk mengenal Cay Lan Gong

Cay Lan Gong Boneka Keranjang

Boneka Jelangkung (Tumblr.com)

Boneka Jelangkung (Tumblr.com)

Diceritakan bahwa konon ritual Cay Lan Gong itu berkaitan dengan keyakinan terhadap kekuatan dewa Poyang dan Moyang (mirip istilah ”nenek moyang”) yang disebut Cay Lan Gong (dewa keranjang) dan Cay Lan Tse yang dipercaya sebagai dewa pelindung anak-anak. Selain itu ada pula yang berpendapat bahwa Cay Lan Gong bermakna ”datuk keranjang sayur”, sebagaimana penjelasan dalam blog beralamat lu-nu.blogspot.com (2015). Cay Lan Gong pun menjadi ritual yang kerap dimainkan oleh anak-anak remaja di Tionghoa saat festival rembulan.

Ritual Cay Lan Gong menggunakan boneka keranjang sebagai media untuk menampung roh dari dewa poyang dan moyang yang ”dipanggil” dalam ritual itu. Boneka keranjang itu dibentuk sedemikian rupa agar tangannya dapat digerakkan. Pada ujung tangan boneka keranjang itu diikatkan sebuah alat tulis, biasanya kapur. Selain itu, boneka keranjang tersebut juga diberi pakaian layaknya manusia dan pada bagian lehernya disematkan kalung kunci. Kemudian, boneka keranjang itu dihadapkan ke sebuah papan tulis, bersamaan dengan dibakarnya dupa.

Pelaku ritual kemudian melontarkan pertanyaan pada boneka keranjang yang menjadi media dalam ritual Cay Lan Gong itu. Pertanyaan yang dilontarkan adalah siap atau tidak untuk diberi pertanyaan. Ketika telah merasa siap dan setuju, maka boneka keranjang itu akan menjadi terasa berat. Bertambahnya berat boneka keranjang tersebut disinyalir karena roh dewa atau makhluk halus telah merasuk dalam boneka keranjang tersebut. Selanjutnya, cara boneka keranjang itu menjawab pertanyaan pelaku ritual adalah dengan menulis jawabannya pada papan tulis yang telah disediakan.

Sebab ritual asal Tiongkok itu dikabarkan telah punah, sebagian orang menduga bahwa nama dan ritual Cay Lan Gong tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi jailangkung, jalangkung ataupun jelangkung. (Azizah/JIBI/Solopos.com)

KLIK DI SINI untuk memaikan jailangkung

Cara Memainkan Jailangkung

Cara memainkan boneka berhantu dalam film Jelangkung (Youtube.com)

Cara memainkan boneka berhantu dalam film Jelangkung (Youtube.com)

Masih bersumber Wikipedia.org, permainan jalangkung ini biasanya dilakukan oleh tiga orang yang terdiri dari dua orang pemegang boneka jelangkung dan seorang pawang yang membaca mantra. Permainan ini kebanyakan dilakukan di tempat yang diyakini angker dan biasanya di waktu senja.



Seperti permainan dalam Cay Lan Gong, jalangkung biasanya dimainkan secara beramai-ramai pada saat terang bulan. Dan bila makhluk halus tersebut datang, maka akan memperkenalkan dirinya dan bercerita dengan menggunakan bantuan alat tulis. Selanjutnya, para pelaku ritual akan mengajukan pertanyaan berupa siapa nama makhluk tersebut, tahun berapa ia meninggal dan apa penyebab meninggalnya. Pertanyaan lain bahkan berkaitan dengan peruntungan masa yang akan datang ataupun tentang nomor keberuntungan dalam perjudian.

Seiring dengan berjalannya waktu, permainan ini menjadi cukup sederhana. Jalangkung dapat dilakukan hanya dengan menggunakan jangka disertai gambar lingkaran, lengkap dengan huruf abjad yang tergambar dalam kertas. Dan diiringi pula sebuah mantra sederhana.

Mantra dalam jalangkung pun dapat dengan berbagai macam bahasa, seperti bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, bahkan Tionghoa. Berikut variasi mantra berdasarkan daerah-daerah tersebut.

Mantra dalam Bahasa Indonesia

Jelangkung jelangsat, Di sini ada pesta, Pesta kecil-kecilan, Jelangkung jelangsat, Datang tidak diundang, Pergi tidak diantar.

Mantra dalam Bahasa Jawa (Kejawen), sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah blog beralamat indospiritual.com
Hong…(…)…ilaheng,heh jagad alusan roh gentayangan,jaelangkung jaelengsat siro(…),ning kene ono(…),siro (…)angslupo,yen siro teko(…) wenehono tondo,(…),Hayo enggalo teko…hayo ndang angslupo(…).

Mantra dalam Bahasa Jawa versi lainnya, sebagaimana dipaparkan blog beralamat abangjeystory.blogspot.com

Hong Hiyang Ilaheng Hen Jagad Alusan Roh Gentayangan Ono’e Jaelangkung Jaelengsat siro Wujud’e Ning kene Ono Bolon’e Siro Wangsul Angslupo Yen Siro Teko Gaib Wenehono Tondo Ing Golek Bubrah Hayo Enggalo Teko Pangundango Hayo Ndang Angslupo Ing Rupo Golek Wujud..Wujud..Wujud

Mantra dalam Bahasa Sunda



Jaelangkung, Jalangset Ka Sungsang Judah Mulang Balik Sung Sang Sang Sida Mulang Nu Goreng Ka pulang wereng aya maung pundung dating ampun badak goreng datang nyembah, jaelangkung jaelangse upih buruk ngarumpuyuk patulakan sia ku awak aing, asal ti wetan malik ka wetan, asal ti kulon malik ka kulon, asal ti kaler malik ka kaler, asal ti kidul malik ka kidul, asal tihandap malik ka handap, asal ti cai malik ka cai.

 

Bukan hanya dalam versi Indonesia, Jawa, dan Sunda, mantra dalam jalangkung pun menjadi begitu unik jika diucapkan dalam bahasa Tionghoa, sebagaimana yang dijelaskan dalam blog beralamat anehdidunia.com berikut ini:

hai lam sin, thai lam fa… Pat nyet sip ng chiang nyi ha loi kau jit ja…oi loi tu loi, ng ho jit sin khi ngoi ngoi… oi hi tu hi, ng ho jit sin ta liong thi… cuk jap co son pun nyi cho, ten sim tham khiau pun nyi ko thai pa so si oi nyi nak, se pa so si oi nyi jung kim ci hiong cuk chiang nyi loi, kim ci hiong cuk chiang nyi con

 

Mantra tersebut konon harus diucapkan berkali-kali agar makhluk halus segera datang dan merasuk dalam boneka jalangkung. (Azizah/JIBI/Solopos.com)

KLIK DI SINI untuk ritual serupa jelangkung

 

Ritual Serupa dengan Jalangkung



Jelangkung koleksi Museum Santet Surabaya (Kaskus.com)

Jelangkung koleksi Museum Santet Surabaya (Kaskus.com)

Sementara itu, ritual serupa dengan permainan jalangkung yang ada di daerah Minangkabau, bernama Lukah Gilo. Permainan ini berkembang dalam bentuk seni pertunjukan di Desa Lumpo Timur, Kecamatan Ampek Balai Juran, Kabupaten Pesisir Selatan. Pertunjukan ini dimainkan oleh seorang pawang atau disebut dukun, bersama empat orang pemain lainnya yang bertugas memegang lukah tersebut.

Lukah sebagaimana terpapar dalam Wikipedia.org adalah alat untuk menangkap ikan air tawar yang terbuat dari bambu yang dianyam, bentuknya layaknya keranjang seukuran vas bunga. Boneka lukah inilah yang dijadikan media dalam ritual lukah gilo ini. Oleh karena itu, keranjang itu didandani layaknya boneka yang digunakan dalam ritual Cay Lan Gong ataupun jailangkung. Untuk memberikan aksen tangan pada boneka lukah itu, digunakanlah kayu lurus atau bambu. Dan aksen kepalanya terbuat dari labu atau tempurung kelapa. Boneka lukah itu juga dirias dengan kain, baju, selendang, korset, serta wajahnya dirias layaknya seorang perempuan.

Lukah tersebut kemudian dibisiki mantra oleh pawangnya hingga menjadi “gila” karena bergerak kesana kemari. Gerakan itu akan semakin menjadi-jadi setiap kali pawang membaca mantra. Hal yang menarik dan menjadi tontonan dalam pertunjukan ini adalah para pemain yang memegang lukah itu. Mereka yang memegang lukah itu akan terbawa kesana kemari seiring semakin menggilanya lukah tersebut. Penonton pun akan menyoraki pemain agar suasana semakin ramai. Sebagaimana dijelaskan dalam blog beralamat rofara.blogspot.com (2011), kalimat yang sering terlontar dari penonton antara lain adalah pacik-an kapalonya atau elo taruih.

Gerakan lukah tersebut baru akan berhenti apabila pawang berhenti memantrainya atau ada seseorang yang usil memasang “ijok”, yaitu bagian dalam dari ekor lukah.

Pertunjukan Lukah Gilo ini biasanya dipertunjukkan pada acara perkawinan atau acara-acara khusus yang diadakan oleh masyarakat setempat di Minangkabau. Waktu pertunjukan umumnya dilakukan pada malam hari yang diyakini lebih mudah untuk memanggil makhluk halus. (Azizah/JIBI/Solopos.com)

KLIK DI SINI untuk mengenal thothokerot

Thothokkerot



Boneka Jelangkung (Tumblr.com)

Boneka Jelangkung (Tumblr.com)

Selain jelangkung (jalangkung), boneka berhantu berikutnya menurut Suwardi Endraswara dalam bukunya yang berjudul Dunia Hantu Orang Jawa: Alam Misteri, Magis, dan Fantasi Kejawen (2004) adalah thothokkerot atau nini thowok maupun nini thowong. Hampir sama dengan jelangkung, menurut Suwardi Endraswara,thothokkerot, nini thowok atau nini thowong merupakan hantu jadi-jadian yang berasal dari boneka yang salah satu kerangka tubuhnya terbuat dari thothok—berasal dari kata bathok atau tempurung kelapa yang biasanya dibuat untuk siwur (penciduk air).

Sebagian orang berpendapat bahwa boneka thothokkerot atau nini thowong ini merupakan lawan jenis dari jelangkung. Jika jelangkung yang berawal dari Cay Lan Gong bermakna hantu keranjang atau datuk keranjang sayur atau singkatnya hantu laki-laki, maka nini thowong ini diyakini merupakan hantu perempuan.

Perbedaan jenis kelamin antara jelangkung dan nini thowong itu pun dijelaskan dalam blog beralamat li-nu.blogspot.com (2015). Dalam blog tersebut dipaparkan, jika dilihat berdasarkan akar kata jelangkung yakni Cay Lan Gong yang berarti dewa keranjang sayur, maka jelangkung merupakan hantu laki-laki. Sementara nini thowok/nini thowong berasal dari dua suku kata, yakni nini yang berarti sebutan untuk anak perempuan di Jawa dan thowok/thowong berarti bermuka putih. Jika disimpulkan, maka nini thowok/nini thowong ini merupakan hantu wanita bermuka putih.

Masih menurut pemaparan dalam blog li-nu.blogspot.com, bahwa dalam cerita yang berkembang di masyarakat, nini thowong atau thothokkerot berasal dari roh perempuan yang disihir oleh tetangganya sendiri ketika masih hidup. Konon, perempuan itu semasa hidupnya bermuka putih atau disebut thowong. Ia diyakini berperilaku jahat. Dan karena kejahatan yang dilakukan pada suatu waktu, perempuan itu kemudian disihir oleh tetangganya sendiri menjadi roh halus dan dinamakan nini thowong.

Bertolak dari kisah itulah, hantu thothokkerot atau nini thowong menjadi berkembang di masyarakat. Seperti yang dikatakan Suwardi Endraswara dalam bukunya yang berjudul Dunia Hantu Orang Jawa: Alam Misteri, Magis, dan Fantasi Kejawen (2004), sosok thothokkerot baru akan terasa keberadaannya jika disediakan boneka yang digunakan sebagai media penampungan roh dalam ritual pemujaan roh yang dilakukan layaknya permainan tradisional Jawa untuk memanggil roh yang telah meninggal dunia Upacara dalam ritual itu pun biasanya dilakukan di daerah yang dianggap angker.

Untuk keperluan ritual pemujaan roh itu, boneka thothok didandani layaknya media (boneka) dalam ritual jalangkung. Namun, boneka thothokkerot atau nini thowong ini didandani layaknya perempuan. Perlengakapan yang digunakan untuk mendandani nini thowong adalah sebagai berikut:

  1. Irus atau siwur. Pada bagian bathok (kepala siwur), dilukis wajah seorang wanita.
  2. Icir, yakni alat penangkap ikan dari anyaman bambu. Icir ini digunakan sebagai kerangka tubuh.
  3. Jalinan merang, digunakan untuk membuat rambut palsu.
  4. Kemben, selendang, dan baju, serta kain yang digunakan untuk topi.

Setelah selesai didandani, boneka thothok (thothokkerot/nini thowong) didudukkan di tampah. Bersamaan dengan itu, disediakan pula beberapa perlengkapan sesaji, seperti kembang telon yang terdiri dari bunga mawar dan kenanga, belanga berisi air bersih, sisir, dan cermin.

Selanjutnya, ritual pemanggilan roh atau hantu dilakukan oleh seorang dukun yang dianggap mampu. Si dukun mula-mula membakar kemenyan sembari membaca mantra. Apabila kerangka tubuh boneka nini thowong itu menjadi terasa berat saat diangkat atau bahkan bisa roboh, maka itu artinya roh telah merasuk dalam boneka nini thowong tersebut. Ada sebagian orang yang menganggap bahwa roh yang masuk dalam boneka nini thowong berjenis kelamin perempuan atau ”bidadari.” Anggapan tersebut seolah menyempurnakan pendapat bahwa thothokkerot atau nini thowong merupakan hantu perempuan.

Setelah roh merasuk dalam boneka nini thowong, boneka berhantu tersebut kemudian diarak menuju halaman yang telah disiapkan dengan tikar dan sesajian. Pengarakan dilakukan oleh gadis dengan menyanyikan puji-pujian yang berbunyi, ”Yo dha mupu bocah bajang rambute abang arang. Bagya(3x) mbok rara lagi teka, ilir-ilir ayo Nini Thowong wis dadi, gagar-gagar binothong.”

Selain itu, menurut penjelasan dalam blog beralamat li-nu.blogspot.com, nini thowok atau nini thowong memiliki sebutan yang berbeda-beda di berbagai daerah di Jawa Tengah. Di Banyumas misalnya, nini thowong dikenal dengan sebutan Cowongan. Sedangkan di Batang dikenal dengan Cowong dan di Pemalang disebut Brendung.

Suwardi Endraswara lebih lanjut menjelaskan, di wilayah Panjangrejo, Kecamatan Pundong, Bantul, Yogyakarta, tradisi pemanggilan hantu nini thowong ini cenderung masih dilakukan. Biasanya, tradisi tersebut dilakukan setelah panen padi. Iringan gending seperti saron, gong, dan kendang turut mengiringi jalannya ritual ini.

Suwardi menjelaskan bahwa tradisi penyelenggaraan ritual dengan memanfaatkan boneka nini thowong tersebut bertujuan memohon keselamatan kepada roh leluhur. Dan ada pula yang berpendapat bahwa ritual itu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberkahan, limpahan rezeki, dan keselamatan dalam menjalani hidup.

Kendati kedua boneka berhantu dalam mitologi Jawa tersebut dinilai mampu memenuhi keinginan sebagian orang, namun mereka tetaplah makhluk yang keberadaannya bahkan masih diperdebatkan. Selayaknya manusia yang berakal dan berbudi, maka seseorang tak seharusnya menjadikan kedua boneka itu sebagai pedoman utama dalam menjalani hidup. (Azizah/JIBI/Solopos.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya