SOLOPOS.COM - Meme Donald Trump dekat dengan Dimas Kanjeng. (Istimewa/The Guardian)

The Guardian membahas bagaimana masyarakat Internet di Indonesia menanggapi persoalan politik.

Solopos.com, NEW YORK – Reaksi kocak publik media sosial (netizen) di Indonesia terkait terpilihnya Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) ternyata disoroti media masa. Salah satu meme yang memperlihatkan Trump mencium Dimas Kanjeng dipasang laman media ternama Inggris The Guardian.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sejak kasusnya mencuat, Dimas Kanjeng Taat Pribadi terus menjadi bulan-bulanan netizen Indonesia. Dimas Kanjeng seolah menjadi ikon terbaru para pembuat meme di Indonesia. Sosok yang terjerat kasus penipuan itu bahkan dipakai menjadi bahan meme saat momentum kemenangan Donald Trump di Pemilu Presiden AS.

Internet lantas dihebohkan dengan kemunculan meme-meme kocak yang menampilkan Trump sedang mencium Dimas Kanjeng. Tak berselang lama, meme itu lantas menjadi sorotan media asing The Guardian. Dalam artikel yang ditulis pada 21 November lalu, media berbahasa Inggris ini menyoroti bagaimana pengguna Twitter di Indonesia menanggapi terpilihnya Donald Trump.

“Bagaimana negara dengan penduduk muslim terbanyak merespon kemenangan Donald Trump? Tentu saja dengan guyonan satir di media sosial,” tulis The Guardian dalam beritanya. “Jadi apa obsesi Indonesia dengan pemberitaan viral dan apakah itu berfungsi untuk pembangunan Jakarta?” 

Mereka kemudian membahas isu-isu nasional yang sedang menjadi pembicaraan hangat di Indonesia. Selain meme Trump dan Dimas Kanjeng, mereka juga menyoroti jaket bomber yang dikenakan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu.

Jaket yang dikenakan dalam pidato terkait demonstrasi yang melibatkan ormas Islam dan Ahok itu justru sukses mengalihkan pembicaraan publik. Sehingga, masyarakat Indonesia disebut dapat menilai sebuah kasus dalam dua sisi antara baik dan buruk atau serius dan guyonan satir.

Media asing itu juga menilai bahwa dengan banyaknya penggunaan media sosial, masyarakat kini lebih terbuka dalam menyampaikan pendapatnya. Padahal, pada era Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, masyarakat sangat terkekang dan tak mudah menyampaikan pendapatnya di publik seperti saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya