SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sebaiknya para guru memastikan, apakah perilaku murid-muridnya di kelas berkaitan dengan status gizi atau tidak? Jangan-jangan, mereka yang tidak bisa konsentrasi atau usil mengganggu teman-temannya, terjadi karena perutnya kosong? Pastikan bahwa murid-murid yang menaruh dahinya di meja pada pelajaran pagi hari juga terjadi karena tidak cukup menyimpan energi.

    Jika pada awal hari para guru menjumpai siswanya mengantuk, tidak bersemangat, dan tatapan matanya tampak kosong, salah satu penyebabnya adalah si siswa belum sarapan. Jika menjelang siang hingga berakhirnya jam sekolah ada sebagian siswa yang bertingkah dan tidak tahan duduk memperhatikan pelajaran, salah satu penyebabnya adalah lapar. Lapar mengakibatkan mengantuk, sebaliknya lapar juga bisa menimbulkan perilaku anarkis.

Promosi Uniknya Piala Asia 1964: Israel Juara lalu Didepak Keluar dari AFC

Sapaan menyelidik yang sering saya sampaikan di depan kelas pada pagi hari adalah “siapa belum sarapan?” Hampir seperempat jumlah siswa di setiap kelas pasti angkat tangan. Bermacam alasan bisa disampaikan: bangun kesiangan, tidak sempat, tidak biasa, minum segelas susu, atau tidak ada yang menyediakan.

Berulang-ulang pula harus saya sampaikan kepada siswa pentingnya makan pagi alias sarapan. Orang-orang muda seusia mereka membutuhkan pasokan gizi untuk pertumbuhan otaknya, energi untuk aktivitasnya, dan investasi untuk kesehatannya di masa depan.

    Jika sarapan dipahami sebagai hal yang penting, bangun kesiangan atau tidak sempat makan adalah persoalan belajar mengatur waktu; tidak ada yang menyediakan sarapan adalah persoalan kemandirian ketika berani memilih hidup kos. Tidak biasa, entah karena rasa mual di perut atau karena orang tuanya tidak juga sarapan pagi, hal itu bisa dimulai dengan mendahulukan penalaran bahwa yang biasa itu tidak sama dengan yang baik dan benar. Segelas susu pun hanyalah penyempurna, apanya yang disempurnakan? Padahal karbohidrat, sayuran, dan lauknya nyaris tidak ada. Seiring bertambahnya umur, anak-anak kita kian membutuhkan pasokan energi untuk aktivitas fisik dan otak.

    Masih lekat dalam ingatan saya pada era 70-an, anak-anak di sekolah dasar kala itu setiap hari mendapat susu segelas dan variasi makanan dari maizena sebagai makanan pokok. Program makanan tambahan anak sekolah juga terjadi pada awal 1990. Meskipun belum merata pernah ada program pemberian susu dan biskuit anak sekolah.     Tampaknya sudah ada kesadaran kala itu bahwa pendidikan dan kesehatan tidak bisa dipisahkan. Khasanah kesehatan pun menyebut ketidakcukupan gizi (khususnya zat besi) menimbulkan ketidaknormalan hemoglobin darah yang mengakibatkan kondisi lemah, letih, dan lesu. Kondisi demikian berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa karena kemampuan belajar terganggu.

    Sebagai bagian upaya memajukan prestasi siswa di sekolah, sejak 1946, Pemerintah Amerika Serikat dan Jepang, lewat undang-undang, memberikan makan gratis di sekolah. Demi menaikkan prestasi belajar bukan pertama-tama pemerintah setiap tahun menaikkan standar kelulusan ujian nasionalnya.

    Upaya-upaya memperbaiki konteks persoalan siswa dimulai dengan pemberian makan pagi atau siang dengan cuma-cuma. Pemberian makanan gratis di sekolah, terutama bagi keluarga tidak mampu, adalah sangat penting. Status prestasi siswa berkait erat dengan status gizinya.

Kini, yang bisa dilakukan oleh para guru memang sebatas mengingatkan dan terus mendorong siswa untuk makan pagi sebelum ke sekolah. Berhemat dengan menunda konsumsi mestinya tidak dilakukan oleh para orang tua. Untuk anak-anak kita, mati raga atau perilaku askese di zaman kini adalah kerja keras dan belajar keras, bukannya tidak makan. Membangunkan lebih awal, menyiapkan sekadar sarapan pagi, dan mengingatkan agar makan pagi adalah proporsi orang tua di rumah.

   
     
St. Kartono
Guru SMA De Britto, Jogja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya