SOLOPOS.COM - Tradisi Bulusan Kudus (Detik.com)

Solopos.com, KUDUS -- Tradisi Syawalan di Kabupaten Kudus tidak kalah unik dengan daerah lain. Tradisi Kupatan Gebyar Festival Budaya Bulusan yang diadakan oleh masyarakat Dusun Sumber, Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo menjadi tradisi Syawalan unik  khas Kudus.

Melansir dari situs Detik.com, Sabtu (15/5/2021), Bulus adalah hewan yang dipercaya merupakan salah satu murid Mbah Dudo yang disabda sebagai Kanjeng Sunan Muria. Mbah Dudo merupakan leluhur desa tersebut dan tradisi ini meyakini bulus-bulus  di desa tersebut semula jelmaan manusia tapi oleh Sunan Muria disabda menjadi bulus. Tidak heran bulus menjadi ikon acara.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kala itu, Sunan Muria melintasi desa dan melihat samar-samar gerakan murid Mbah Dudo yang seperti bulus. Sunan Muria berucap bahwa gerakan itu mirip dengan bulus dan seketika , murid itu berubah wujud menjadi bulus.

Baca Juga : Kue Lebaran Khas Pemalang Ini Kini Sudah Jarang Ditemui

Oleh karena itu, Mbah Dudo meminta setiap tanggal 7 Syawal untuk membuat ritual guna mendoakan dua orang muridnya yang menjadi bulus. Salah satu ritualnya juga memberikan makan bulus

Hingga kini, warga desa setempat masih sangat memperhatikan bulus yang ada di sekitar Sungai Perak Sendang Bulusan. Warga selalu memberikan makan bulus, termasuk saat perayaan Syawalan atau Hari Raya Kupatan.

Dalam tradisi ini biasanya tokoh desa dan pemimpin daerah memberi makan bulus dengan lepet. Tradisi ini dipercaya bisa menolak bala karena diyakini bulus-bulus ini memiliki keterkaitan dengan para leluhur desa setempat.

Baca Juga : Jangan Sembrono Makan! 5 Penyakit Ini Rentan Muncul Pasca Lebaran

Sebelum pandemi, tepatnya pada perayaan Syawalan di tahun 2019, Bupati Kudus yang saat itu menjabat, M. Tamzil, ikut berpartisipasi dalam perayaan Lebaran Ketupat ini. Tamzil memberikan makanan berupa lepet kepada bulus.

Saat itu Tamzil berharap bahwa acara ini bisa menjadi inspirasi dan bisa dilestarikan penyelenggaraannya sehingga bisa menjadi identitas perayaan Syawalan di desa-desa Kudus.

Melansir dari situs Antaranews.com, tradisi Bulusan ini juga dimeriahkan dengan kegiatan bersih sendang (sumber air), kirab pembagian bancaan kepada masyarakat dan pertunjukan wayang. Bahkan pasar malam, hiburan musk modern juga digelar untuk menambah kemeriahan.

Baca Juga: Lebaran di Bogor, Presiden Jokowi Berharap Pandemi Segera Berakhir

Tradisi yang sudah turun temurun itu dimanfaatkan juga oleh Pemkab untuk mengenalkan potensi 12 desa yang ada di Kecamatan Jekulo. Selain itu juga ditampilkan atraksi-atraksi dari budaya lain, seperti barongsai dan tari saman. Penampilan dari sisa-siswi di sekolah-sekolah yang ada di Kecamatan Jekulo menjadi puncak dari acara.

Memasuki masa pandemi, pada perayaan  syawalan 2020 silam,  tradisi kupatan ini harus ditiadakan guna membendung penularan Covid-19 di Kabupaten Kudus. Karena tradisi ini memiliki potensi besar untuk menyebabkan kerumunan sehingga tradisi yang sudah turun temurun ini harus terhenti untuk sementara.

Supaya penanggulangan Covid-19 bisa maksimal, Pemkab juga menutup tempat-tempat wisata. Kebijakan ini dilakukan supaya protokol kesehatan berupa jaga jarak dan menjauhi kerumunan bisa maksimal dan penularan virus bisa menurun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya