SOLOPOS.COM - Infografis Bunuh Diri (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, GUNUNGKIDUL -- Gunungkidul disebut-sebut sebagai kabupaten dengan kasus bunuh diri tertinggi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Jumlah bunuh diri di daerah ini rata -rata 30 kasus per tahun.

Dikutip dari Suara.com, bunuh diri di Gunungkidul lekat dengan mitos pulung gantung. Mitos ini ditandai dengan sebuah kilatan cahaya yang melintas ke arah tertentu.
Pada ujung nyala cahaya itulah yang diyakini akan ada musibah. Umumnya, musibah berupa orang meninggal dunia dengan kondisi leher terjerat tali yang menggantung ke tempat tertentu.

Promosi Simak! 5 Tips Cerdas Sambut Mudik dan Lebaran Tahun Ini

SGS 2020: Enam Tahun, Nilai Transaksi SGS Tumbuh 1.000%

"Nah, mungkin itu juga pulung gantung, [karena dengar-] dengar di wilayah timur ada yang meninggal gantung diri," tutur Badrun, pemuda asal Gedangsari, sebagaimana dikutip dari Suara.com, Senin (2/3/2020). Badrun mengisahkan pengalamannya soal melihat pulung gantung.

Ekspedisi Mudik 2024

Mematahkan Mitos

Mitos soal pulung gantung itu dipatahkan oleh oleh riset Ayu ariyana Mulyani dan Wahyu Eridiana dari Universitas Pendidikan Indonesia. Dalam jurnal Sosietas (2018) disebut tidak ada hubungan antara mitos pulung gantung dengan fenomena bunuh diri di Gunungkidul.

Gara-Gara Virus Corona, Tes Wawancara Beasiswa Mahasiswa Tiongkok Pakai Wechat

Peneliti menilai bunuh diri merupakan fenomena sosial. Artinya, ada latar belakang yang mendorong seseorang melakukan tindakan itu yakni akibat pengaruh yang ada di lingkungan masyarakat.

"Fenomena bunuh diri pada masyarakat Gunungkidul dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya faktor individu [tertutup ketika menghadapi masalah dan kurang resolusi terhadap masalah yang dihadapi], faktor sosial [jauh dari keluarga dan rendahnya mobilitas], faktor ekonomi [masyarakat masih banyak yang bekerja keras di usia lanjut dan terjangkit sakit menahun], dan faktor budaya," tulis Mulyani dan Eridiana, dalam laporannya sebagaimana dikutip Solopos.com, Senin (2/3/2020).

AJI Dan PWI Kecam Praktik Wartawan Abal-Abal Di Soloraya

Peneliti berpendapat, dengan memitoskan pulung gantung merupakan ciri dari sebuah cara lari dari tanggung jawab sosial. Pengembangan mitos ini berdampak buruk terhadap proses penyelesaian masalah bunuh diri di Gunungkidul.

"Dengan kondisi masyarakat Indonesia yang multikultural, khususnya di Gunungkidul yang terkenal dengan luhurnya budaya, penyelesaian persoalan secara mistis masih bisa diterima. Namun persoalannya adalah penyelesaian dengan cara mistis menjadi lebih mengemuka sehingga mengabaikan cara lain yang lebih rasional seperti melalui perbaikan pendidikan, ekonomi, hubungan sosial, dan kesehatan," terang dia.

Cuma Ada Di Wonogiri, Ini Fakta Janggelan Bahan Baku Cincau Hitam

Maka itu, butuh kerja bersama seluruh elemen masyarakat untuk melawan mitos pulung gantung.

Riset itu juga berhasil mengungkap masalah utama kasus bunuh diri di Gunugkidul salah satunya faktor sosial. Masyarakat mengalami kerenggangan hubungan sosial dengan anggota keluarga diakibatkan tingginya angka urbanisasi.

Sejarah Operasi Zebra: Hari Pertama Lengang, Hari Berikutnya Mencengangkan!

"Kemudian faktor ekonomi di mana banyak orang lanjut usia yang masih bekerja keras dan menderita sakit yang tidak kunjung sembuh," beber dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya