SOLOPOS.COM - Seorang petani di Pringanom, Masaran, Sragen, Sunarwan, 50, sedang mengoperasikan sumur submersible bertenaga listrik, Selasa (18/10/2022). (Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Kelimpahan pasokan listrik benar-benar nyata di Indonesia dan menjadi potensi besar untuk menggerakkan ekonomi. Saatnya mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (BBM) dalam berbagai sektor ekonomi, termasuk pertanian.

Belum lama ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan kelebihan pasokan daya listrik PT PLN (Persero) hingga akhir tahun. September 2022 lalu, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan hingga akhir tahun setidaknya akan ada surplus listrik PLN sebesar 6 gigawatt (GW) hingga 7 GW.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Rida menuturkan surplus daya listrik itu terjadi di hampir seluruh Indonesia. Mayoritas kelebihan daya terjadi di Pulau Jawa. Pasokan listrik untuk wilayah Jawa, Madura, Bali berdasarkan data PLN per Juli 2022 mengalami surplus 10 GW atau sekitar 26%.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), penyaluran listrik dari PLN meningkat tajam sejak 2017. Pada 2015, listrik yang disalurkan PLN ke pelanggan sebesar 204.279,98 GWH. Penyaluran listrik tersebut melonjak pada 2017 menjadi 226.014,06 GWH dan menjadi 241.405,60 GWH pada 2020.

Kelebihan pasokan listrik itu idealnya digunakan secara bijak dan cerdas untuk kemakmuran bangsa. Salah satunya adalah program-program untuk menopang sektor pangan nasional menggunakan listrik. Inilah dasar munculnya strategi elektrifikasi untuk mencapai kedaulatan pangan nasional.

Baca Juga: Menuju Swasembada Jagung, Syngenta Andalkan Sederet Program Komprehensif

Ini tak hanya retorika. Program elektrifikasi pertanian ini sudah banyak dimanfaatkan para petani di Kabupaten Sragen. Salah satu contoh manfaat elektrifikasi itu dialami oleh Sunarwan 50, pengurus Kelompok Tani Maju Jetak, Pringanom, Masaran, yang memakai listrik untuk menggarap lahan pertaniannya sejak 2018.

Tenaga listrik dia manfaatkan sebagai energi mengoperasikan sumur submersible. Sumur ini menjadi andalan petani untuk mengairi sawah selama musim kemarau. Ketika musim kemarau tiba, sumber-sumber air di permukaan tanah mengering sehingga petani harus menggunakan pompa untuk mengangkat air dari bawah tanah.

Dulu, pompa-pompa submersible di tengah sawah digerakkan dengan diesel yang menggunakan BBM. Kini, penggunaan listrik menggantikan BBM yang selama ini dipakai para petani untuk menggerakkan pompa.

Sunarwan merogoh kocek sekitar Rp35 juta untuk mengebor sumur, memasang instalasi paralon, dan membeli pompa. Setelah itu, dia mengajukan pemasangan listrik ke PLN Masaran. Dia harus menunggu beberapa waktu sampai pemasangan instalasi listrik di lahan sawah yang dia garap, tetapi itu tidak lama.

“Permohonan listrik ke PLN Masaran. Saya datang langsung. Proses di PLN relatif cepat. Yang agak lama pengajuan tiang listrik. Soalnya kan harus pasang tiang-tiang listrik,” ujar dia ke Tim Ekspedisi Pangan 2022 Solopos Media Group, Selasa (18/10/2022).

Ekspedisi Pangan 2022 SMG didukung oleh Pupuk Indonesia Holding Company, PLN, Syngenta, Bulog, Perhutani, Perkebunan Nusantara, dan Nasmoco. Cukup menunggu beberapa pekan, pengajuan listrik Sunarwan bisa diproses dan direalisasikan oleh PLN.

Baca Juga: Menyempurnakan Swasembada Beras

Lebih Efisien

Sejak saat itulah mulai menggunakan pompa listrik untuk sumur submersible untuk mengairi sawahnya. Selama pengalaman beberapa tahun menggunakan sumur bor bertenaga listrik, Sunarwan mengaku puas. Sebab, secara teknis pengoperasian pompa relatif lebih mudah.

Selain itu, dari segi biaya, Sunarwan merasa penggunaan pompa listrik lebih efisien daripada pompa bertenaga BBM. Karena efisiensi itulah sejumlah petani meminta izin untuk ikut memanfaatkan sumur tersebut. Untuk setiap bantuan itu pemompaan air tersebut, dia mendapat uang jasa.

“Petani yang akan minta air ada uang jasa Rp20.000 per jam. Airnya lancar-lancar saja. Saat kemarau air tetap mengalir lancar. Alhasil musim kemarau kami bisa tanam padi,” ungkap dia.

Dengan begitu, Sunarwan mengatakan, produktivitas padi sawah petani bisa maksimal setiap tahun. “Petani jadi bisa tanam dan panen padi tiga kali setahun,” sambung dia.

Baca Juga: Sehat dengan Beras Berkualitas

Dengan kondisi itu, menurut Sunarwan, produktivitas padi di Sragen seperti dia dan rekan-rekannya bisa meningkat. Begitu juga dengan kesejahteraan para petani secara umum. Sunarwan lantas membandingkan biaya sumur diesel.

“Kalau dulu pakai pompa bensin biaya lebih besar. [Dalam] satu jam, diesel menghabiskan setengah liter lebih bensin [maksudnya solar]. Bisa setengah liter lebih sedikit. Tapi kalau diesel lama lebih boros,” kata dia.

Sedangkan bila menggunakan tenaga listrik, Sunarwan hanya perlu mengeluarkan biaya Rp3.800 per jam. Selain itu, paralon air dari sumur yang menggunakan tenaga listrik jauh lebih besar.

“Kalau pakai sibel mudah operasinya. Kalau sumur diesel kan barus pasang diesel, pasang selang, starter diesel. Efisiensi waktu banyak pakai sibel [pompa listrik submersible], langsung dinyalakan,” urai dia.

Baca Juga: Drip Irrigation System, Solusi Pertanian Jagung di Gunung Tumpeng Jateng

Penuturan senada disampaikan Manajer ULP PLN Sragen, Azwar Dwi Artanto, saat berbincang dengan Tim Ekspedisi Pangan 2022 Solopos Media Group (SMG), Selasa. Dia menyatakan PLN berkomitmen mendukung program pemerintah terkait ketahanan pangan.



Komitmen itu ditunjukkan dengan program elektrifikasi di sektor pertanian, seperti listrik untuk pengolahan benih, listrik untuk irigasi pertanian melalui sumur sawah, listrik untuk penggilingan padi, listrik untuk pengolahan sekam padi, dan stasiun pengisian listrik ulang.

“Ada boks pengisian listrik ulang di mana tersedia empat colokan yang bisa digunakan petani yang belum bisa nyolok sendiri,” terang dia. Dengan program elektrifikasi di sektor pertanian, menurut Azwar, ditargetkan mampu meningkatkan produktivitas pangan nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya