SOLOPOS.COM - Sebuah tandon air digunakan untuk menampung air hujan dan sisanya dikeluarkan dalam sumur resapan di bagian bawah di Dukuh Ploso Ombo, Desa Banyurip, Jenar, Sragen, belum lama ini. (Istimewa/Kampung Proklim Banyurip)

Solopos.com, SRAGEN — Perubahan iklim disadari betul oleh warga di RT 009 dan RT 010 Dukuh Ploso Ombo, Desa Banyurip, Kecamatan Jenar, Sragen. Berangkat dari kesadaran itu 114 keluarga di lingkungan tersebut kompak bersiap menghadapinya.

Salah satu dampak dari perubahan iklim adalah krisis air bersih di musim kemarau. Ini salah satu fokus yang diantisipasi oleh warga di dua RT tersebut. Mereka menjadi bagian dari 22 RT di wilayah Desa Banyurip yang langganan bantuan air bersih sepanjang musim kemarau.

Promosi Sukomulyo Gresik Pemenang Desa BRILiaN Kategori Pengembangan Wirausaha Terbaik

Mereka bersyukur musim kemarau pada 2021 tak separah pada tahun-tahun sebelum. Perubahan iklim menjadikan musim kemarau tahun ini menjadi basah karena masih ada hujan. Para warga dukuh yang tergabung dalam Komunitas Banyu Langit Banyurip menginisiasi pembuatan sumur resapan yang dipadukan dengan instalasi pengolahan air hujan (IPAH).

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Adaptasi dan Mitigasi Iklim Antar Banyurip Jadi Kampung Proklim

Air hujan yang turun tak dibiarkan hilang begitu saja. Tetapi ditampung di tandon-tandon air dan sisanya dialirkan ke sumur-sumur resapan. Mereka juga melakukan gerakan penanaman pohon atau reboisasi untuk konservasi air jangka panjang.

Anggota Komunitas Banyu Langit Banyurip, Jarwanto, menyebut ada 50 orang yang tergabung dalam komunitas. Mereka bertugas mengontrol IPAH dan sumur resapan secara berkala. Setelah berjalan sejak 2019-2021, Jarwanto mengungkapkan warga Dukuh Ploso Ombo sudah merasakan manfaat keberadaan IPAH itu.

“Sumur-sumur penduduk yang biasa baru terisi setelah hujan deras 5-7 kali, setelah banyak IPAH, dengan hujan 1-2 kali dengan intensitas deras membuat sumur-sumur warga sudah berisi. Biasanya pada Mei sudah mulai ada permintaan bantuan air bersih. Selama 2021 ini warga Banyurip belum ada yang meminta bantuan air bersih karena masih bisa mendapatkan air bersih,” ujar Jarwanto saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (21/10/2021).

Baca Juga: Hanya Desa Ini di Sragen yang Punya Aturan Perlindungan Satwa

Sejak dua pekan terakhir, Jarwanto berembuk dengan warga di dua RT itu tentang pengelolaan air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas) yang debit airnya berkurang. Berdasarkan kesepakatan warga, suplai air bersih dari Pamsimas bantuan Pemkab Sragen pada 2008 itu dihentikan.

Kendati tak ada pelayanan Pamsimas, warga dua RT itu masih bisa mendapatkan air bersih dengan mengandalkan sumber-sumber air yang ada. Seperti dari belik (mata air) Kaliceweng, belik Brumbung, belik Bengkok, dan sendang Ploso Ombo.

“Pamsimas itu merupakan bantuan Pemkab pada 2008. Ada dua Pamsimas di Banyurip, yakni di Ploso Ombo dan Kedu. Pamsimas Kedu sudah mampat lebih awal dan di Ploso Ombo masih berfungsi tetapi debit airnya kecil,” ujarnya.

Baca Juga: Jangan Coba Buru Satwa Liar di Area Ini, Bisa Kena Denda Rp10 Juta Lur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya