SOLOPOS.COM - Peserta GD mengikuti di Kunjungan Lapangan Rumah Kriya Banjarsari, MInggu (5//2023). (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Komunitas KAGAMA Beksan Solo Raya dan komunitas Gema STOVIA Nusantara (GESTORA) Wilayah Joglosemar, serta Institut Arsitektur dan Rancang Kota (IARKO) Nicholish mengadakan forum discusion group (FGD) dengan tema Menelisik Potensi Pariwisata Kesehatan (Health Tourism) dan Pelestarian Cagar Budaya Pasca Pandemi di Kawasan Villa Park Banjarsari, Solo.

Acara yang diselenggarakan Minggu (5/2/2023) secara hybrid ini untk memperingati Hari Jadi ke-278 Kota Solo. Undangan dan peserta FGD luring yaitu para narasumber, perwakilan dari kantor Dinas Kesehatan/Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Jawa Tengah, perwakilan beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Solo, Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Pura Mangkunegaran,

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kemudian hadir pula perwakilan beberapa unsur di masyarakat di antaranya Pokdarwis, Pusat Studi Pariwisata beberapa perguruan tinggi, komunitas pecinta sejarah dan budaya, pelaku industri pariwisata, pelaku ekonomi kawasan, perwakilan warga Kelurahan Setabelan (Villa Park), dan media.

Sebelum FGD, pukul 10.00 WIB peserta diundang mengikuti kunjungan lapangan di venue 1 Rumah Kriya Banjarsari. Di tempat ini tersimpan banyak nilai sejarah dan sekarang dikelola oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Tengah serta yang berada di area Villa Park Banjarsari. Sedangkan FGD berlangsung di venue 2 di Hotel Harris Solo.

Di eks rumah Residen Surakarta, peserta beramah tamah menikmati hidangan UMKM setempat, mengunjungi beberapa bangunan cagar budaya di kawasan Vila Park Banjarsari sembari menikmati penampilan tari dari Kagama Beksan Solo Raya.

Ada juga lagu-lagu dari Doctors Band RSUD Karanganyar bersama vokalis para dokter anggota Gema STOVIA Nusantara. Pada jam 12.00 WIB peserta beralih ke Venue 2.

Pada jam 13.00 FGD di mulai oleh MC Christy Damayanti selaku Ketua KAGAMA Beksan Solo Raya. Setelah peserta dan panitia menyanyikan lagu Indonesia Raya, dr. Puspita Laksmintari SPKK, Ketua Panitia, sekaligus Ketua Umum Komunitas Gema STOVIA Nusantara yang juga anggota Kagama Beksan Solo Raya, menyampaikan laporan kepanitiaan.

Menurut Pita, nama panggilannya, tujuan FGD ini untuk menggali aspek dan potensi pengembangan pariwisata kesehatan (health tourism) dan pelestarian cagar budaya di kawasan Villa Park Banjarsari untuk menghasilkan sebuah sumbangan pemikiran bagi pemerintah.

Selanjutnya hadir secara daring, memenuhi undangan panitia adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang sekaligus menjabat Ketua PP KAGAMA di mana KAGAMA Beksan Indonesia menginduk.

Ganjar menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya FGD yang pertama dengan tema health tourism ini. Dia mengharapkan agar FGD ini menghasilkan pemikiran yang bermanfaat sebagai acuan pemerintah daerah mengembangkan dan mengelola kawasan Banjarsari dalam konsep health tourism dan pelestarian serta pengelolaan kawasan cagar budaya.

Keynote speaker pertama adalah drg Yuli Astuti Saripawan, M Kes., Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan dari Kementrian Kesehatan menyampaikan tentang Babak Baru Pengembangan Health Tourism Pasca Pandemi Covid-19.

Disampaikan tentang pentingnya Transformasi Sistem Kesehatan 2021-2024 mengingat Sistem Pelayanan Kesehatan mengalami perubahan, sejalan dengan tuntutan masyarakat akan pelayanan yang berkualitas.

Selanjutnya disampaikan tentang konsep wisata medis yang meliputi Kesehatan untuk Wisatawan (Tanjung Kelayang, Danau Toba, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo, Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi, Morotai) dan Wisata untuk Kesehatan (14 rumah sakit yang telah ditetapkan melalui SK Dirjen YanKes Kemenkes RI).

Dipaparkan pula beberapa kebijakan terkait wisata medis dan berbagai upaya meningkatkan potensi RS dalam wisata medis.

Menteri dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno hadir sebagai keynote speaker kedua melalui tapping video. Menparekraf mengatakan pengembangan wisata kesehatan menjadi prioritas strategi nasional karena menjawab tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia yaitu pemulihan ekonomi dan kesehatan pasca pandemi.

Pembangunan wisata kesehatan ini bentuk dukungan pada program pemerintah, khususnya Permenkes Nomor 76 Tahun 2015 untuk meningkatkan pemasukan dan mencegah keluarnya devisa sektor pariwisata kesehatan.

Kedudukan kawasan Villa Park Banjarsari sebagai ruang terbuka hijau memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi kawasan pariwisata dengan pendekatan health tourism disertai dukungan berbagai aspek pariwisata di Kecamatan Banjarsari dan Kota Solo pada umumnya.

Suasana FGD

Narasumber pertama yang menyampaikan paparan adalah Drs KGPHA Dipokusumo, M.Si. Pengageng Parentah Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang juga Ketua Umum KAGAMA Solo ini menyampaikan materi berjudul Refleksi Khazanah dan Budaya Keraton Surakarta Mendukung Health Tourism.

Paparan ini mencoba mengingatkan tentang sejarah kesehatan tradisional Jawa (pengobatan metafisikal, herbal) yang mendahului datangnya sejarah kesehatan modern di Kota Solo.

Dia juga menyampaikan gagasan tentang potensi Kota Solo menjadi Medical & Recreational city, Javanese Wellness & Spa City, Pusat Pengobatan Herbal Modern. Solo juga bisa menjadi Pusat Pengembangan Prawatan Kecantikan Tradisional, pengembangan Museum Kesehatan, pusat kuliner tradisional yang ‘disehatkan’, sampaa Pusat Pelatihan Olahraga dan Olahrasa yang bersumber pada budaya, atau Solo Health and Heritage Trail.

Narasumber kedua adalah Ibu Asmara Dewi, S.S., M.A. dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah. Materi yang dipaparkan adalah Potensi Pelestarian dan Pengelolaan Villa Park Banjarsari Menjadi Kawasan Cagar Budaya.

Dewi menyampaikan Villa Park Banjarsari merupakan sebuah permukiman Eropa yang dimiliki dan dibangun oleh pribumi, Mangkunegara IV, V, VII, dan VII .

Pada 1935 berjumlah 30 buah rumah; memiliki fasilitas umum bangunan gereja, fasilitas olahraga, sekolah menengah, taman (fontein), fasilitas perkantoran (kantor polisi) dan fasilitas perdagangan (Pasar Legi); merepresentasikan pertemuan budaya Eropa danJawa dalam pemenuhan ruang terbuka hijau.

Seluruhnya memiliki gaya arsitektural perpaduan kebudayaan Belanda dan Nusantara gaya 1900-an. Kawasan menyimpan informasi nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa, bangunan yang menunjukkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan ekonomi masyarakat pribumi pada saat itu sudah sangat kreatif untuk menarik minat pegawai gubermen menyewanya.



Menariknya, sistem drainase kota dan ruang terbuka hijau sebagai ruang publik yang dibangun pada masa kolonial tersebut masih berfungsi hingga sekarang. Dewi menyebut kawasan Villa Park Banjarsari menyimpan informasi sejarah Mangkunegaran dalam menghadapi krisis pada masa malaise sekaligus sejarah bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan keutuhan negara pada masa Agresi Militer Belanda II yang kemudian diwujudkan dengan berdirinya Monumen 45 Banjarsari.

Paparan terakhir diberikan oleh narasumber Prof Ir Yoyok Wahyu Subroto, M Eng, Ph.D., IPU Guru Besar Arsitektur/Tenaga Ahli Pusat Studi Pariwisata UGM.

Yoyok menyampaikan paparan Konsep Pariwisata Inklusif dan Pelestarian Cagar Budaya di Kawasan Banjarsari Surakarta dalam Konteks Wellness Tourism.

Disampaikan oleh Guru Besar Arsitektur UGM tentang fenomena dan fakta kepariwisataan; konsep inclusive United Nations, dan berbagai aspek pembahasan dalam pariwisata inklusi.

Dia juga menjelaskan tentang relasi kebudayaan dan wellness dalam pariwisata dan beberapa aspek akses/atraksi/ amenitas yang terkait. Yoyok juga menyampaikan arti kebudayaan terkait dengan wellness tourism dan beda wellness tourism dengan medical tourism.

Ketiga paparan sangat menarik kemudian ditanggapi oleh peserta. Penanggap antara lain dr. Siti Wahyuningsih, MKes., MH., Kepala Dinas Kota Solo; dr. Yulianto Prabowo MKes., mantan Kepala Dinkes Prov Jawa Tengah; perwakilan dari RS PKU Muhamadiyah dan RS Triharsi, dan lainnya.

health tourism villa park
dr. Siti Wahyuningsih, MKes., MH., Kepala Dinas Kota Solo, memberikan tanggapan saat FGD berlangsung. (Istimewa)

Para penanggap secara umum menyampaikan apresiasi atas ide dan topik penyelenggaraan FGD ini dan berharap adanya tindak lanjut oleh elemen-elemen multihelix untuk menjadikan penetapan-pelestarian dan pengelolaan Villa Park Banjarsari ini sebagai salah satu magnet pariwisata kota Solo dan menjadikannya sebuah ikon konsep wisata cagar budaya dan kesehatan yang sangat unik di Indonesia.

Rangkaian acara FGD yang dimoderatori bersama oleh Ketua Gema STOVIA Nusantara – dr. Puspita Laksmintari, Sp.KK. dan Direktur IARKO – Ir. Muhammad Nur Kholis, ST., MT, diselingi persembahan video karya komunitas pengusung kepanitiaan dan sponsor pendukung FGD.

Paparan dan diskusi kemudian ditutup dengan pembacaan kesimpulan sementara FGD oleh dr. Mukhlis Ahsan Udji Sofro, Sp.PD., KPTI, FINASIM, dan dokumen diserahkan kepada perwakilan pimpinan OPD Kota Solo yang hadir.

Penyelenggaraan FGD dan kunjungan lapangan ke wilayah Vila Park Banjarsari dapat berlangsung karena dukungan para anggota komunitas/lembaga pengusung, dengan partisipasi penyelenggaraan kunjungan lapangan oleh jajaran Dinas Perindustrian dan Perdaganan Provinsi Jawa Tengah , B Coffe House dan UMKM Setabelan Banjarsari serta para dokter RSUD Karanganyar yang tergabung dalam Doctors Band.

Penyelenggaraan FGD di hotel Harris mendapatkan dukungan penuh dari manajemen hotel dibantu oleh partisipasi manajemen PT/RS Triharsi dan PT Tristem Medika Indonesia, serta manajemen RSUD dr. Moewardi, RS PKU Muhammadiya Solo dan RS Mata Solo.

health tourism villa park
Peserta, narasumber, dan panitia berfoto di akhir FGD. (Istimewa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya