SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BANTU—Petani melon di Bantul ternyata berasal dari luar. Hal ini merisaukan Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul karena penanaman melon menganggu pola tanam atau produktivitas padi.

Padahal selama ini,Bantul termasuk dari penyangga pangan di DIY.Apalagi mereka kerap berpindah dari lahan yang satu ke lahan yang lainnya di Bantul,tergantung petani Bantul yang mau disewa lahannya.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Dianggap menganggu produktivitas padi,karena petani melon jor-joran dalam menggunakan pupuk kimia.”Mereka menggunakan herbisida berlebih,pembasmi rumput,sehingga padi yang tanam tak tumbuh dengan baik”ujar Kepala Dispertahut Bantul,Edy Suharyanta,Selasa(7/11).

Selain itu,penanaman melon juga membuat pola tanam padi mundur,hal ini ditunjukan dengan masih adanya petani yang menanam melon pada November ini yang akhirnya mereka terancam rugi karena hujan deras menggenangi lahan melon.

Edy semakin khawatir karena pada musim tanam padi kedua ini,tercatat ada 2000 hektar lahan terancam kehilangan satu kali masa tanam karena mundurnya musim penghujan dan belum selesainya perbaikan saluran irigasi.

“2000 hektar lahan di Sedayu,Srandakan,Sanden dan Kretek berpotensi kehilangan masa tanam di musim tanam berikutnya karena musim tanam kali ini mundur,yang semestinya Agustus,tapi November,”jelasnya.

Terakhir Edy mencatat lahan pertanian yang kemudian disewakan oleh petani ada 390 hektar.”Ini memang menggiurkan petani.Ketika musim tanam polowijo,bisa jadi petani lebih memilih menyewakan untuk tanam melon dan petani Bantul tak tahu jika herbisida merusak unsur hara,”jelasnya.(HARIAN JOGJA/Andreas Tri Pamungkas)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya