SOLOPOS.COM - Jembatan gantung terpanjang di Asia Tenggara berada di Sukabumi (Instagram)

Solopos.com, SOLO — Jembatan gantung sepanjang 243 meter di Sukabumi, Jawa Barat ini dinobatkan sebagai jembatan gantung terpanjang di Asia Tenggara. Nama resminya adalah Situ Gunung Suspension Bridge.

Jembatan ini membentang di kawasan konservasi Situ Gunung di Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP) yang bersuhu udara sejuk khas pegunungan. Jembatan berkonstruksi kabel baja dengan lantai dari kayu ulin asli Papua seberat 80 ton itu membentang angkuh di ketinggian 161 meter.

Promosi Keren! BRI Raih Enam Penghargaan di PR Indonesia Awards 2024

Jembatan gantung terpanjang di Asia Tenggara ini membelah lembah dan jurang di bawahnya. Sebagaimana dilansir dari laman indonesia.go.id, beberapa waktu lalu, kayu ulin digunakan untuk lantai jembatan karena lebih tahan cuaca dan tidak mudah dimakan rayap.

Jembatan yang diresmikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan pada Maret 2019 ini berada di Desa Kadudampit, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi.

Ibu Muda Naik Gunung Sambil Gendong Anak, Bagi Tips ke Netizen

Bila ingin menjajal jembatan gantung terpanjang di Asia Tenggara ini, Anda bisa datang pukul 07.30 WIB hingga 17.30 WIB. Tiket masuk yang dikenakan di tempat wisata itu Rp50.000 per orang atau Rp25.000 untuk tiket khusus anak-anak di bawah usia 10 tahun dan lanjut usia.

Setiba di gerbang kawasan wisata itu, pengunjung masih harus menempuh perjalanan sejauh 600 meter untuk bisa mencapai jembatan yang fenomenal tersebut. Bila wisatawan ingin menjajal jembatan yang dibangun dengan anggaran Rp5 miliar itu, bersiaplah memakai sabuk pengaman.

Sabuk yang disematkan di pinggang pengunjung itu merupakan alat standar keselamatan yang disediakan pengelola Situ Gunung untuk dipakai jika tiba-tiba terjadi guncangan saat berada di tengah jembatan.

4 Rekomendasi Drama Thailand yang Diadaptasi dari Drama Korea

Aturannya, saat guncangan terjadi, pengunjung yang sedang berada di atas jembatan dapat langsung mengaitkan sabuk ke ramp yang terdapat di sisi-sisi jembatan gantung terpanjang ini. Hal itu demi menjaga posisi pengunjung agar tetap seimbang saat berjalan.

Petugas juga membatasi jumlah pengunjung yang berada di atas jembatan dalam waktu bersamaan. Paling banyak 40 orang, meski daya tampung jembatan adalah 55 ton.

Sensasi Penjelajahan

Lantas bagaimana rasanya melintasi jembatan ini? Saat mulai penjelajahan di ujung jembatan seperti masih stabil. Namun, ketika kaki semakin melangkah hingga 50 meter, mulai terasa adanya turbulensi atau guncangan.

Semakin ke tengah jembatan, guncangan semakin kencang. Jembatan terasa bergoyang ke kiri serta ke kanan. Perasaan bisa campur aduk. Antara kagum dengan suguhan pemandangan hutan hijau di depan mata, bercampur sapuan kabut tipis ditingkahi suara arus deras Sungai Cigunung tepat di bawah jembatan.

Wisatawan juga dapat menikmati keindahan Gunung Gede dan Pangrango yang berdiri gagah di depan. Bersamaan dengan perasaan itulah, jantung makin cepat berdegup ditimpali perasaan takut akibat guncangan kencang di tengah jembatan gantung terpanjang ini.

Dari Jakarta, Markaz Ketapel ke Solo demi Kompetisi Ketapel

Sebenarnya pengunjung tak perlu merasa takut. Sebab, di bagian ini sudah ada petugas yang bersiaga membantu pengunjung, bila mengalami kendala menyeberang. Sensasi rasa seperti uji nyali itu berangsur berkurang saat pengunjung bergerak menjauhi bagian tengah jembatan.

Jembatan gantung terpanjang selebar 1,2 meter ini juga menjadi penghubung kita untuk menuju air terjun Curug Sawer meski kita masih harus berjalan kaki lagi sejauh 1 kilometer. Ketinggian air terjunnya mencapai 35 meter dan berasal dari aliran Sungai Cigunung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya