SOLOPOS.COM - Siswo Sumarno menunjukkan jebakan kuwawung di Dusun Bolang, Desa Girikarto, Kecamatan Panggang, Selasa (23/9/2014). (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Warga Dusun Bolang, Desa Girikarto, Kecamatan Panggang, menggunakan alat jebakan kuwawung untuk melindungi pohon kelapa. Selama ini, kelapa menjadi sumber penghasilan warga setempat.

Salah satu warga yang menjadi petugas pemasang jebakan Siswo Sumarno, 58, mengatakan di Dusun Bolang, ada 32 jebakan yang dipasang. Jebakan tersebut mulai dipasang empat bulan lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kami dapat pelatihan dari mahasiswa mengenai jebakan ini. Kemudian kami juga diberi alat. Kebetulan, saya yang dipasrahi untuk memasang,” ujar dia ketika ditemui di rumahnya di Dusun Bolang, Selasa (23/9/2014).

Siswo menambahkan sejak dipasang jebakan, kelapa yang mati karena kuwawung menjadi berkurang. Para petani di wilayah tersebut pun menyambut baik penemuan mahasiswa tersebut.

Siswo menerangkan jebakan tersebut berupa ember. Pada tutup ember dibuat empat lubang. Di atasnya, dibuat sekat. Tutup tersebut disatukan dengan kayu yang dimasukkan ke dalam ember. Pada ujung kayu, dipasangi obat yang bisa menarik kuwawung jantan.

“Begitu masuk ke dalam ember, kuwawung tidak bisa keluar lagi. Akhirnya mati,” imbuh dia.

Jebakan tersebut dipasang di dekat pohon dan di atas ketinggian 2,5 meter. Jebakan ini masih bisa berfungsi hingga jarak satu kilometer.

“Tapi, saya menemui kendala untuk merawat jebakan ini. Sampai sekarang, saya tidak dikirimi obatnya lagi,” ujar dia.

Siswo menerangkan, obat di beberapa jebakan sudah tidak mengeluarkan aroma. Ia pun tidak mengetahui nama obat tersebut maupun di mana ia bisa membeli. Ia berharap, ada kelanjutan dari program tersebut sehingga kelapa para petani tetap aman dari kuwawung.

Salah satu warga, Samingin mengatakan, kelapa menjadi sumber penghasilan warga. Kelapa dari Bolang dikirim ke Pantai Baron dan Pantai Pulangsawal untuk dijual kepada wisatawan. Ia mengatakan, setiap sore warga Bolang bisa mengirim 900 hingga 1.500 buah kelapa.

“Dari petani, setiap biji dijual Rp2.000 untuk kelapa muda. Untuk yang tua antara Rp1.500 hingga Rp2.000,” ujar dia.

Samingin menambahkan, kelapa muda bisa panen setiap tiga minggu sekali. Namun, untuk kelapa kering, dipanen tujuh bulan sekali. Selain dijual, warga juga menggunakan kelapa untuk memasak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya