SOLOPOS.COM - Warga sibuk mengecat ornamen batik di industri batik tulis Windasari di Desa Kliwonan, Masaran, Sragen, belum lama ini.(Solopos.com/Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN — Kliwonan merupakan satu dari tiga desa di Sragen yang dikenal sebagai sentra kerajinan batik setelah Desa Pilang dan Desa Pungsari.

Di Desa Kliwonan, terdapat belasan tempat usaha kerajinan batik, baik batik tulis maupun batik cap. Kerajinan batik ini dilestarikan secara turun temurun. Sebagian besar produk batik dari Desa Kliwonan itu dipasok ke Pasar Klewer. Ada pula yang dipasok ke Jakarta melalui sejumlah tengkulak.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Datangnya pandemi memengaruhi omzet penjualan batik dari Desa Kliwonan. Saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), banyak toko ditutup sehingga perputaran uang dari bisnis penjualan batik menjadi terkendala.

Baca juga: Solopos Gelar Ekspedisi Energi 2021, Simak Laporan Lengkapnya di Sini

Pada pertengahan Juni lalu, Pemerintah Kecamatan (Pemcam) Masaran meluncurkan program Satu Desa Satu Produk (Sade Sapu). Program ini guna mendukung tumbuh kembang pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM), khususnya dalam menghadapi Pandemi Covid-19.
Peluncuran program Sade Sapu itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara paguyuban pelaku UMKM dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Kliwonan merupakan satu dari tiga desa yang menjadi pilot percontohan.

Dua desa lainnya adalah Karangmalang dengan produk unggulan kerajinan sangkar burung dan Sepat dengan produk unggulan aneka perabotan rumah tangga.

Baca juga: Lansia Pikun Buang Puntung Rokok di Kasur, 2 Rumah Warga Kalijambe Sragen Terbakar

Paguyuban Perajin Batik di Kliwonan

Setelah meneken nota kesepahaman itu, BUMDes diharapkan bisa menjadi mitra kerja bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan usaha mereka. “Kami mendorong di pembahasan APBDes Perubahan, ada peningkatan alokasi dana penyertaan modal untuk BUMDes. Penyertaan modal itu bisa digunakan untuk peningkatan kerja sama dengan kelompok pelaku usaha,” terang Camat Masaran, Agus Winarno, kepada Solopos.com, Minggu (8/8/2021).

Tidak adanya paguyuban para perajin batik di Desa Kliwonan membuat antarpengrajin tidak menjalin kerja sama. Dampaknya, mereka cenderung bekerja sendiri-sendiri. Bahkan, tidak jarang terjadi persaingan usaha yang tidak menyehatkan.

“Selama ini kecenderungannya berjalan sendiri-sendiri. Saya berharap program Sade Sapu bisa membawa dampak positif bagi iklim usaha batik di Kliwonan. BUMDes bisa membantu dalam pemasaran batik seperti penjualan via online,” terang Kades Kliwonan, Aswanda.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya