SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

“Wah, bagaimana kabar warga Indonesia di Jepang sana ya, setelah ledakan pembangkit energy nuklir itu… Katanya radiasi di mana-mana… Katanya lagi, makanan produksi lokal tercemar nuklir, sekali lagi katanya ekonomi Negara itu lumpuh…,” cecar Suto kepada sahabat lawasnya di Angkringan Pakdhe Harjo Sabtu sore itu.

“Biasa-biasa saja tha.. Sampeyan kok tiba-tiba nanya seperti rentetan tembakan mitraliur, ndak biasa-biasanya, begitu. “

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Begini, masyarakat Jepang terlihat sudah terlatih menghadapi kondisi berat. Mereka pernah dibom atom sampai abis-abisan, berkali-kali terkena gempa, tsunami, dan sebagainya tetep saja tegar tha..” ujar Noyo sambil nyeruput teh kerampul kesukannya.

“Begini bro, Suto kelihatannya kangen sama sampeyan, mungkin karena sudah agak lama kita tidak ngumpul,” timpal Subarry Manilauw, anggota termuda geng diskusi partikelir Tiga Sekawan tersebut.

“Berarti ndak bener tha kata banyak orang bahwa kondisi di Jepang sedang gawat… Nek aku mbaca berita Negeri Matahari Terbit itu relatif sudah pulih dan cenderung normal kembali,” kata Suto.

“Kata Koran-koran nasional, termasuk di Harian Jogja, justru berbagai bencana itu membuat bangsa Jepang makin solid dan tekad serta disiplin mereka makin kokoh saja. Yang saya lihat cukup unik adalah budaya malu bangsa itu sangat besar ya mas bro,” ungkap Subarry.

“Itu betul Bar.. Sabtu pekan lalu, aku mbaca Harjo, kaget juga dengar merebaknya kabar pengunduran diri Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Yoshio Hachiro. Padahal, dia kan baru delapan hari menduduki posisinya sebagai menteri  METI tersebut lho,” Noyo menanggapi.

“Emang kenapa mas bro, kenapa dia harus cepat-cepat mengundurkan diri.. Itu kan berarti ndak sempat menikmati kedudukannya sebagai pejabat tinggi kementerian bergengsi itu dong..” sergah Subarry.

“Sepele kok.. Hanya gara-gara komentarnya bahwa ‘Fukushima sudah menjadi kota mati’ berujung pada pengunduruan dirinya. Tak pelak, media dan masyarakat mengkritik dia.. dan setelah sempat minta maaf secara resmi, Hachiro-san mengundurkan diri. Sebegitu besar rasa malu dan tanggung jawabnya sebagai pejabat publik,” tutur Noyo.

“Wah, beda betul ya dengan di negara kita.. Seorang pemimpin lembaga tinggi yang sudah berkali-kali melontarkan komentar aneh, bahkan cenderung bodoh, serta menyinggung harga diri bangsa, boro-boro mundur.. minta maaf saja tidak. Benar-benar muka badak kan..” ucap Subarry.

“Lha ini malah baru saja terjadi di Brazil. Menteri pertaniannya mengundurkan diri karena dugaan koprupsi yang diarahkan kepadanya. Ia bahkan menjadi menteri ketiga yang hengkang dari kabinet, menyusul menteri transportasi dan menteri pertahanan..” tutur Suto sambil membaca Harjo khusus ulasan luar negerinya.

“Seharusnya ya begitulah pemimpin atau pengemban amanah itu. Kalau memang dirinya berbuat sesuatu yang menyinggung perasaan rakyat atau membuat suasana tidak nyaman, apalagi sampai merugikan bangsa dan negara, dia harus mengambil langkah ksatria, yaitu mengundurkan diri..” ujar Noyo.

“Halah, Bang.. di negara kita ini, seorang pejabat sudah dikecam banyak orang pun tetap saja menolak mundur, karena baginya jabatan itu nikmat. Lha gimana ndak nikmat.. dia dielu-elukan, diberi fasilitas istimewa, segala kebutuhan hidupnya dibayari negara.. meskipun itu semua berasal dari uang hasil keringat rakyat..” papar Subarry.

“Iya ya, belum lagi kalau dia bepergian kemana-mana dikawal pakai mobil bersirine nan meraung-raung, sehingga meskipun melalui jalanan yang macet buntet, tetap saja sang pejabat bisa lolos karena pengawal depan belakang menggunakan pendekatan kekuasaan maksa orang biasa untuk minggir demi pejabat tadi. Konyol memang, tapi begitulah adat yang kemudian dilembagakan untuk seorang pejabat di negeri ini, makanya kalau sudah menduduki jabatan lupa turun,” kata Suto.

“Kalau seorang menteri di negeri kita dirundung persoalan yang sudah selayaknya bagi dia untuk mengundurkan diri, yang bersangkutan selalu punya dalih alias ngeyel untuk tetap menduduki jabatanya. Mereka selalu bilang menyerahkan sepenuhnya kepada keputusan presiden, karena dirinya hanyalah pembantu presiden..” tambah Subarry.

“Itu dia sikap tidak tahu malu.. Tidak ada dalam diri mereka sikap ksatria bahwa skandal yang membelenggu mereka tentu saja akan mengganggu kredibilitas kabinet maupun institusi yang seharusnya menjunjung tinggi martabat bangsa dan negara. Sudah jelas-jelas bawahannya langsung ketangkap basah oleh KPK, misalnya, sang menteri masih saja ngotot tidak merasa bersalah,” timpal Noyorono.

“Di Jepang nggak ada badak sih, jadi para pejabatnya tidak bisa bermuka badak. Nggak seperti di negara kita, yang harus melestarikan badak, eh.. para pejabat kita ternyata turut membonceng ketenaran binatang tersebut sehingga mereka bermuka badak…” kata Suto yang disambut gelak tawa kedua sohibnya itu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya