SOLOPOS.COM - Ichwan Prasetyo

Gagasan ini dipublikasikan Harian Solopos edisi Senin (27/11/2017). Esai ini karya Ichwan Prasetyo, jurnalis Solopos dan anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Solo. Alamat e-mail penulis adalah ichwan.prasetyo@solopos.co.id.

 Solopos.com, SOLO–Pengelola 20 media siber bersepakat membentuk Himpunan Media Alternatif Nusantara (Human). Mereka mendeklarasikan pembentukan asosiasai pengelola media siber alternatif tersebut di panggung utama Festival Media Aliansi Jurnalis Independen (AJI) 2017 di Grha Solo Raya, Jl. Slamet Riyadi, Gladak, Solo, Kamis (23/11).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Para pengelola 20 media siber itu sepengetahuan saya adalah para jurnalis anggota AJI yang sebagian bekerja atau pernah bekerja di beberapa media besar di negeri ini atau media asing, sebagian besar berstatus kontributor, yang kemudian membangun media siber yang mereka kelola secara mandiri.

Frasa ”media altenatif” menjadi penting untuk mengidentifikasi para pengelola 20 media siber itu sekaligus menjadi acuan untuk memantau apakah mereka konsisten dengan niat mereka atau tidak ketika media mereka bertahan dalam waktu lama.

Human didirikan sebagai wadah sekaligus jaringan bagi pengelola media siber yang dikelola secara mandiri dan tidak berorientasi pada keuntungan atau bisnis. Pembentukan Human diinisasi anggota AJI dari sejumlah daerah di Indonesia.

”Media alternatif” itu pemaknaannya, sesuai penjelasan mereka saat deklarasi, adalah media yang pengelolaannya tidak berorientasi pada keuntungan atau bisnis. Inilah yang menarik sekaligus memunculkan pertanyaan: seriuskah mereka?

Pendeklarasian Human itu, berdasar obrolan saya dengan beberapa deklaratornya, dilandasi keprihatinan mereka terhadap kondisi media arus utama era kini, khususnya media siber atau media online (dalam jaringan atau daring), yang sering kali tergerus kepentingan pragmatis.

Dari interaksi dan keprihatinan yang sama, sejumlah jurnalis tersebut menginisiasi lahirnya media siber yang berusaha mewujudkan secara konsisten fungsi pers sebagai penampung dan penyalur aspirasi masyarakat.

Selanjutnya adalah: Merupakan tindakan alternatif menjaga muruah jurnalisme…

Tindak alternatif

Ini merupakan tindakan alternatif untuk menjaga muruah jurnalisme dan media massa yang berbasis kredo jurnalisme. Demikian kata Dwidjo Utomo Maksum yang membacakan deklarasi pembentukan Human.

Human tidak menganggap upaya dari beberapa jurnalis yang membangun media siber atau media daring (online) menjadi perusahaan besar dengan model media kapitalistis sebagi hal yang buruk sebab media seperti itu memang harus tetap tumbuh.

Para pengelola media siber anggota Human menggarap media siber berbasis konten unik dan inspiratif. Menurut mereka, pilihan seperti itu adalah keniscayaan pers, jurnalisme, dan jurnalis agar tetap pada koridornya.

Media alternatif yang dikelola para anggota Human merupakan perlawanan konstruktif terhadap kehidupan pers di Indonesia yang serbaformalitas. Demikian kata Dandhy Dwi Laksono, salah seorang deklarator Human.

Kehadiran Human diharapkan mendorong keberagaman media. Kehadiran Human juga diharapkan mampu mengembangkan media yang menyalurkan dan menginformasikan kondisi dan suara masyarakat yang terabaikan.

Semangat demikian ini tertuang dalam slogan Human ”Yang tak berdaya juga perlu media, yang tak bersuara juga perlu media, yang tak berkuasa juga perlu media, yang tak berdana juga perlu media, dan yang tak sama juga perlu media.”

Kala dideklarasikan pada Kamis pekan lalu Human menghimpun 20 media alternatif dari berbagai daerah di Indonesia. Media tersebut adalah JurnalisTravel.com (Padang), PeladangKata.com (Pontianak), Gangsiput.com (Jogja), Kediripedia.com (Kediri), dan Terakota.id (Malang).

Selain itu adalah Batikimono.com (Malang), DeGorontalo.co (Gorontalo), Mentawaikita.com (Padang), Sudutruang.com (Bengkulu), dan LiveIndonesia.id (Bengkulu), Tulistangan.com (Padang), dan Duniamelancong.com (Medan).

Kemudian Seniberjalan.com (Batam), Inibalikpapan.com (Balikpapan), BaleBengong.id (Bali), Sumbarkita.com (Padang), ArtSpace.com (Bandung), IndonesiaBiru.com (Jakarta), KilasJambi.com (jambi), dan Pojoksamber.com (Lampung).

Selanjutnya adalah: Konten media-media tersebut selama ini tetap mengacu…

Konten media

Konten media-media tersebut selama ini tetap mengacu pada standar dan ragam jurnalisme. Demikian kata salah seorang penggagas Human, Syofiardi Bachyul J.B. Salah satu misi besar media-media tersebut adalah agar informasi mengenai daerah bisa terpublikasi luas karena sulit mengandalkan media arus utama atau mainstream untuk menyuarakannya.

Pendeklarasian Human sesungguhnya tak lepas dari gejala media arus utama era kini yang terjebak dalam problem etis ”mematikan garis api” dan mencampuradukkan kepentingan bisnis dengan independensi ruang redaksi.

“Garis api” dalam jurnalisme adalah kredo yang memisahkan secara tegas independensi redaksi—yang berpijak pada elemen-elemen jurnalisme, kode etik jurnalistik, dan UU Pers—dan kepentingan bisnis perusahaan pers/media. Prinsipnya adalah redaksi harus terbebas dari intervensi kepentingan nonjurnalisme.



Dalam konteks sekarang banyak media yang “mematikan garis api” tersebut. Kepentingan bisnis plus politik sering mengintervensi redaksi sehingga kehilangan independensi dan akhirnya mengabaikan kepentingan publik, padahal loyalitas jurnalis dan jurnalisme adalah kepada publik.

AJI Indonesia mengambil langkah konkret untuk mengantisipasi “gejala negative” dalam jurnalisme Indonesia ini dengan merumuskan kode perilaku. Kode perilaku adalah acuan perilaku jurnalis anggota AJI demi menjaga muruah jurnalis dan jurnalisme serta menegakkan kode etik jurnalistik dan elemen-elemen jurnalisme.

Kode perilaku jurnalis anggota AJI itu dibahasa secara intensif dalam Kongres X AJI di The Sunan Hotel Solo, Jumat-Senin (24-27/11). Saya terlibat dalam perumusan draf kode perilaku itu jauh sebelum kongres. Kode perilaku itu akan menjadi pedoman yang sangat mengikat bagi seluruh jurnalis anggota AJI.

Selanjutnya adalah: Kode perilaku mencakup hampir semua aspek…

Semua aspek

Yang diatur dalam kode perilaku itu mencakup hampir semua aspek pribadi jurnalis kala menjalankan profesi sebagai jurnalis. Aktivitas di media sosial tak luput dari pembahasan hingga muncul rumusan kode perilaku anggota AJI kala aktif di media sosial.

Kode perilaku ini akan sangat membantu majelis etik AJI di level nasional maupun daerah untuk menegakkan kode etik jurnalistik dan member sanksi pada jurnalis anggota AJI yang ketahuan melanggar kode etik jurnalistik.

Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo alias Stanley ketika saya temui sebelum mengisi salah satu sesi worksop di Festival Media AJI 2017 mengatakan kode perilaku jurnalis yang dirumuskan AJI bisa diadopi oleh Dewan Pers dan kemudian dijadikan keputusan Dewan Pers yang berlaku bagi seluruh jurnalis di Indonesia.

Melawan intervensi terhadap ruang redaksi yang menyebabkan redaksi kehilangan independensi, kehilangan muruah jurnalisme, dan mengkhianati kode etik jurnalistik adalah pekerjaan berat pada era ketika pers menjadi industri.

Melawan arus utama tak pernah ringan. Yang paling enak adalah mengikuti arus. Jurnalis-jurnalis anggota AJI memilih untuk melawan gejala ”mematikan garis api” yang kian menjadi arus utama di industri pers negeri ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya