SOLOPOS.COM - Abu Nadhif (foto: istimewa)

Gagasan ini dimuat Harian Solopos edisi Senin (22/01/2018). Esai ini karya Abu Nadhif, jurnalis Solopos. Alamat e-mail penulis adalah abu.nadhif@solopos.co.id.

Solopos.com, SOLO–Siapakah pelawak paling cerdas sekaligus terlucu saat ini? Saya yakin banyak yang setuju jika saya memilih Cak Lontong. Cak Lontong adalah komedian dengan gaya pelesetan yang cerdas, kritis, dan menghibur.

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

Lelaki bernama lengkap Lies Hartono ini tetap lucu tanpa kehilangan kecerdasan dan tetap cerdas tanpa kehilangan kelucuan. Cak Lontong muncul sebagai antitesis dari lawakan tempo dulu yang cenderung mengandalkan kelucuan fisik ala slapstick.

Ia bermain dengan logika dan pernalaran yang diolah dengan tataran kata yang jika diucapkan orang lain biasa saja, tapi menjadi istimewa kala dia yang berucap.

Ekspedisi Mudik 2024

Para era now sebenarnya Cak Lontong tidak sendirian memerankan pelawak yang bermain dengan kecerdasan kata. Ada beberapa komika yang menonjol di permainan kata, tapi tetap Cak Lontong yang paling unggul.

Mengapa? Pertama, lelaki yang memulai karier lawak bersama grup Ludruk Cap Toegoe ini pandai mengambil tema yang aktual dan relevan. Dalam konteks bisnis ini sangat menguntungkan bagi dia sendiri.

Kebiasaan Cak Lontong adalah membuat pelesetan positif untuk nama-nama pejabat dari instansi/perusahaan yang mengundang dia. Misalnya,  ia memanjangkan nama Ketua Partai Golongan Karya Airlangga Hartarto menjadi Amanah Mengalir Langkahnya Terjaga, Harapannya Mengantar Rakyat Makmurnya Roto (rata). Tentu saja itu membuat penonton tertawa dan menyenangkan pengundang. Cak Lontong pun laris manis.

Selanjutnya adalah: Selalu membuat kejutan sebelum berakhir…

Kejutan

Kedua, Cak Lontong selalu mampu membuat kejutan sebelum lawakan berakhir. Ini yang paling saya tunggu sebagai penggemar stand up comedy, misalnya,”Meskipun Anda jelek jangan pernah takut mencintai orang lain karena sesungguhnya yang seharusnya takut adalah orang yang Anda cintai.”

Ketiga, Cak Lontong selalu menempatkan pikiran dia berseberangan dengan logika awam. Ini yang menjadikan dia berbeda dari pelawak lainnya. Logika dia kerap terbalik dari persepsi awam, melawan arus pemikiran orang banyak tapi tidak salah nalar.

Ini jelas bukan sekadar bakat alam tapi melalui proses belajar dan perencanaan serta latihan yang baik. Cak Lontong memadukan bakat,  kecerdasan, dengan pengetahuan yang luas lalu meluncurlah dari mulutnya aneka bahasa silogisme yang membuat kita tertegun lalu ngakak.

Ia pandai menghidupkan suasana. Dalam interaksi spontan, misalnya roasting, alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini mampu mengelak dan menyerang balik tanpa merendahkan pelawak lain. Daya tariknya begitu kuat. Seolah-olah saat kita melihat dia naik pentas akan selalu ada pengetahuan lucu baru yang bakal kita dapatkan.

Cak Lontong mampu membuat penonton terbahak-bahak tanpa membuat orang lain terhina. Demikianlah esensi lawakan. Tujuan utama melawak adalah menghibur, membuat yang susah jadi senang, yang kusut jadi fresh.

Selanjutnya adalah: Lawakan lucu tanpa menyakiti…

Tanpa menyakiti

Komika Joshua Suherman dan Ge Pamungkas perlu banyak belajar dari Cak Lontong tentang bagaimana menyajikan lawakan yang lucu tanpa menyakiti. Lucu dan terkenal bisa diraih tanpa harus dengan kontroversi.

Fakta ada sekelompok muslim yang melaporkan Joshua dan Ge Pamungkas ke polisi menunjukkan ada yang tersakiti dari lawakan mereka, padahal, sekali lagi, esensi melawak adalah menghibur, bukan membuat murka.

Di negeri ini, isu suku, agama, ras, dan golongan—khususnya agama–sangat sensitif. Ritual dan dalil-dalil agama terlalu sakral untuk dijadikan dagelan. Menjadikan kaidah dan ritual agama sebagai bahan lawakan berisiko menyakiti komunitas agama tertentu.

Selain Joshua dan Ge Pamungkas, ada komika Mongol yang juga sering menjadikan agama (Kristen) sebagai materi lawakan. Jujur saja, itu mengurangi minat saya melihat mereka tampil. Dalam pandangan saya sebagai penyuka dunia komedi, lawakan berbasis agama itu ”garing, tidak lucu.

Sebagaimana artis yang diidolakan, pelawak pun punya penggemar militan. Sesuatu yang muncul dari sang panutan akan menjadi tren. Ingat dengan istilah ”prekitiew” yang cetar membahana yang kali pertama dikenalkan pelawak Sule?

Celetukan ”mikir” yang dikenalkan Cak Lontong juga tertanam kuat di benak penggemar dia. Dua kata itu tiba-tiba saja menjadi begitu populer diucapkan di berbagai pelosok negeri ini.

Seorang pelawak bukan hanya harus bisa melucu tapi juga mempunyai kecerdasan sosial. Cak Lontong dalam kaca mata saya adalah pelawak dengan kecerdasan sosial yang tinggi.

Selanjututnya adalah: Gabungan kesadaran diri dan kesadaran sosial…



Kesadaran diri

Kecerdasan sosial, menurut ilmuwan daya Ross Honeywill, adalah gabungan kesadaran diri dan kesadaran sosial. Orang dengan kecerdasan sosial tinggi memiliki kemampuan mengenal diri sendiri dan orang lain, mampu bertindak bijaksana dalam hubungan sosial manusia.

Stephen Jay Could (1994) menjelaskan kecerdasan sosial merupakan suatu kemampuan untuk memahami dan mengelola hubungan manusia. Kecerdasan ini adalah kepandaian yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan sosial tinggi.

Perkembangan Internet yang masif mengikis jarak dan waktu. Apa pun kejadian di satu tempat bisa diketahui dan disaksikan di daerah lain dalam hitungan menit.

Kejadian dan kegiatan yang dulu hanya diketahui komunitas terbatas dan di ruang tertutup, kini begitu gampang diketahui orang lain yang mungkin tidak sepaham. Dalam beberapa kasus hal ini memicu perselisihan.

Bijak dalam bertindak menjadi kunci. Sebagai artis yang notabene tokoh publik, Joshua dan Ge Pamungkas perlu lebih bijak kala melawak. Situasi negeri yang karut-marut akibat banjir perdebatan di dunia maya setiap detik jangan diperparah dengan tindakan yang mengundang tawa sesaat tapi memicu kemarahan berkepanjangan.

Merenung dan merencanakan bahan lawakan bukan barang tabu. Cak Lontong mengakui kelucuan dia didukung perencanaan materi yang baik sebelum naik pentas. Penonton pun paham mana lawakan yang dewasa dan bijaksana dan mana lawakan yang asal-asalan dan akhirnya berujung ”garing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya