SOLOPOS.COM - Upacara Melasti di Klaten (Espos/Farid Syafrodhi)

Upacara Melasti di Klaten (Espos/Farid Syafrodhi)

Ida Pedande Subali Tiyanyar Arimbawa duduk bersila di panggung yang diletakkan di tengah-tengah kawasan Umbul Geneng, Desa Pluneng, Kecamatan Kabonarum, Klaten, Minggu (18/3/2012). Rambut panjangnya tertutupi oleh mahkota merah berhias asesoris keemasan. Mulutnya melafalkan doa-doa. Kedua tangannya sesekali memercikkan air menggunakan bunga kamboja, ke plangkiran atau sesajen kecil yang terhidang di depannya. Beberapa kali ia juga membunyikan gemerincing bel.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sementara itu suara gamelan dipukul bertalu-talu. Para sinden juga melantunkan bait-bait syair bahasa jawa. Asap dari pucuk-pucuk dupa yang menyala, tiba-tiba menyeruap mengikuti arah angin. Bau bakaran dupa pun menusuk hidung.

Ekspedisi Mudik 2024

Di bagian lain, ribuan umat hindu duduk menyemut di atas tikar, mengelilingi Ida Pedande yang tengah membaca doa. Umat hindu perempuan mengenakan kebaya serba putih dan duduk bersila. Sedangkan beberapa umat hindu pria mengenakan batik. Di samping plangkringan, semua pemangku pura yang ada di Klaten, duduk bersila dan mengikuti prosesi upacara Melasti dengan khidmat. Mereka semua mengenakan busana serba putih.

Selain plangkringan, ada pula sesajen lebih besar, yaitu Jempana, yang dikirim dari berbagai pura di Klaten. Jempana diletakkan di dekat para pemimpin pura. Pada bagian lain, lima ayam yang sudah mati disajikan di sisi belakang pemandian Umbul Geneng, bersama dengan sesajen lain.

Beberapa menit kemudian, belasan pemimpin pura mengambil air dan sesaji yang sudah didoakan. Air tersebut lalu dipercikkan ke sesaji. Mereka berjalan beriringan. Tak lupa pepohonan yang berada di kompleks permandian juga dipercikkan sesaji.

Seusai berdoa, sesaji persembahan berupa ayam yang sudah mati, dibakar bersama dengan sesajen lainnya. Pembakaran tersebut sembari diiringi lagu gamelan khas Bali dan kentongan dari bambu. Setelah itu, salah satu pemimpin pura pun membuang dua bebek di sumber air. Bebek itu pun diperebutkan oleh anak-anak yang telah menunggu sejak lama. Sebagai pamungkas, ribuan umat hindu pun memanjatkan doa dengan meletakkan kedua tangan pada dahi masing-masing.

Pendarma Wacana Upacara Melasti, Ngakan Gde Sugiharta Gardita, mengatakan Melasti merupakan upacara penyucian jiwa manusia dengan mendatangi sumber air. Sumber air itu bisa di danau, sungai, umbul maupun laut. “Bagaimana pun juga, air adalah sumber kehidupan. Air adalah sarana untuk membersihkan kotoran,” ujar Sugiharta saat Melasti di Umbul Geneng, Minggu siang.

Saat Hari Raya Nyepi yang jatuh pada Jumat (23/3/2012) mendatang, kata dia, adalah momen untuk membersihkan batin, perenungan dan evaluasi diri. Tujuan dari Melasti sendiri adalah untuk menyelami ke dalam dirinya yang sebenarnya, melenyapkan penderitaan serta mengerti hakikat kehidupan yang sebenarnya. “Melasti juga untuk menyucikan jiwa. Manusia itu pasti memiliki penyakit hati, seperti sombong, dengki dan sebagainya. Karena itu harus dihapuskan dulu sebelum Nyepi,” kata dia.

Menurutnya, penyakit hati itu lebih berbahaya dibandingkan penyakit fisik. Penyakit yang masih diderita masyarakat saat ini, kebanyakan yakni senang melihat orang sudah dan susah melihat orang senang. Melalui momen Melasti ini, sebisa mungkin hati seseorang harus senang melihat orang senang, dan susah melihat orang susah. “Kalau diri kita sudah suci, maka kita bisa mendekatkan pada Shang Hyang Widhi. Bila pikiran sudah jernih, maka kita bisa menyikapi kehidupan dengan baik,” papar Sugiharta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya