SOLOPOS.COM - Wiryo, 77, tukang becak menunggu penumpang di Jl. Agus Salim, Solo, Kamis (6/2/2020). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO – Keberadaan becak sebagai moda transportasi di Solo kian buram. Sampai saat ini pemerintah belum punya solusi terbaik untuk membantu tukang becak di Solo yang kian terpuruk seperti Wiryo.

Tukang becah tua berusia 77 tahun itu menunggu penumpang di timur Perlintasan Kereta Api (KA) Purwosari, Kamis (6/2/2020). Sepanjang hari ia hanya duduk berteduh di becak miliknya sambil melihat sejumlah penggendara sepeda motor dari arah Jl. Agus Salim yang bingung melihat perlintasan KA ditutup.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Bikin dan Perpanjang SIM di Solo, Wajib Ikut Psikotes

Sesekali Wiryo mengarahkan pengendara sepeda motor untuk berjalan ke timur melalui Manahan. Wiryo mangkal di Stasiun Purwosari dari Kerten sejak bus antar-kota dalam provinsi (AKDP) melalui Jl. Honggowongso sejak Senin (3/2/2020).

Wis pasrah [sudah pasrah]” kata dia yang biasa mengantarkan penumpang setelah turun dari bus.

Wiryo menceritakan belum mengangkut satupun penumpang sejak berlakunya rute bus dari arah Wonogiri melalui Jl. Honggowongso Solo. Ia mengandalkan kiriman uang dari anak tunggalnya yang bekerja di Surabaya dan mendapatkan sarapan gratis dari salah satu pengusaha kuliner.

Wuzzz… Solo-Klaten Naik KA Bandara Cuma Sejam

“Kiriman sebulan Rp100.000 sampai Rp200.000. Enggak cukup untuk bayar kos,” kata dia yang kini hidup sendiri di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan Solo.

Hilangnya penumpang juga dirasakan tukang becak lain, Manto, 60, yang mengandalkan penumpang dari bus AKDP yang menurunkan penumpang di Halte Kerten. Para penumpang mayoritas turun di sejumlah rumah sakit yang tak jauh dari Kerten.

“Kalau ramai bisa dapat Rp50.000 per hari. Tarif dari halte sampai Rumah Sakit Paru [Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta] Rp20.000. Dua hari ini belum ada penumpang,” katanya.

Manto merapat ke Stasiun Purwosari berharap mendapatkan penumpang tetapi ia akan kebingungan bila ada penumpang yang mengarah ke barat.

Anak Tangga Gunung Lawu Dilengkapi Penerangan dan Rambu Petunjuk

“Misal ada penumpang. Ya, saya tawarkan memutar arah manahan. Tapi tarifnya beda,” katanya.

Siang itu, sejumlah ojek daring lebih sering mengangkut penumpang dari barat laut Bank Mayapada setelah kereta berhenti. Sementara para tukang becak hanya duduk melihat kesibukan ojek daring menaikkan dan menurunkan penumpang.

Dampak pembangunan flyover juga dirasakan sekitar 50-an anggota paguyuban tukang becak Stasiun Purwosari, Jasa Karya. Penumpang mereka turun drastis sejak perlintasan KA Purwosari ditutup.

Perjalanan Transgender Lucinta Luna: Berperilaku Seperti Perempuan Sejak 5 Tahun

Salah satu anggota Jasa Karya, Panut, 63, belum mendapatkan satu penumpang pada pukul 13.30 WIB. Biasanya ia sudah mengantarkan empat sampai lima penumpang KA.

Isone gur ngetan [bisa ke arah timur saja]. Pasrah aja,” kata dia ketika Solopos.com meminta tanggapan pelaksaan pembangunan proyek Flyover Purwosari.

Panut menjelaskan, anggota paguyuban memiliki pelanggan yang biasa menuju Halte Kerten untuk melanjutkan perjalanan ke arah Jogja atau Semarang. Ia mengklaim kini para penumpang beralih menggunakan aplikasi ojek daring.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya