SOLOPOS.COM - Asap dari proses pengasapan tembakau di oven tembakau yang terletak di Dukuh/Desa Jembungan, Banyudono, Boyolali ini dikeluhkan warga setempat, namun sudah ada titik temu penyelesaian. (JIBI/SOLOPOS/Septhia Ryanthie)

Asap dari proses pengasapan tembakau di oven tembakau yang terletak di Dukuh/Desa Jembungan, Banyudono, Boyolali ini dikeluhkan warga setempat, namun sudah ada titik temu penyelesaian. (JIBI/SOLOPOS/Septhia Ryanthie)

BOYOLALI – Keluhan warga terkait operasi oven tembakau di Dukuh/Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, akhirnya memperoleh jawaban. Dalam pertemuan yang difasilitasi pihak Kecamatan Banyudono di pendapa kantor kecamatan setempat, Rabu (10/10/2012), pemilik oven tembakau, Sugiyanto, menyanggupi akan meminimalisasi limbah dari pengoperasian oven tembakau, khususnya untuk limbah abunya, agar dampaknya tidak mengganggu warga yang tinggal di sekitar oven.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pertemuan yang dipimpin langsung Camat Banyudono, Paiman itu dihadiri sejumlah warga baik yang pro maupun kontra dengan keberadaan oven, jajaran Komisi IV DPRD, penyewa oven, Kartono; Kades Jembungan, Agus Wahyono serta penasehat Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Boyolali, Tulus Budiyono.

Ekspedisi Mudik 2024

Menyikapi keluhan warga terkait keberadaan oven tembakau miliknya, Sugiyanto mengatakan akan segera berkoordinasi dengan penyewa untuk mengurangi dampak limbah yang dianggap mengganggu sebagian warga. Ditambahkan dia, sebenarnya oven tembakau tersebut telah cukup lama dioperasikan di dukuh itu. Menurut dia, selama ini pihaknya selalu kooperatif dengan warga sekitar oven tembakau, termasuk masalah penanganan limbah.

”Kalau ada warga yang mengeluh gara-gara limbah abu, saya selalu mengupayakan dengan menyiramkan air dan menutupnya, sehingga tidak sampai mengganggu warga. Tidak pernah ada masalah dengan warga sekitar sampai belakangan mencuat di media massa,” ungkap Sugiyanto. Sementara untuk limbah asap, menurut dia, itu wajar terjadi sebagai bagian dari proses pengasapan tembakau. Terkait persoalan itu, menurut dia, sebenarnya telah diminimalisasi pula dengan mengkondisikan bangunan oven tembakau yang tinggi. ”Toh itu biasanya hanya untuk waktu tiga bulan, tidak sampai setahun penuh,” imbuh dia.

Sementara untuk pembuatan cerobong asap sebagaimana yang pernah diharapkan warga yang kontra, Sugiyanto mengaku pihaknya bingung. Sebab menurut dia, belum pernah ada oven tembakau dilengkapi dengan cerobong. Pengelola oven tembakau, Waji, yang hadir dalam pertemuan itu, menambahkan, keberadaan asap sangat dibutuhkan untuk mempercepat pengeringan tembakau. “Kalau dibuatkan cerobong dan asap dibiarkan keluar maka proses pengeringan tembakau akan bertambah lama,” katanya.

Tulus selaku penasehat APTI Boyolali, menyarankan agar polusi asap dikurangi dengan pemasangan jendela kecil di bagian atas bangunan bangunan oven. Jendela itu bisa dibuka sehingga asap bisa langsung terbawa angin menjauh. “Untuk limbah abu bisa dibuang setelah semua proses selesai. Sebelum dibuang, abu disiram air agar lembab,” katanya.

Salah seorang warga yang kontra, Bambang Sutopo, menyatakan pihaknya hanya meminta persoalan limbah mendapat perhatian. Selain limbah abu yang beterbangan diterpa angin, pihaknya juga meminta agar kegiatan oven tembakau tidak sampai menutup saluran air. Pertemuan itu akhirnya menyepakati peninggian sebagian atap di sisi atas bangunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya