SOLOPOS.COM - Media cetak (ilsutrasi: kreditgogo.com)

Gagasan ini dimuat Harian Solopos edisi Senin (12/3/2018). Esai ini karya Ubed Abdilah S., praktisi dan pengamat media serta pengajar di Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma Tangerang. Alamat e-mail penulis adalah abdeeki@gmail.com.

Solopos.com, SOLO–Harian Bernas, surat kabar (koran) legendaris di kota pelajar, Jogja, resmi berhenti terbit beberapa waktu lalu. Bernas menyusul Harian Joglosemar yang juga tutup usia pada umur yang relatif muda akhir tahun lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kerontokan dua media cetak koran ini menambah daftar media cetak yang gulung tikar dalam beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, beberapa media cetak nasional juga menghentikan produksi edisi daerah sehingga memangkas atau merumahkan sebagian pekerja, termasuk jurnalis.

Gejala ”matinya” media cetak, baik koran, jurnal, maupun majalah, merupakan gejala global yang menandai perubahan dalam industri media atau pers yang disokong  oleh perkembangan teknologi informasi yang terus mengalami transformasi.

Ekspedisi Mudik 2024

Revolusi dunia digital telah mendorong perubahan sikap dan cara masyarakat membaca yang bergeser ke media online (media informasi berbasis website). Media digital sesungguhnya melanjutkan revolusi media dan informasi sejak penemuan mesin cetak oleh Johann Guttenberg (Jerman) pada1450 yang disusul dengan revolusi penyebaran pengetahuan (informasi), termasuk munculnya koran (newspaper) pada abad ke-18.

Revolusi media dan informasi berlanjut dengan penemuan frekuensi sebagai pengantar kode yang melahirkan telegram dan telepon disusul dengan penemuan radio dan televisi. Beberapa media dan perusahaan media terus menyesuaikan format surat kabar cetak sesuai dengan kebutuhan dan selera pembaca (baca: pasar) dan investor.

Ceruk iklan di media cetak makin menyempit sehingga jelas mengurangi daya produksi pebisnis media dan akhirnya media cetak satu per satu berguguran. Evolusi menjadi sebuah keharusan dalam menjawab tantangan kebutuhan audiens (pembaca) sesuai dengan perkembangan teknologi informasi.

Selanjutnya adalah: Penentu perkembangan media adalah sikap dan tren pembaca…

Sikap dan tren

Salah satu hal yang patut diperhitungkan bagi perkembangan media ke depan adalah sikap dan tren pembaca terkait informasi dan media yang menjadi pembawa pesan. Bagi generasi sekarang, generasi milenial, media cetak dianggap merupakan masa lalu, menjadi bagian dari sejarah, out of date.

Kita sudah jarang pula menemukan loper atau penjual koran yang menawarkan koran cetak di ruang publik, pinggir jalan, atau di persimpangan lampu lalu lintas.  Agen dan penjual koran ikut kena imbas dari meredupnya bisnis media cetak, gulung tikar.

Ketika saya bertanya kepada mahasiswa, pernahkah membaca koran versi cetak? Kapan terakhir kali membaca koran versi cetak? Hampir semua mahasiswa di beberapa kelas tempat saya mengajar menjawab tidak pernah membaca koran versi cetak, hanya beberapa mahasiswa saja yang pernah membaca, itu pun waktunya adalah ”sepekan yang lalu”, bahkan ”sebulan yang lalu”, atau ”tidak ingat”.

Untuk sedikit memaksa mereka mengenal koran versi cetak, format dan isi beritanya, saya harus menugasi mereka membaca koran cetak! Menemukan orang yang tengah membaca koran versi cetak, apalagi kaum muda, kini merupakan sesuatu yang langka.

Jelas, bagi generasi milenial, koran versi cetak bukanlah sebuah kebutuhan bahkan sekadar untuk selingan saja kurang dilirik, khususnya  dalam mendapatkan informasi atau berita. Kemudahan memiliki dan menggunakan  telepon pintar (smart phone) yang didukung oleh teknologi nirkabel menyebabkan generasi milenial ini mengabaikan informasi berita di media cetak.

Selanjutnya adalah: Dengan modal “klik” bisa mendapatkan informasi dan berita…

Informasi dan berita

Saat ini, dengan modal ”klik” kita bisa dengan mudah mendapatkan informasi dan berita secara real time, mengetahui peristiwa sesaat setelah atau saat peristiwa itu terjadi. Hal ini yang tidak bisa dihadirkan oleh media atau koran versi cetak yang harus melalui beberapa prosedur: penulisan, editing, hingga proses produksi.

Kondisi demikian melahirkan sikap dan perilaku pembaca yang menginginkan kecepatan (speed), ringkas, berwarna (colourful), dan menohok (shocking). Ini berakibat pada perilaku instan dalam membaca dan memahami peristiwa (berita) serta mengabaikan kedalaman berita (deep report).

Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai sebuah berita karya jurnalistik seperti keseimbangan (check and balance), liputan dari dua belah pihak (cover both sides), klarifikasi, dan sebagainya cenderung kurang terpenuhi dalam berita-berita media digital (online).

Hal yang paling fatal adalah sebaran berita palsu (hoaks), berita pelintiran kebencian (hate spin) yang tidak jelas, opini, hingga informasi yang mengandung ujaran kebencian (hatespeech) dan fitnah diterima tanpa daya kritis. Dalam dosis yang berlebihan, mengkonsumsi hoaks dapat mematikan nalar dan mendorong orang pada tindakan di luar akal sehat.

 

Saya tertarik sekaligus bersimpati terhadap rekan-rekan pekerja media di Harian Joglosemar dan Bernas, khususnya rekan-rekan jurnalis.  Di laman Facebook seorang jurnalis Joglosemar  “almarhum” menulis status mengenai berhentinya harian ini yang kemudian memicu banyak komentar bernada prihatin dan simpati.

”Media boleh mati, tapi jurnalisme tetap hidup, semangat!”, ”Media dan bisnisnya boleh meredup, tapi jurnalisme tetap abadi..!”, ”Tetap semangat berjurnalistik!”, ”Aku merasakan apa yang kalian rasakan!” Demikian beberapa komentar penyemangat di akun Facebook jurnalis tersebut.

Dana R. Ulloch dkk. (1983) dalam Mass Media, Past, Present and Future, waktu itu belum membayangkan teknologi digital yang bakal memengaruhi tren jurnalisme dan media, bahkan kiamat media cetak,  pada abad ke-21 ini.



Selanjutnya adalah: Tradisi jurnalisme menjadi bagian penting sejarah dunia…

Sejarah dunia

Ia menunjukkan bahwa tradisi jurnalisme menjadi bagian penting dalam perkembangan sejarah dunia. Jurnalisme berperan pada revolusi politik, sosial, dan kebudayaan; mendorong pada kebebasan dan pemenuhan hak asasi manusia; serta menjadi prasyarat demokrasi.

Harus diakui bahwa media massa atau pers dalam banyak sisi dapat dijadikan sebagai katalisator terjadinya konflik dan kekisruhan di masyarakat. Saya yakin jurnalisme akan tetap hadir dan mewarnai masa depan. Bagaimana bentuk jurnalisme masa depan?

Ini sebuah pertanyaan yang jawabannya harus berdasar pada berbagai variabel. Setiap media memiliki segmen pasar yang berbeda berdasar demografi sosial politik pembacanya, orientasi kepentingan, model, juga gaya hidup.

Evolusi jurnalisme harus memerhatikan variabel-variabel tersebut serta satu variabel penting era ini adalah tekonologi. Tentu tanpa harus kehilangan atau menghilangkan semangat jurnalisme yang mengusung idealisme sebagai salah satu penentu pembentukan tatanan kehidupan sejarah (manusia) yang lebih baik.

Nilai-nilai etis (kode etik) harus tetap dijadikan fondasi dalam praktik jurnalistik. Dalam konteks Indonesia, Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) menjadi pedoman tambahan bagi praktik jurnalisne, selain kode etik jurnalistik, juga bagi pengguna teknologi informasi.

Media cetak masih akan dibutuhkan oleh masyarakat meskipun pasarnya jelas berkurang dari hari ke hari dengan cepat. Para pembaca tradisional yang belum familier dengan perkembangan teknologi informasi masih membutuhkan informasi melalui media cetak.

Generasi lama yang masih nyaman dengan media cetak, instansi-instansi tertentu, serta daerah-daerah yang masih kekurangan akses ke media Internet masih membutuhkan kehadiran media cetak.  Boleh jadi, jurnalisme sebetulnya hanya mengalami pergeseran wadah dari cetak ke digital atau berbasis online yang memiliki kelebihan aksesibilitas yang tak terbatas.

Nilai-nilai jurnalisme dan jurnalis bisa mengemban misi khusus untuk membangun narasi dan melawan berita-berita tak benar (hoaks) dan menawarkan berita-berita valid sesuai dengan kaidah dan etika jurnalistik.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya