SOLOPOS.COM - Pengrajin mebel di Juwiring, Klaten, belum mengalami imbas melemahnya rupiah terhadap dolar. (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Mebel Klaten, pengusaha mebel di Klaten belum merasakan dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar.

Solopos.com, KLATEN–Pengrajin mebel di wilayah Juwiring belum terlalu merasakan dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Jumlah pesanan hingga kini dinilai masih stabil. Salah satu perajin mebel di Desa Gondangsari, Juwiring, Agus, 29, mengatakan bahan baku utama hingga Rabu (26/8/2015) masih stabil. Hanya, bahan baku yang digunakan untuk finishing mebel seperti tiner, ampelas, dan melamin mulai yang mengalami kenaikan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ia mencontohkan harga tiner mengalami kenaikan selama empat hari terakhir. “Yang sudah mengalami kenaikan itu bahan baku impor salah satunya tiner. Sebelumnya sempat langka, tetapi empat hari yang lalu barang ada dengan harga sudah naik. Kalau sebelumnya saya beli satu drum itu sekitar Rp2,4 juta menjadi Rp2,46 juta,” kata dia saat ditemui Solopos.com di tempat usahanya, Rabu (26/8/2015).

Ekspedisi Mudik 2024

Dalam sehari, Agus membutuhkan 30 liter tiner untuk finishing mebel yang sudah dibuat. Ia memilih tak mengurangi penggunaan tiner meski harga mengalami kenaikan. Soal harga mebel, Agus menjelaskan hingga kini masih stabil. “Kalau mau dinaikkan susah. Untuk saat ini saya melayani pembelian lokal saja tidak sampai ekspor,” jelasnya.

Pengrajin mebel lainnya, Suhono Aryanto, mengaku melemahnya nilai tukar rupiah belum terlalu berdampak pada usaha mebel. Hingga kini, harga bahan baku utama seperti kayu jati dan mahoni masih stabil. Sementara, jumlah pesanan ataupun harga jual dari mebel yang diproduksi juga tak mengalami kenaikan.

Selain melayani pesanan lokal, Suhono mengaku selama ini juga melayani pesanan dari pengusaha yang mengekspor mebel seperti meja dan kursi. “Dampaknya pasti ada. Tetapi, ini belum terasa. Pesanan juga masih lancar. Untuk harga saat ini masih stabil. Harga satu kursi untuk diekspor juga masih sekitar Rp250.000/unit. Sementara, satu set meja dan kursi untuk pasar lokal sekitar Rp2,5 juta,” katanya pengusaha mebel asal Mutihan, Desa Serenan, Juwiring itu.

Berkaca pada pengalaman sebelumnya, Suhono mengaku pesanan mebel bakal meningkat ketika nilai tukar rupiah melemah. Naiknya pesanan itu terutama pada pasar ekspor. Kondisi itu seperti yang terjadi sekitar 1998 atau saat Indonesia mengalami krisis moneter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya