SOLOPOS.COM - Nelayan Tulungagung menyiapkan jaring tarik di Pantai Sidem, Minggu (27/12/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Destyan Sujarwoko)

MEA 2016 masih diwarnai masalah. Harga BBM Indonesia yang mahal membuat harga bakso ikan dan udang Malaysa gampang membanjiri dalam negeri.

Solopos.com, JAKARTA — Impor produk ikan dari negara-negara tetangga di kawasan ASEAN diperkirakan akan semakin meningkat jika tidak ada banyak pembenahan di dalam negeri.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ketua Bidang Perikanan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Thomas Darmawan menyebutkan dalam dua tahun terakhir impor baso ikan dan udang dalam peiode dua tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan hingga 239%. Impor tersebut berasal dari empat negara yaitu, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

“Kalau kita tidak hati-hati, justru kita akan banyak impor ikan dan produk ikan dari negara-negara tetangga,” kata Thomas kepada Bisnis/JIBI, Minggu (3/1/2016).

Berdasarkan hasil analisa data impor Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia impor produk bakso ikan dan udang Indonesia paling besar berasal dari Malaysia dengan nilai mencapai US$3,49 juta, diikuti Singapura sebanyak US$80.832 dan Thailand sebanyak US$24.219. Tren impor produk tersebut dari 2012 hingga 2014 mengalami peningkatan hingga 239,65%. Sementara dalam periode Januari – Juli 2015 juga masih mengalami peningkatan dari periode yang sama pada tahun lalu sebesar 94,00%.

Thomas mengatakan, harga bakso ikan dan udang dari negara-negara tersebut memang jauh lebih murah, khususnya di Malaysia. Penyebabnya, pejabat Malaysia memberikan kelonggaran bagi nelayan di Selat Malaka yang ingin mendaratkan ikannya di pelabuhan-pelabuhan Malaysia, mulai dari harga BBM yang lebih murah serta jaminan tidak ada preman dan pungli di pelabuhan.

Sebagai perbandingan, BBM yang dijual di Malaysia dipatok dengan harga Rp5.850/liter, sementara Indonesia berencana menurunkan premiumnya menjadi Rp7.100/liter. Selain memberikan kemudahan untuk mendatangkan bahan baku, pemerintah Malaysia juga memberikan insentif bagi industrinya dengan tarif listrik yang lebih murah sehingga harga produk ikan di sana lebih murah.

Menurut Thomas, dengan bergulirnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2016 mulai 1 Januari 2016, hal-hal seperti itu justru tidak diterapkan di dalam negeri. Permintaan ikan sebagai bahan baku baso yang meningkat karena mahalnya harga daging, justru tidak diimbangi dengan kemudahan mendapat bahan baku dari dalam negeri.

Kesulitan mendapat bahan baku salah satunya karena adanya aturan kapal-kapal di atas 32 ton tidak boleh menggunakan cantrang, sehingga ikan tidak tertangkap. Selain itu juga, karena izin-izin kapal besar belum mendapat kejelasan apakah akan diizinkan atau dimusnahkan. “Kita harap, kapal yang sudah diverifikasi aman, bisa diperbolehkan beroperasi. Jangan sampai pada akhirnya, pabrik-pabrik di Malaysia, di Singapura, bisa mengirim baso, siomay, dan macam-macam, kita akan kelabakan juga nantinya.”

Selain produk-produk ikan, impor yang semakin meningkat juga terjadi untuk komoditas ikan teri yang berasal dari Myanmar. Thomas mengatakan pasokan ikan teri dari Indonesia semakin berkurang karena tidak adanya budidaya untuk jenis ikan tersebut ditambah dengan tercemarnya laut di Indonesia yang membuat ikan teri semakin susah untuk didapat.

Adapun menurut Thomas, MEA 2016 akan memaksa pemerintah untuk segera mempersiapkan diri. Selama ini menurutnya yang tidak siap bukanlah kalangan swasta, tetapi justru pemerintah. Misalnya saja untuk masalah infrastruktur dan mempermudah perizinan. Kedua hal tersebut berada di luar kewenangan sektor swasta.

Pemerintah juga harus meningkatkan koordinasinya untuk mendorong industri di dalam negeri. Peningkatan koordinasi itu mesti dilakukan lintas kementerian yaitu antara Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Keuangan, serta peningkatan koordinasi di tingkat Kementerian Koordinatornya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya