SOLOPOS.COM - Pedagang makanan melayani pembeli di sebuh pasar tradisional di Kota Jogja, beberapa waktu lalu. 70% pasar tradisional di Indonesia masih dalam kondisi kumuh sehingga pemerintah melalui Kemenkop UKM akan melanjutkan program revitalisasi yangh disertai pula dengan perbaikan manajemen pasar. (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Harianjogja.com, JOGJA—Penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 mendatang di Indonesia menyisakan sejumlah persoalan. Termasuk, kemungkinan pasar tradisional tutup menghadapi perdagangan bebas.

Dampak negatif dari penerapan AEC 2015, jelas Komisioner Lembaga Ombudsman Swasta (LOS) DIY, Dwi Priyono, belum digarap secara serius oleh pemerintah. Dalam konteks pasar modern misalnya, implementasi AEC 2015 dimungkinkan membuka kran menjamurnya pasar modern.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Jika pertumbuhan pasar modern tinggi, maka secara bertahap jumlah pasar tradisional akan mengalami penurunan,” ujarnya kepada Harianjogja.com, Kamis (8/5/2014) .

Ada sejumlah faktor yang memicu penurunan jumlah pasar tradisional karena kalah bersaing. Salah satunya masalah sumber daya manusia (SDM). Selain itu, harga jual produk di pasar-pasar tradisional jauh lebih mahal dibandingkan harga di toko-toko modern.

Masalah lain yang dihadapi adalah belum baiknya managemen pengelolaan pasar yang dilakukan selama ini. Hal itu terkait dengan sulitnya pedagang untuk berorganisasi.

“Selama ini, para pedagang di pasar-pasar tradisional lebih banyak tergantung pada pemerintah karena memang dikelola oleh pemerintah. Sementara, setiap pelaksanaan kegiatan pasar terbentur anggaran,” kata Dwi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya