SOLOPOS.COM - Kasatgas Nusantara Mabes Polri Irjen Pol Gatot Eddy Pramono dan Wakasatgas Brigjen Pol Fadil Imran didampingi Kepala Divisi Humas Polri Irjen (Pol) Setyo Wasisto (kanan), memberikan keterangan kepada wartawan terkait Pengungkapan Jaringan Penyebar Isu Penganiayaan Ulama di Rupatama Mabes Polri, Jakarta, Senin (5/3/2018). (JIBI/Solopos/Antara/Reno Esnir)

Aksi MCA diduga bermotif politik dan ingin mendegradasi pemerintahan Presiden Jokowi.

Solopos.com, JAKARTA — Ketua Satgas Nusantara Irjen Pol Gatot Eddy Pramono mengatakan bahwa penyebaran berbagai berita palsu (hoax) yang dilakukan grup Muslim Cyber Army (MCA) di media sosial, bermotif politik. Mereka ingin mendegradasi legitimasi terhadap pemerintah yang sah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tim Siber Polri juga menemukan fakta bahwa penyebar isu hoax di media sosial ini adalah orang-orang eks Saracen terdahulu dan Muslim Cyber Army (MCA) dengan motif politik.

“Motifnya politik,” kata Irjen Gatot di Jakarta, Senin (5/3/2018). “Kenapa kita bisa katakan demikian, karena dengan menyebarkan isu hoax ini mereka berharap dapat mendegradasi pemerintahan yang sah,” ujar Gatot. Baca juga: Diduga Terkait MCA, Pemilik Akun “Bobby Siregar” Diciduk Polisi.

Menurut dia, berbagai berita palsu berisi fitnah, ujaran kebencian, dan penyerangan terhadap ulama, sengaja mereka sebarkan di medsos agar menimbulkan keresahan di masyarakat. Ujungnya adalah terjadi perpecahan yang pada akhirnya mengakibatkan konflik sosial.

“Dengan menyebarkan hoax, mereka berharap dapat mendegradasi pemerintahan yang sah, menimbulkan keresahan di masyarakat, memecah belah bangsa yang akhirnya menimbulkan konflik sosial yang besar,” kata Staf Ahli Kapolri Bidang Sosial Ekonomi itu. Baca juga: Ada 45 Isu Penyerangan Ulama, Cuma 3 Kasus yang Nyata Terjadi.

Sebelumnya, penyidik Siber Bareskrim menangkap enam orang anggota MCA di sejumlah lokasi yang berbeda. Mereka adalah Muhammad Luth, 40, ditangkap di Tanjung Priok, Jakarta Utara; Rizki Surya Dharma, 35, di Pangkalpinang; Ramdani Saputra, 39, di Bali; Yuspiadin, 25, di Sumedang; Ronny Sutrisno, 40; serta Tara Arsih Wijayani, 40.

Gatot mengatakan bahwa dari pendalaman mereka terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi, belum ditemukan koneksi yang jelas siapakah pihak yang terlibat dalam dunia nyata. Namun, desain penviralan berita hoax justru terlihat di media sosial.

“Di media sosial kita temukan koneksi ini. Yang didesain sedemikain rupa seolah-olah terjadi suatu penyerangan ulama yang pasif,” tambahnya.

Dengan isu-isu tersebut, kelompok ini hendak menimbulkan keresahan masyarakat. Pada akhirnya, mereka bisa bisa memecah belah bangsa dan menimbulkan konflik sosial yang besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya