SOLOPOS.COM - Suasana Dusun Mbejing, Wonogiri, dulu kawasan tersebut merupakan hutan yang rawan dan ditakuti. (M. Aris Munandar)

Solopos.com, WONOGIRI - Kawasan perbukitan Mbejing Wonogiri tak lagi menakutkan. Kini, wilayah itu sudah dipenuhi bangunan. Sejak akhir 2018 lalu, bangunan-bangunan baru mulai didirikan.

Awalnya, rumah-rumah baru di perbuktian Mbejing itu didirikan oleh warga Dusun Pidekso, Desa Pidekso, Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri, yang terkena dampak pembangunan Bendungan Pidekso. Kini, sudah ada warga lain yang pindah ke wilayah tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Bentrok Suporter Persebaya-Arema di Blitar: 3 Orang Luka, 13 Motor Terbakar

Salah satu warga Dusun Mbejing, Sutijan, mengatakan nama Mbejing sudah ada sejak lama. Oleh karenanya, dia bersama warga lain tak mau mengganti nama. Menurutnya, dulu Mbejing adalah nama hutan yang cukup menakutkan.

Saat masih hutan, tanah tidak laku dijual, tidak ada orang yang minat untuk membeli tanah di kawasan tersebut. “Saya dulu disuruh menukar tanah di Mbejing dengan cempe [anak kambing], saya tidak mau,” kata dia saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Minggu (17/2/2020).

Petani Sukoharjo Tenggelam Di Saluran Colo Barat Saat Berusaha Selamatkan Kambing

Tetapi, sejak ada warga terdampak pembangunan bendungan, harga tanah di Mbejing meningkat menjadi ratusan juta. Sistem jual beli tanahnya tidak permeter, tetapi hanya dikira-kira. Kiranya cukup untuk rumah dan area sekitar dihargai sesuai kesepakatan. Rata-rata dijual di atas Rp100 juta.

Sejak ada penggusuran rumah dan lahan, warga banyak yang kehilangan pekerjaan. Dahulu rata-rata warga di daerah tersebut bekerja sebagai petani. Saat ini banyak warga yang beralih pekerjaan, seperti buruh sebagai kuli bangunan. Bahkan ada yang menganggur.

“Mungkin kalau waduknya sudah jadi bisa beralih pekerjaan menjadi nelayan atau pedagang,” terang dia.

Suporter Bentrok di Laga Persebaya Vs Arema, Polisi Buru Provokator

Warga setempat, Siwi, mengatakan dulu warga Pidekso terdapat 74 Kartu Keluarga (KK). Namun, yang pindah ke Mbejing cuma 65 KK. Tetapi saat ini ada 74 KK di Mbejing karena mendapat tambahan warga dari desa lain.

“Jadi dusun yang serempak pindah menjadi satu kawasan lagi hanya Dusun Pidekso. Karena memang dari awal sudah direncanakan. Kalau seperti Dusun Langkean, Sejati, Tukulrejo, warga yang pindah rumah memencar,” katanya.

Warga yang pindah ke Mbejing, menurut dia, rata-rata tanahnya membeli dari perseorangan. Tetapi ada juga yang sudah mempunyai lahan di Mbejing kemudian dipakai untuk membangun rumah.

Suzuki Ungkap Tampilan Baru New Ignis 2020

Ia mengeluhkan belum dibangunkan jalan lingkar sesuai yang direncanakan. Tetapi saat ini hanya dibuatkan jalan darurat sementara. “Kalau mau keluar desa atau mengantar anak sekolah kemudian hujan, jalannya licin dan becek, harus hati-hati,” kata Siwi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya