SOLOPOS.COM - Mbah Gotho, 146, berjalan di rumahnya di Dukuh Segeran RT 018/RW 008, Desa Cemeng, Sambungmacan, Sragen, Sabtu (27/8/2016). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Mbah Gotho, pria yang diklaim manusia tertua di dunia tutup usia, Minggu (30/4/2017).

Solopos.com, SRAGEN – Mbah Gotho tutup usia, Minggu (30/4/2017) petang pukul 18.00 WIB. Pria yang diklaim sebagai manusia tertua di dunia itu meninggal di usia 146 tahun. Berdasarkan informasi Wakil Bupati Sragen, Dedy Endriyanto, Mbah Gotho akan dimakamkan, Senin (30/4/2017) sekitar pukul 10.00 WIB.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Semenjak kabar dirinya diduga sebagai manusia tertua di dunia, Mbah Gotho menjadi sorotan media nasional dan internasional. Media-media internasional seperti The Independent, Daily Mail, Telegraph, dan The Inquisitr pernah membahas Mbah Gotho. Beberapa kali, tokoh nasional, baik dari seniman hingga pejabat mengunjungi Mbah Gotho. [Mbah Gotho Hanya Mau Minum Ini]

Mbah Gotho pernah dikunjungi Daus Mini dan Ustaz Zacky Mirza awal September 2016. Kedua publik figur mengaku penasaran dengan Mbah Gotho. Mereka juga memberikan hewan kurban untuk Mbah Gotho. Dari segi pejabat, Mbah Gotho pernah dikunjungi Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni dan Walikota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo. [Komunitas Wong Sragen Ikut Berduka]

Berdasarkan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Mbah Gotho lahir pada 31 Desember 1870, berdasarkan tanggal tersebut, Desember tahun lalu usia Mbah Gotho genap 146 tahun. Di ulang tahunnya tersebut, Mbah Gotho mendapat kue dari pada cucu dan tetangga dekat. Mbah Gotho sendiri yang meniup lilin angka 146 di kue itu.

Resolusi

Ditemui Solopos.com Januari 2017, Mbah Gotho berbagi mengenai resolusinya di awal tahun. “Aku pengin isah mlaku neng tahun iki. Ora dituntun kaya bali bayi meneh. Umur duwe watese. Nek wis jatahe wis dijupuk dewe. Aku arep mati saiki, sesok, utawa sokben ya kenek ning aja diwenehi lara. [Saya ingin bisa berjalan sendiri tahun ini. Tidak dituntun seperti bayi. Umur ada batasnya, kalau sudah waktunya, nanti pasti ajal menjemput. Mau mati sekarang, besok, atau masih lama ya tidak apa-apa, yang penting tidak sakit,]” ucap Mbah Gotho.

Mbah Gotho bisa dibilang siap meninggal dunia sejak 1993. Pada tahun tersebut Mbah Gotho menyuruh cucunya, Suryono, untuk membeli batu nisan. “Kijing kuwi calon omah kula. Perabot pun dicawiske komplet,[Nisan itu calon rumah saya. Perlengkapan pun disediakan lengkap],” jelas Mbah Gotho, Sabtu (27/8/2016).

Kurang lebih dua pekan sebelum meninggal dunia, Mbah Gotho sempat dibawa ke rumah sakit karena kondisi kesehatannya menurun. Mbah Gotho masuk ruang Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, Rabu (12/4/2017).

Nafsu Makan Kurang

Menurut pengakuan Suryono, sepekan sebelum masuk rumah sakit Mbah Gotho seperti kehilangan nafsu makan. Sebelum masuk rumah sakit, Mbah Gotho didatangi tim dokter dari Amerika Serikat (AS). Tim dokter tersebut melakukan tes pada Mbah Gotho, Minggu-Selasa (9-11/4/2017).

“Tes itu meliputi tes DNA, tes urine, dan tensi darah,” jelas Suryono kepada Solopos.com yang menegaskan tes itu diperlukan untuk memverivikasi usia Mbah Gotho agar bisa masuk ke buku rekor dunia.

Lemas

Saat dirawat di  RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, tim dokter tidak menemukan penyakit di tubuh  Mbah Gotho. Menurut  Kepala Bidang Pelayanan RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dr. Sri Herawati, Mbah Gotho hanya lemas karena tidak mendapat asupan gizi yang cukup.

Mbah Gotho dirawat di  RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen selama 10 hari. Kepulangan Mbah Gotho dari rumah sakit bukan karena sembuh, tapi pihak rumah sakit dan keluarga tak kuasa menolak permintaan Mbah Gotho untuk pulang.

“Mbah Gotho tidak mau makan selama sepekan sehingga dia dibawa ke rumah sakit. Di rumah sakit, Mbah Gotho juga tidak mau makan. Keluarga dan dokter sudah merayunya untuk makan. Tapi Mbah Gotho tetap pada pendiriannya. Saat ditanya, dia mengaku hanya ingin mati. Bahkan, kepada keluarganya, ia berpesan supaya dia dibuang saja ke Sungai Bengawan Solo,” papar Kepala Desa Cemeng, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, Sriyanto, kala dihubungi Solopos.com, Minggu (30/4/2017) malam.

Sepulang dari rumah sakit, Mbah Gotho tetap tidak mau makan dan hanya mau minum teh hangat saja. Mbah Gotho rencananya dikebumikan di permakaman umum Dusun Segeran RT 018, Desa Cemeng, Sambungmacan, Sragen, pada pukul 10.00 WIB. Permakaman itu hanya berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya.

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya