SOLOPOS.COM - Parabola terpasang di rumah warga Desa Tunggur, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri. Foto diambil belum lama ini. (Solopos/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI — Mayoritas warga di Kabupaten Wonogiri tak mendapatkan saluran televisi atau tv nasional maupun lokal secara normal. Warga harus memasang seperangkat alat penangkap sinyal, seperti parabola atau berlangganan tv berbayar agar bisa menonton siara saluran tv.

Pengguna pun tak bisa mendapatkan saluran tv secara penuh meski sudah memasang parabola atau berlangganan tv berbayar. Kondisi ini terjadi sejak bertahun-tahun lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pengamatan Solopos.com di berbagai wilayah di Wonogiri, kebanyakan rumah-rumah warga terdapat parabola. Mereka memasang parabola agar bisa menangkap saluran tv. Hal itu dinilai sudah lazim dilakukan warga, lantaran warga di hampir seluruh wilayah di Kabupaten Wonogiri tak dapat menangkap saluran tv secara normal.

Baca Juga: Prancis Vs Jerman: Deschamps Instruksikan Les Bleus Menyerang

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika atau Kominfo Kabupaten Wonogiri, Heru Nur Iswantoro, saat ditemui Solopos.com di kantornya, kompleks Sekretariat Daerah, Senin (14/6/2021), menyampaikan warga Kabupaten Wonogiri harus melakukan upaya lebih agar dapat menonton siaran tv.

Pasalnya, warga tak bisa mendapatkan saluran tv apabila hanya ditangkap menggunakan antena ultra high frequency atau UHF seperti pada umumnya. Hal tersebut disebabkan sinyal saluran tv nasional yang seluruhnya dipancarkan dari Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta atau DIY terhalang deretan bukit di sisi barat Kabupaten Wonogiri.

“Dulu di Kecamatan Selogiri pernah bisa menangkap saluran RCTI dan saluran lain yang masuk satu grup dengan RCTI ketika stasiun pemancar tv ada di Gentan, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo. Setelah pemancarnya dipindah ke Patuk enggak bisa menangkap saluran tv lagi,” ucap Heru.

Ada empat cara hal yang dilakukan warga agar mereka bisa menonton siara tv, yakni memasang seperangkat alat penangkap sinyal yang terdiri atas parabola dan receiver secara mandiri dengan biaya yang lebih mahal atau menerima saluran tv dari pengguna alat penangkap saluran tv lain.

Cara lainnya berlangganan tv berbayar secara mandiri atau berlangganan dari pelanggan saluran tv berbayar lain. Warga memilih satu atau lebih dari satu cara tersebut sesuai kebutuhan dan harga.

“Kondisi ini membuka peluang usaha. Banyak warga yang membuka usaha jasa memasang parabola atau usaha mendistribusikan saluran tv. Itu karena tak semua warga mampu memasang parabola atau berlangganan tv berbayar secara mandiri. Banyak warga yang memilih berlangganan dari pengguna parabola dan pelanggan tv berbayar lain, karena harga lebih murah,” imbuh Heru.

Baca Juga: Hore! Bendung Kedung Kancil Sragen Bakal Direnovasi, Bakal Jadi Spot Selfie Menarik!

Terpisah, warga Desa Jaten, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Iwan, mengatakan mayoritas warga di desanya memasang parabola. Ada yang hanya memasang antena UHF. Warga yang memasang antena UHF tidak dapat menangkap semua saluran tv nasional. Saluran yang bisa tertangkap hanya RCTI, MNC, dan Global.

Kondisi itu jauh lebih baik dari pada di kecamatan lain. Warga kawasan ibu kota Wonogiri pun tak bisa mendapatkan saluran tv nasional tanpa memasang parabola. “Apalagi warga di wilayah perdesaan. Wonogiri memang apes. Selain banyak yang blank spot [tak terjangkau] sinyal Internet juga blank spot saluran tv,” tukas pemuda itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya