Mayoritas Lahan Parkir di Solo Masih Memakan Badan Jalan

Solopos.com, SOLO — Sebagian besar kantong parkir kendaraan di Kota Solo masih berjenis on street alias memakan badan jalan.

Kabid Perparkiran Dinas Perhubungan (Dishub) Solo, Henry Satya, mengatakan hingga saat ini ketersediaan kantong parkir off street di Solo baru terpenuhi 30 persen dari total kebutuhan. Menurutnya, sebanyak 70 persen sisanya masih menggunakan badan jalan untuk parkir.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Untuk kebutuhan lahan parkir di Solo memang masih butuh banyak. Dari total yang kami butuhkan sebagian besar kantong parkir masih bersifat on street. Artinya, masih banyak kantong parkir yang masih menggunakan badan jalan. Karena memang kurangnya lahan yang kami miliki,” bebernya kepada Rabu (18/9/2019).

Akibat dari masih banyaknya kantong parkir on street, arus lalu lintas menjadi terganggu. Pasalnya, lebar ruas jalan berkurang karena digunakan untuk lahan parkir. Untuk mengatasi hal tersebut, ke depan pihaknya akan menambah beberapa kantong parkir off street di Solo.

“Sudah dirapatkan kemarin dari bidang aset, barat Sami Luwes akan dibuka untuk kantong parkir umum. Tapi lahannya itu yang beli manajemen Luwes. Juga direkomendasikan oleh Pemkot bukan hanya untuk pengunjung Luwes, tapi juga dibuka untuk umum. Nanti prioritas untuk kendaraan roda empat. Setidaknya bisa mengurangi jumlah parkir on street di jalan,” imbuh dia.

Salah satu juru parkir di Jl. Kol Sutarto, Jebres, Marsudi, mengakui lahan parkir di Solo masih sangat kurang. Dia berharap kantong parkir off street di Solo bisa ditambah untuk melayani kebutuhan pengguna jasa parkir.

“Kalau saya kan memang yang sering lihat realitanya bagaimana. Lahan parkir di Solo memang sangat kurang karena setiap tahun pasti kendaraan bertambah. Pengguna parkir juga tambah. Semakin hari lahan parkir itu semakin kurang. Makanya banyak yang berhenti dan jalan yang seharusnya tidak boleh. Saya coba atur tapi kalau lahannya tidak ada bingung juga mau ditaruh di mana,” kata dia. (Candra Mantovani)