SOLOPOS.COM - Mardhani Omega

Mardhani Omega

“Jenenge Agus, Lik. Aku yakin kecekel. Polisi lagi ngejar. Tinggal nunggu waktu,” ucap Mardono dengan orang yang menelponnya, Kamis (4/10/2012).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ya, lelaki setengah baya itu merupakan bapak dari Mardhani Omega, 20, perempuan yang diduga dibunuh rekan kerjanya sendiri. Jasad perempuan muda itu ditemukan di lantai IV tempatnya bekerja, Kafe D’uno Jl Honggowongso, Laweyan, Solo, tertutupi seng dalam kondisi mengenaskan, Selasa (2/10/2012) malam.

Semburat kedukaan masih tampak di wajah Mardono. Rumahnya di Jl Kalilarangan, Jayengan RT 001/RW 008, Serengan, Solo, masih dipenuhi karangan bunga ucapan kedukaan. Gambar mendiang perempuan yang akrab disapa Mega atau Vera itu berdiri tersandar di meja. Sejumlah kerabat dan saudara masih berkumpul di rumah Mardono.

Setelah pembicaraan di telepon genggam purna, Mardono menghembuskan nafas panjang. Ia menatap potret anak kelima dari enam anaknya itu yang berada di depannya. Mega dalam potret itu seolah tersenyum kepadanya. Semakin dalam ia memandang semakin dalam pula kepedihan yang ia rasa.

“Keluarga sebenarnya enggak pengin berita Mega diekspos terus. Semua itu sebenarnya malah membangkitkan memori kami tentang dia,” ulas Mardono.

Namun, ketika berbicara seputar orang yang diduga membunuh Mega, yakni Agus, nada suara Mardono berubah tinggi.
Amarah seolah mendadak menghantam dadanya. Ia mengaku telah mendapat informasi bahwa Agus lah orang mengakhiri hidup Mega. Jauh sebelum mayat Mega ditemukan, Mardono sudah berpikir ada sesuatu yang terjadi dengan anaknya.
Bahkan, ia menduga Mega sudah tiada ketika beberapa hari tak pulang. Pasalnya, Mardono banyak hal yang mengarah ke pembunuhan Mega.

Semula ia bertanya ke kafe tempat Mega bekerja. Nama Agus langsung mencuat dari mulut para teman Mega. Rekan kerja Mega melihatnya kali terakhir bersama Agus. Keduanya diketahui menginap di kafe Selasa (12/9/2012) malam.
Keesokan harinya tak diketahui keberadaan mereka lagi. Sejak mendapat informasi itu Mardono bersama keluarga dan teman-temannya menyelidiki keberadaan Mega dan Agus.

Hingga akhirnya ia dilapori bahwa aparat Polsek Mojolaban menemukan motor milik Mega, yakni Honda Beat berpelat nomor AD 6695 ES, di tepi sungai di Wirun, Mojolaban, Sukoharjo.

Bagai detektif sungguhan Mardono terus menyelidiki Agus. Ia pun menelusuri ke indekos Agus dan tempat tinggalnya di Polokarto, Sukoharjo. Namun, hasilnya nihil. Agus telah melarikan diri.

“Sejak motor itu ditemukan saya semakin yakin Agus lah yang mencelakai Mega. Buktinya motor Mega dibuang di wilayah tempat tinggal Agus,” papar Mardono berang.

Dua pekan lebih Mardono ke sana-ke mari menyelidiki keberadaan Mega, meski dalam benaknya Mega tak lagi bernyawa. Ia pun meminta pihak Kafe D’uno untuk menggeledah semua tempat itu. Salah satu office boy pun menemukan tas milik Mega di lantai IV. Tak lama mayat Mega ditemukan dekat tower di lantai IV.

“Jadi mayat Mega ditemukan bukan kebetulan. Saya yang menyuruh karyawan kafe untuk menggeledah. Malam itu saya juga ikut menggeledah. Mega..Mega..nasibmu Nak..” Pungkas Margono memelas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya