SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi Bunga Mawar/Reuters

Foto Ilustrasi Bunga Mawar/Reuters

JOGJA-Puluhan buruh gendong dari sejumlah pasar tradisional di DIY berkumpul di Pasar Beringharjo, Selasa (30/4) menggelar aksi menyambut Hari Buruh Sedunia dengan memberikan bunga kepada pedagang dan pengunjung pasar tradisional itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kami melakukan aksi simpatik memberikan bunga, sehingga masyarakat pun mengetahui dan melihat sendiri bahwa mereka juga perlu dihargai,” kata koordinator aksi yang juga Direktur Yayasan Annisa Swasti (Yashanti) Amin Muftiana di Jogja.

Selain meningkatkan penghargaan terhadap buruh gendong, kegiatan aksi simpatik tersebut juga ditujukan untuk mendorong pemerintah untuk memberikan perhatian lebih terhadap nasib buruh gendong.

“Buruh gendong memiliki jam kerja hingga 24 jam, bahkan ada yang sampai tidur di pasar, melaju dari luar kota atau kos di sekitar pasar,” katanya.

Selama ini, Amin menambahkan, belum ada upah pasti untuk buruh gendong serta belum adanya perlindungan keamanan kerja dari pemberi jasa.

Oleh karena kondisi tersebut, melalui aksi simpatik yang sekaligus dilakukan untuk memperingati Hari Kartini, para buruh gendong berharap adanya upah layak, hak cuti haid, melahirkan, keguguran, hak atas tempat kerja yang nyaman dan aman, adanya kebijakan Pemerintah DIY untuk perlindungan buruh gendong serta menolak diskriminasi buruh gendong.

Berdasarkan data, jumlah buruh gendong di pasar tradisional pada lima tahun lalu mencapai sekitar 750 orang dan profesi tersebut biasanya diperoleh secara turun temurun.

Salah seorang buruh gendong yang mengikuti kegiatan tersebut, Sukiyem mengaku telah bekerja selama 40 tahun di Pasar Beringharjo dengan penghasilan rata-rata Rp30.000 per hari atau bisa Rp40.000 per hari saat pasar sedang ramai.

“Sekali angkat, memperoleh upah Rp2.000 hingga Rp2.500. Kadang-kadang harus mengangkat beban hingga 50 kilogram [kg],” katanya.

Warga Sentolo, Kulon Progo tersebut bekerja dari pukul 07.00 WIB hingga 16.00 WIB per hari, tanpa ada hari libur. “Saya baru libur kalau memang benar-benar ada keperluan atau saat sakit,” katanya yang harus nglaju tiap hari.

Buruh gendong lain, Mbah Giah (70) juga mengatakan sudah bekerja selama 40 tahun. “Rata-rata penghasilan Rp20.000 hingga Rp25.000 per hari,” katanya yang berharap bisa terus memperoleh penghasilan dengan lebih baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya