SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Seorang pengunjung sedang mengamati karya Maximo Elizondo di Wisma Seni ISI Solo, Kamis (15/9/2011). (JIBI/SOLOPOS/Chrisna Chanis Cara)

Solopos.com–Maximo Elizondo adalah seorang yang jujur, polos dan humoris. Mahasiswa berkebangsaan Argentina yang mengambil studi di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, ini menunjukkan karakter pribadinya dalam pameran seni rupa bertajuk Maxi Goreng, di Wisma Seni ISI Solo, Minggu-Sabtu (11-17/9/2011).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam Maxi Goreng, mahasiswa peraih beasiswa Dharmasiswa ini mencoba menuangkan pengalaman pribadinya saat tinggal di Solo melalui seni lukis, drawing art maupun seni patung.

Peristiwa saat ia jatuh hati kepada wanita berjilbab, perkenalannya dengan mahasiswa lain di ISI dan gambaran kondisi Kota Bengawan, coba diekspresikannya dalam visualisasi karya yang naïf namun sarat pesan moral.

Hal itu langsung terlihat kala Espos menjejakkan kaki di pintu masuk Wisma Seni. Di sana, Espos disambut seni instalasi yang konon bercerita tentang suka duka Max, panggilan akrabnya, saat belajar di Solo.

Sebuah pit onthel berberonjong, dengan cipratan cat warna merah, seolah menunjukkan perjuangan Max yang berdarah-darah saat merantau di negeri orang.

“Sehari-hari Max memang naik sepeda ini untuk ngampus,” kata Irul Hidayat, Ketua Cakrawala Fine Art Community, selaku penyelenggara pameran, kepada Espos, Kamis (15/9/2011).

Dalam beronjong, muncul dua buah patung berjilbab. Menurut Irul yang juga teman sekampus Max, sosok patung berjilbab merupakan interpretasi ketertarikan Max pada sosok wanita berjilbab.

Di Argentina, imbuhnya, Max sangat jarang menemui wanita seperti itu. Ketertarikannya dengan wanita berjilbab berlanjut di karyanya yang lain. Dalam karya,drawing art-nya yang berjudul Aku Cinta Gadis Muslim, Max menggambar sederhana sosok wanita pujaannya dengan teknik Ink and Marker on Paper.

Sayang, nasib cinta Max pada wanita itu tak seindah yang dibayangkan. Dalam Saya Berdoa untuk Kamu, pemuda kelahiran Buenos Aires ini menunjukkan kegalauannya lewat seni lukis. Di sana digambarkan sosok lelaki yang harus memanggul beban berat. Gambar keran air yang menetes seolah menunjukkan air mata kesedihan Max karena ia tak mampu meraih sang pujaan hati.

Selain kisah cinta, cerita pertemanan pun mampu direkamnya, seperti dalam Mojalifa. Dalam drawing art ini, ia menggambarkan sosok Mojalifa, teman sekampusnya yang berkebangsaan Afrika, sedang duduk menikmati es teh dalam plastik.

“Menurut saya, es teh adalah wujud kelokalan yang dipotret Max dalam Mojalifa,” kata Ari, teman dekat Max.

Begitu pula dalam Panas Sekali. Di karya ini, Max menggambarkan cuaca Solo yang panas tiap harinya lewat perwujudan kipas angin yang terus berputar.

Ditambahkan Irul, Maxi Goreng bisa dibilang merupakan salam perpisahan yang manis dari Max untuk teman-temannya. “Setelah ini, pameran serupa akan digelar di Magelang, tepatnya tanggal 21 hingga 27 September,” pungkasnya.

(Chrisna Chanis Cara)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya