SOLOPOS.COM - Rumi Iqbal Doewes/Istimewa

Solopos.com, SOLO -- Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) telah menuntaskan kongres pemilihan pengurus periode 2019-2023. Komisaris Jenderal Polisi Mochamad Iriawan terpilih sebagai Ketua Umum PSSI dalam kongres di Shangri-La Hotel, Jakarta, pada 2 November 2019.

Beberapa hari mejelang acara penting tersebut, perdebatan mencuat terkait versi tanggal kongres. Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) dan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) menyarankan kongres digelar pada 25 Januari 2019. PSSI memutuskan mempercepat pemilihan ketua umum. Keputusan memajukan jadwal kongres merupakan keinginan langsung voters (pemilik suara).

Promosi Pembunuhan Satu Keluarga, Kisah Dante dan Indikasi Psikopat

Pemercepatan kongres membuat delapan kandidat ketua umum PSSI periode 2019-2023 menuding kongres pada 2 November 2019 berat sebelah. Ada dugaan  proses pemilihan menguntungkan salah seorang calon ketua umum. Terindikasi kuat ada ”operasi senyap” dan terindikasi ada anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI yang ingin memenangkan salah seorang calon ketua umum di kongres.

Pertanyaan besar bagi organisasi dengan umur yang tidak muda lagi, menginjak 88 tahun, adalah mengapa selalu “ ruwet ” setiap kongres? Eentah ada apa dengan organisasi sepak bola ini. Jabatan ketua umum PSSI sangat diminati, bahkan yang tidak mengerti sepak bola berani mencalonkan diri.

Kongres lima tahunan ini memiliki agenda utama pemilihan ketua umum baru serta komite eksekutif. Di tangan merekalah kebijakan pembinaan sepak bola Indonesia ditumpukan. Ada 10 kandidat ketua umum, yaitu Arief Putra Wicaksono, Aven S. Hinelo, Benhard Limbong, Benny Erwin, Fary Demy Francis, Mochammad Iriawan, Rahim Soekasah, Sarman, Vijaya Fitriyasa, dan Yesayas.

Beragam Masalah

Bernard menyatakan mundur sebelum kongres dimulai. Kemudian terjadi pengusiran Vijaya Fitriyasa, Aven Hinelo, Benny Erwin, Fary Djemy Francis, Sarman, Vijaya Fitriyasa, dan Yesayas. Pengunduran diri calon ketua umum diawali saat mereka menyampaikan interupsi dan ingin menyampaikan langsung kepada FIFA.

Keberatan yang ingin disampaikan mencakup beberapa hal, di antaranya ketiadaan debat antarcalon hingga ketidakjelasan pemilik suara (voters) dan  rundown kongres yang tidak seperti biasa. Pada pemilihan ketua umum, Mochamad Iriawan alias Iwan Bule  meraih 82 suara dari total 85 voters, tiga suara abstain, satu voters lagi tidak ikut pemilihan (Persis).

Beragam masalah yang mendera PSSI membuat Presiden Joko Widodo mengambil langkah  meneken Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2019 tentang Percepatan Persepakbolaan Nasional. Kementerian dan lembaga terkait diminta menindaklanjuti strategi peningkatan prestasi sepak bola nasional dan internasional.

Langkah yang perlu dilakukan adalah pengembangan bakat, peningkatan jumlah dan kompetensi wasit dan pelatih sepak bola, pengembangan sistem kompetisi berjenjang dan berkelanjutan, serta pembenahan sistem dan tata kelola sepak bola.

Selain itu, penyediaan prasarana dan sarana stadion sepak bola di seluruh Indonesia harus sesuai standar internasional. Pusat pelatihan sepak bola harus dibangun dan diimbangi dengan mobilisasi pendanaan. Keseriusan  Presiden Joko Widodo dilanjutkan dengan menginstruksikan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainuddin Amali untuk ikut mengurus sepak bola indonesia agar meraih prestasi.

Kebanggaan Seluruh Rakyat

Sepak bola menjadi prioritas Presiden Joko Widodo, seakan-akan tidak melihat cabang olahraga yang lain, bukan tanpa alasan. Sepak bola adalah sarana memperkuat rasa kesatuan dan kebangsaan rakyat Indonesia. Prestasi sepak bola Indonesia selalu menjadi kebanggaan seluruh rakyat Indonesia.

Sepak bola merupakan olahraga paling populer di Indonesia dan kini terdapat 1.679 klub sepak bola di Indonesia, bahkan 77% rakyat Indonesia cinta sepakbola sehingga menempatkan Indonesia sebagai negara pencinta sepak bola nomor kedua di dunia.

Presiden Joko Wiododo menemui secara khusus Presiden FIFA Gianni Infantino di Bangkok, Thailand, untuk menyampaikan apresiasi kepada FIFA yang telah menunjuk Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2021 dan berdiskusi demi kebaikan dan kemajuan sepak bola nasional.

Kondisi sepak bola Indonesia saat ini bisa digambarkan sebagai baru bangun dari mati suri, tapi usaha untuk berbenah terbentur banyak masalah di luar lapangan. Mati suri yang dimaksud adalah keadaan sepak bola nasional saat terkena sanksi dari FIFA pada 2015-2016.

Kala itu, kompetisi domestik mandek dan kiprah di level internasional terhenti. Setelah sanksi dicabut, usaha membenahi keadaan tak mudah dilakukan. Kepengurusan PSSI 2016-2020 dilanda berbagai masalah. Berita soal mafia sepak bola yang melibatkan pengurus PSSI dan kerusuhan antarsuporter terus terjadi.

Harus segera dibuat pakta integritas yang melibatkan PSSI, klub, dan suporter untuk menghilangkan kerusuhan dalam sepak bola. Berkaca dari kerusuhan suporter yang terjadi pada musim kompetisi 2019 ini, sanksi berupa denda tidak ada efeknya.

Prestasi Dunia

Federasi sepak bola harus segera menyikapi serius masalah suporter ini. Utang-utang yang tertunggak menjadi berita yang menghiasi media massa selama hampir lima tahun terakhir. Prestasi tim nasional lebih banyak dibahas di meja-meja diskusi. Usaha untuk meraih prestasi itu terganggu berbagai kontroversi di luar lapangan.

Negara-negara sepak bola di ASEAN sudah menatap tujuan ke depan, masuk level Asia. Perkembangan sepak bola Vietnam bisa jadi menggambarkan salah satu wajah pertumbuhan ekonomi negara itu. Dulu, kekuatan Indonesia selalu berada di atas Vietnam. Saat ini, tim nasional Indonesia kalah bersaing dengan tim nasional Vietnam.

Vietnam menjadi kekuatan baru tidak hanya di Asia Tenggara, tetapi juga mulai dipandang di level Asia. Dalam kompetesi Piala Asia, Vietnam berhasil masuk ke babak delapan besar Piala Asia. Prestasi itu menjadi catatan positif bagi perkembangan sepak bola Vietnam. Sepak bola Vietnam hampir mengalami situasi serupa dengan situasi sepak bola Indonesia.

Saat itu, Vietnam dibelenggu persoalan korupsi dan masalah manajemen di bidang keuangan. Berhadapan dengan persoalan itu, Vietnam bertindak cepat. Vietnam memfokuskan diri pada pembinaan pemain generasi muda. Pada level admistrasi, Vietnam sungguh-sungguh memperbarui struktur dan manajemen sepak bola.

Kepemimpinan dalam komisi sepak bola diganti total. Alhasil, hal itu berdampak pada perkembangan sepak bola mereka hingga kini. Kesuksesan Vietnam juga tidak lepas pada keyakinan diri mereka. Dari hasil pembinaan pemain muda tercipta generasi para pemain yang berdedikasi, antusias, dan tidak gentar menghadapi tim nasional mana pun.



Selain itu, bagian dari proses perkembangan sepak bola Vietnam adalah para pemain belajar memenangi sebuah pertandingan. Para pemain diyakinkan kalau mereka bisa memenangi pertandingan. Kesuksesan Vietnam tidak lepas dari kesabaran dan kerja keras. Formula ini bisa menjadi pelajaran bagi tim nasional negara lain, termasuk Indonesia.

Pemain Muda

Kesuksesan sepak bola Vietnam juga berkaitan dengan proses pembentukan pemain muda dan sangat mendukung perkembangan pemain muda. Dalam setiap kompetesi yang diikuti, tim nasional Vietnam terus mengorbitkan dan bahkan memercayai para pemain muda.

Liga domestik yang bagus akan berdampak besar pada tim nasional. Kompetesi liga domestik bisa memengaruhi penampilan tim nasional. Kalau jadwal dan regulasi liga domestik bisa berjalan dengan baik, bukan tidak mungkin para pemain tim nasional juga ikut berkembang.

Kesuksesan Vietnam tidak terlepas dari iklim kompetesi liga domestik (V League One). Di liga Vietnam, Komisi Sepak Bola Vietnam (VPF) membenahi pemain muda, regulasi liga, sponsor pertandingan, relasi dengan penonton, dan fans tim. Dalam membangun relasi dengan fans, VPF membangun jaringan dengan fans secara terbuka atau lewat media sosial.

Indonesia perlu belajar dari perkembangan sepak bola Vietnam. Pada 10 tahun terakhir, sepak bola Vietnam berkembang pesat. Kekalahan Indonesia dari Vietnam menunjukkan tim nasional Vietnam tumbuh dan berkembang jauh meninggalkan tim nasional Indonesia.

Mungkin kita masih bermimpi masuk Piala Dunia, sementara Vietnam bisa saja menjadi salah satu tim yang lolos dan terlibat di Piala Dunia. Sudah mulai ada tanda-tanda lewat penampilan Vietnam di level ASEAN maupun Asia. Indonesia patut bangga terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2021 setelah memenangi bidding di Shanghai, Tiongkok.

Kepastian Indonesia terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2021 setelah mengalahkan Peru, Brasil, dan tiga negara Timur Tengah yang menjadi tuan rumah bersama: Bahrain, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Ini adalah kali pertama Indonesia menggelar turnamen berkelas FIFA.

Indonesia sebelumnya menjadi tuan rumah Piala Asia pada 2007, itu pun bersama tiga negara Asia Tenggara lain, yakni Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Indonesia juga menggelar kejuaraan multievent Asian Games pada 1962 dan 2018. Akan ada tim nasional dari 24 negara yang tampil di Piala Dunia U-20 2021, termasuk Indonesia sebagai tuan rumah.

Ukraina merupakan juara bertahan Piala Dunia U-20 setelah tahun ini mengalahkan Korea Selatan di final. Ketua umum PSSI harus konsisten membenahi permasalahan dalam persepakbolaan Indonesia. Harus ada pembaruan, perubahan, dan berani merevolusi sepak bola nasional. Jadikan momentum Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2021 tersebut sebagai wahana evaluasi sejauh mana perkembangan filosofi sepak bola Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya