SOLOPOS.COM - Adegan sendratari Matah Ati pada pementasan hari pertama di Pamedan magkunegaran, Solo, Sabtu (8/9/2012) malam. (Burhan Aris Nugraha/JIBI/SOLOPOS)

Matah Ati akan ditampilkan di Malaysia pada Mei mendatang.

Solopos.com, SOLO – Drama tari Matah Ati yang disutradarai Atilah Soeryadjaya dan penata artistik Jay Subiakto bakal dipentaskan di Istana Budaya, Kuala Lumpur, Malaysia, pada 7-9 Mei tahun ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Atilah mengatakan 97 kru, mulai dari pemain, penabuh alat musik, perias, dan lain-lain akan diboyong ke Malaysia pada 5 Mei mendatang.

Mereka bakal menyajikan pertunjukan berdurasi 90 menit dengan menampilkan lagu-lagu Jawa dan musik yang dikombinasikan dengan adaptasi kontemporer gaya tari klasik Surakarta.

“Kami membawa hampir 100 orang untuk pentas besok. Selain itu, berbagai kebutuhan dan peralatan pentas seberat 2 ton sudah kami kirim beberapa hari lalu menuju Malaysia,” kata Atilah saat berbincang dengan solopos.com melalui sambungan telepon, Kamis (16/4/2015).

Atilah mengaku sebelum menggelar pertunjukan kali ini, sudah mengajak pemain dan kru untuk ziarah ke makam Rubiyah –tokoh atau karakter dalam dramatari Matah Ati. Dia menampik kegiatan itu menjadi ritual khusus yang harus dilakukan.

Menurut Atilah, para pemain dan kru bisa mencontoh semangat perjuangan prajurit perempuan yang menjadi istri Raden Mas Said tersebut.

“Sudah sebulan kami latihan. Setiap malam kecuali Sabtu dan Minggu kami mempersiapkan diri untuk pertunjukan awal Mei mendatang. Anak-anak saya minta untuk menjaga kesehatan. Kami juga sudah menyediakan dokter untuk memberikan vitamin,” jelas dia.

Atilah mengaku senang mendapat tawaran untuk pentas di Malaysia. Dia merasa bangga bisa mendapat kesempatan untuk mengenalkan salah satu bagian dari budaya Jawa di hadapan masyarakat Internasional.

“Sudah sekitar 7 tahun kami ada. Saya senang dan bangga hingga saat ini Matah Ati masih mendapat apresiasi dari berbagai pihak,” kata Atilah.

Pertunjukan Matah Ati menceritakan kisah cinta pada abad ke-18 tentang perjuangan seorang gadis desa bernama Rubiyah. Rubiyah menjadi pahlawan perang dari 40 wanita tentara yang berperang saat invasi Belanda ke Mangkunegaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya