SOLOPOS.COM - Suasana saat panggung masih dibuat. Bangunan kuno bekas markas Legiun Mangkunegaran menjadi tambahan dekorasi yang tak dijumpai dalam panggung Matah Ati sebelum ini, yang selalu digelar di teater tertutup. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Kemegahan tata panggung terlihat saat adegan pernikahan RM Said dengan Rubiah atau RA Matah Ati saat pergelaran Matah Ati di Pamedan Mangkunegaran. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Pertunjukan sendratari Matah Ati memang spektakuler. Namun salah satu titik perhatian adalah pada desain panggung yang unik. Tak mudah membuat panggung untuk pementasan kolosal Matah Ati yang melibatkan ratusan penari dengan tatanan panggung miring itu. Terlebih ketika membawa konsep panggung yang awalnya indoor ke panggung outdoor. Ditambah, panggung untuk pergelaran yang menceritakan tentang konflik di tanah Jawa dengan percintaan itu disertai lambang-lambang Jawa dan Keraton Mangkunegaran.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satu simbol Mangkunegaran yang tak ada dalam panggung indoor Matah Ati adalah bangunan kuno bekas markas Legiun Mangkunegaran. Di ruangan terbuka yang menampung lebih dari 5.000 orang itu, bangunan berciri khas tulisan Kavaleri-Artileri itu di belakang panggung semakin menambah nilai artistik. Bahkan, agar menyatu dengan panggung, bangunan Kavaleri asli ditambah dua triplek di masing-masing sisi agar bangunan tetap terlihat lebar dan menyatu dengan panggung. Ditambah efek-efek dari video mapping untuk menambah kesan kuno bangunan. Simbol lain ialah bentuk keris menjulang tinggi yang muncul saat RM Said bertapa, dua simbol laki-laki dan perempuan yang di pasang masing-masing sisi panggung dan beberapa simbol lain.

Suasana saat panggung masih dibuat. Bangunan kuno bekas markas Legiun Mangkunegaran menjadi tambahan dekorasi yang tak dijumpai dalam panggung Matah Ati sebelum ini, yang selalu digelar di teater tertutup. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Manajer Produksi Matah Ati, Inet Leimena, mengatakan butuh waktu cukup panjang untuk membuat panggung Matah Ati. Sang penata artistik, Jay Subyakto, sebelum menggarap panggung Matah Ati, melakukan riset di Perpustakaan Mangkunegaran sejak 2008. Riset dilakukan agar menghasilkan panggung modern tanpa meninggalkan makna filosofi setiap simbol. “Mas Jay itu sangat hati-hati dalam mengkonsep panggung. Lewat panggung itu, juga diharapkan masyarakat Solo tau banyak tentang simbol-simbol yang digambarkan,” tambah Inet.

Lebih lanjut, menurut Inet, meski panggung Matah Ati di Solo berada di arena terbuka, konsep utama pembuatan panggung itu tetap sama dengan pementasan sebelumnya saat masih di ruangan tertutup. Beberapa hal yang tak bisa dimunculkan di panggung terbuka, disiasati dengan gerak tari, efek cahaya dan asap. Salah satu adegan tersebut adalah saat sukma RM Said harus terbang. “Di panggung outdoor kami enggak bisa membuat adegan itu,” ujar Inet.

Konsultan Teknis Matah Ati, Toto Arto, menambahkan Matah Ati yang digarap sekitar 150 tim produksi itu menggunakan kekuatan sound sebesar 100.000 watt. Lebih dari dua kali lipat kekuatan sound saat di ruangan tertutup. Sementara, property yang digunakan untuk pementasan itu mayoritas dibawa langsung dari Jakarta dengan menggunakan sekitar 35 truk barang.

Guna menyempurnakan penampilan saat pementasan berlangsung setiap hari panggung Matahati selalu dibenahi oleh tim teknis. “Soalnya kemiringan panggung kadang sedikit berubah. Atau banyak triplek-triplek yang menggelembung dan paku-paku yang menonjol. Padahal malamnya penari menari tanpa alas kaki,” terang Toto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya