SOLOPOS.COM - Risma tampak menangis dalam tayangan Mata Najwa bertema Blak-blakan dengan Risma di Metro TB (Youtube.com)

Solopos.com, JAKARTA – Di program Mata Najwa yang disiarkan oleh Metro TV, Rabu (12/2/2014) malam, Wali kota Surabaya Tri Rismaharini membagikan apa yang ia rasakan dan masalah yang menghampirinya selama 3 tahun memimpin kota terbesar kedua di Indonesia itu. Saat ditanya tentang kerapnya ia turun sendiri mengatasi masalah, perempuan yang akrab disapa Risma itu berkilah bahwa dengan cara itulah ia bisa mempercepat penyelesaian masalah.

Risma selama ini memang tak seperti Joko Widodo yang kerap blusukan demi mengetahui masalah atau bernegoisasi dengan warganya. Risma lebih dari itu, ia tak ragu mengatur sendiri arus lalu lintas atau turut mengguyurkan air kala kebakaran menimpa warganya.

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

Pada kenyataannya, langkahnya itu kerap dikomentari sinis oleh sebagian politikus. Risma sejak mula memang tak mereka sukai, bahkan ia sempat hendak dilengserkan oleh mereka. Konon sikap para politikus itu terkait dengan hilangnya upeti bagi para legislator dan partai politik pengusungnya.

Saat ditanya mengenai kegemarannya turun langsung menyelesaikan masalah yang dinilai sebagian kalangan tak pantas dilakukan seorang wali kota, Risma menyangkal. Menurut dia, memang seperti itulah mestinya yang seharusnya ia lakukan jika ingin semua masalah cepat terselesaikan.

Ia mengaku tak peduli dengan omongan orang lain. “Saya tidak tahu itu gaya apa, masalah yang saya hadapi banyak sekali. Kalau cepat terselesaikan kan saya jadi bisa menyelesaikan pekerjaan lainnya,” kilah Risma.

Sebagian kalangan di Kota Surabaya memang menyebut Risma lebay karena kerap menangani masalah sendiri. Menurut orang-orang yang didominasi kalangan politik—tak terkecuali dari partai politik yang mengusungnya dalam pilkada—Risma sebagai walai kota seharusnya cukup menginstruksikan perintah kepada bawahannya.

Risma pun bersikukuh tak peduli dengan apapun anggapan orang. Ia pun lalu menceritakan tentang peristiwa yang ia pernah ia alami ketika menghadapi mecet. Dengan mengusut sendiri penyebab macet saat itu juga, maka ia dapat dengan cepat menyelesaikan penyebabnya.

“Saya pernah menghadapi kemecetan sehingga saya harus memanjat jembatan untuk mengejar waktu agar bisa mencapai tujuan tepat waktu. Setinggi 10 meter saya memanjat jembatan tersebut, setelah itu saya meumpang mobil patroli terbuka. Begitu saya sampai di tempat, setengah jam kemudian sopir saya sampai. Hal itu sekaligus sebagai bukti bahwa masalah cepat selesai jika saya yang lansung turun tangan,” paparnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya