SOLOPOS.COM - Wali Kota Surabaya Rismaharani (JIBI/istimewa)

Solopos.com, JAKARTA – Di saat para elite politik berlomba-lomba mencalonkan diri sebagai presiden Republik Indonesia, Tri Rismaharini, wali kota Surabaya yang dijagokan sebagian kalangan menandingi elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo justru menyatakan tak berminat dengan jabatan semacam itu.

“Saya tidak tertarik menjadi presiden, jadi wali kota saja sudah susah. Apalagi menjadi seorang presiden yang dengan tanggung jawab yang sangat tinggi.”

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Risma mengaku tekanan yang ia terima sebagai wali kota saja sudah demikian besar, tentu tekanan yang bakal diemban seorang presiden jauh lebih besar lagi. Karena itulah, jabatan presiden tak menarik baginya. “Saya tidak tertarik menjadi presiden, jadi wali kota saja sudah susah. Apalagi menjadi seorang presiden yang dengan tanggung jawab yang sangat tinggi.”

Pernyataan itu diungkapkan Risma dalam program acara Mata Najwa yang ditayangkan Metro TV, Rabu 12/2/2014) malam. Risma bahkan tetap beesikukuh dengan keenganannya itu kendati Najwa Shihab yang memandu acara itu memaparkan betapa tinggi elektabilitasnya berdasarkan sejumlah survei. Ia bahkan berada di urutan pertama survei yang dilakukan lembaga penelitian Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang mencari sosok penyeimbang Joko Widodo.

Hasil survei itu terpaksa dipampang Najwa karena Risma mengaku tak pernah memperhatikan survei yang memposisikan dirinya sebagai kandidat kuat yang mampu berlaga dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2014 dengan Joko Widodo.

Saat ditanya tentang penilaiannya terhadap sosok Jokowi, Risma tak mau membicarakannya. Menurut Risma, sudah tak ada waktu lagi untuk sekadar menilai orang lain mengingat beban tanggung jawabnya sebagai wali kota Surabaya. “Saya tidak mau menilai orang lain. [Lagi pula] waktu saya sudah habis untuk mengurusi Kota Surabaya,”  ujar Risma.

Kendati diulas media massa tak sebanyak Joko Widodo, sebagian kalangan menengah Kota Pahlawan mengenal Risma sebagai sosok yang selalu langsung menyelesaikan masalah kota di lokasi. Ia langsung mengajak serta anggota staf pemerintah kotanya datang ke lokasi untuk membicarakan, mencarikan solusi, dan bertindak begitu ada mendengar ada keluhan warga.

Langkah Risma yang bisa mendadak memimpin pemadam kebakaran saat terjadi kebakaran, atau mengatur arus lalu lintas tak bisa dimungkiri langsung diketahui publik. Bahkan meskipun raksasa media massa lokal Surabaya yang juga menguasai sebagian pasar media massa nasional acuh tak acuh dalam melaporkan kiprah Risma bagi pembacanya.

Kendati tak utuh benar, tayangan Mata Najwa di Metro TV itu tampak mencoba mengulas lengkap kiprah Tri Rismaharini yang senantiasa luput dari ekspose dari media massa tersebut. Sejumlah rekaman video disajikan, termasuk di kala insinyur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu marah-marah dan menantang kontraktor menerangkan cara membangun gedung kala kontraktor itu terpergok menyalahi bestek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya