SOLOPOS.COM - Pengunjung berfoto di jembatan selfie Bukit Cinta Dukuh Kepuh, Desa Gunung Gajah, Bayat, Klaten, Senin (22 5/2017). (Mariyana Ricky/JIBI/Solopos)

Hobi plesir dan senang-senang yang tumbuh mematahkan asumsi penurunan daya beli.

Solopos.com, JAKARTA — Kendati banyak yang mensinyalir adanya penurunan daya beli, namun Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa konsumsi masih tetap tumbuh meski melambat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistisk BPS Sri Soelistyowati menjelaskan bahwa konsumsi riil masih cenderung terus meningkat. Hanya terjadi perlambatan pertumbuhan karena ada kecenderungan untuk menahan belanja.

“Kalau daya beli turun atau negatif tidak tahu arah negara ini. Ini masih tetap tumbuh, hanya pertumbuhan yang lambat, secara nominal masih terdapat peningkatan belanja. Memang melambat jika dibandingkan di 2016, dari 5,18 % ke 5,01 %,” katanya.

Selain itu, adanya perubahan pola konsumsi masyarakat yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan yang lebih tinggi di level konsumsi untuk kegiatan waktu luang (leisure activities). BPS sendiri menggolongkan komoditas yang termasuk dalam kegiatan waktu luang antara lain hotel, restoran, tempat rekreasi, dan kegiatan kebudayaan.

“Pertumbuhan konsumsi secara tahunan untuk komoditas leisure dan non-leisure cenderung berbanding terbalik. Konsumsi leisure melonjak ketika ada sedikit pelambatan di non-leisure,” kata Sri Soelistyowati di Hotel Borobudur, Senin (14/8/2017).

Dengan masih tumbuhnya daya beli, tuduhan bahwa perekonomian Indonesia yang sempat lesu pun terbantahkan. Hal itu pun dipertegas oleh Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman yang mengatakan bahwa perekonomian Indonesia tumbuh stabil pada triwulan II/2017. Baca juga: Faisal Basri Sebut Daya Beli Tak Merosot, Tapi Ini yang Diwaspadai.

Kata Agusman, pertumbuhan tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh meningkatnya kinerja investasi, baik investasi bangunan atau non-bangunan. Bank Indonesia pun memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2017 akan ada di kisaran 5,0%-5,4%, inflasi terkendali di 4%±1, sedangkan pertumbuhan kredit sebesar 10-12% dan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 9-11%.

Senada, Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Damhuri Nasution memaparkan ekspor Indonesia diproyeksikan akan tumbuh baik sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dunia. Konsumsi rumah tangga juga diprediksi akan tumbuh relatif stabil, di sisi lain konsumsi pemerintah juga akan semakin baik sejalan dengan kondisi fiskal yang semakin kredibel. Baca juga: Daya Beli Melemah? Orang Pilih Jalan-Jalan Ketimbang Pamer HP.

“Indeks siklus bisnis juga menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia masih dalam masa ekspansi dalam siklus bisnisnya. Dengan latar belakang seperti itu, maka Perekonomian Indonesia ke depan tidak menuju perlambatan,” kata Damhuri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya