SOLOPOS.COM - Pameran produk-produk mebel digelar Asosiasi Pengusaha Mebel Gunungkidul (Apmeg) di lapangan Alun-alun Wonosari, Jumat (10/7/2015). Pameran yang berlangsung selama 9-14 Juli ini diharapkan bisa meningkatkan penjualan mebel produk lokal Gunungkidul dan membuka peluang pasar di luar negeri. (JIBI/Harian Jogja/Uli Febriarni)

Masyarakat ekonomi ASEAN sudah mulai berlaku, namun pelaku usaha di Gunungkidul masih menghadapi kendala ekspor

Harianjogja.com, JOGJA-Pengusaha Usaha Mikro Kecil dan Menengah, termasuk di dalamnya industri kreatif masih memiliki kendala untuk mengembangkan usaha bisnis mereka di tingkat ekspor secara mandiri. Masih banyak di antara mereka yang memilih untuk menitipkan produk dagangan mereka kepada eksportir yang lebih besar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan penuturan Kepala Seksi Distribusi dan Perlindungan Konsumen Disperindagkoptam Kabupaten Gunungkidul, Supriyadi, sejauh ini sudah banyak pelaku UMKM sudah siap menghadapi MEA 2016, meski demikian tidak sedikit yang berkat persiapan dan tidak sedikit pelaku usaha kecil yang memilih menjual bahan mentah mereka, atau setengah jadi kepada pelaku usaha di luar Gunungkidul.

Selanjutnya, para pembeli itu akan menyempurnakan produk Gunungkidul lalu menjualnya kembali ke pasar ekspor.

“Jadi yang menjual adalah kolega mereka, eksportir yang lebih besar. Yang disayangkan, terkait paten seringkali produk Gunungkidul yang dikirimkan belum dipatenkan produksi Gunungkidul, jadi kemungkinan besar diakui sebagai produk si eksportir [bukan produk Gunungkidul] bisa terjadi,” ujarnya.

Disinggung persoalan tantangan yang dihadapi para pelaku usaha kecil di Gunungkidul dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015, ia menyebut tantangannya adalah harga produk mereka yang harganya lebih mahal dibanding produk Tiongkok, Thailand yang dibuat di pabrik, sedangkan produk lokal masih menggunakan cara tradisional dan buatan tangan.

“Tapi ini juga menjadi keunggulan produk Gunungkidul, sekalipun lebih mahal, kami menyasar pasar khusus yang menyukai produk buatan tangan. Karena memang dari segi kualitas dan desain tentu berbeda, kami tetap memiliki pasar tersendiri, jadi kami tinggal mempertahankan kualitas dan inovasi produk,” terangnya.

Di samping itu, Supriyadi menambahkan, produk usaha kecil yang diekspor ke luar negeri, bukan lagi hanya menyasar negara-negara ASEAN, melainkan sudah menyasar ke sejumlah negara di Afrika, Eropa.

“Tidak usah risau, selain sudah mempersiapkan diri, kami juga membidik pasar baru, Timur Tengah, intinya produk Gunungkidul memiliki pangsa pasar dan peminat tersendiri dibanding produk pesaing,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya