SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak buang sampah (Freepik)

Solopos.com, BOYOLALI—Masyarakat diminta memilah sampah dan mengolah atau menjual sampah anorganik yang dihasilkan oleh rumah tangga. Hal itu sebagai salah satu upaya mengantisipasi terjadinya overload di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Desa Winong, Boyolali.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Boyolali, Lusia Dyah Suciyati, ketika berbincang dengan Solopos.com, Rabu (15/12/2021). Dia mengatakan fokus Pemkab Boyolali terkait isu sampah semakin dikerucutkan untuk penyelesaian di tingkat desa atau rumah tangga. Salah satunya menggencarkan beberapa program seperti bank sampah dan gerakan memilah sampah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Kami tidak terlalu muluk-muluk masyarakat atau bank sampah itu bisa mengolah sampah menjadi produk. Yang terpenting bagi kami adalah bisa mengurangi beban sampah yang masuk ke TPA. Keluarga yang menghasilkan sampah bisa memilah dulu dan yang punya nilai jual bisa dikumpulkan dan masuk ke bank sampah atau dijual ke tukang rosok. Langkah itu bisa membantu mengurangi beban sampah di TPA dan potensi munculnya sampah liar yang dibuang sembarangan,” ungkap dia.

Baca Juga: 5 Menit Menegangkan di Alun-Alun dan Setda Wonogiri

Meskipun diakui saat ini kondisi TPA di Desa Winong masih belum masuk kategori overload, namun apabila permasalahan sampah tidak diselesaikan di tingkat desa atau rumah, dikhawatirkan dalam waktu dekat akan terjadi overload. Hal ini berdasarkan data yang dimiliki DLH Boyolali yang mencatat setidaknya terdapat 280 ton sampah per hari yang dihasilkan oleh masyarakat Boyolali.

“Dari total itu 48 ton sudah tertangani menjadi pupuk organik dan lainnya, 40 ton sampah masuk ke TPA. Kemudian kemungkinan sekitar 68 ton sisanya menjadi masalah karena dibuang secara liar di sembarang tempat,” imbuh dia.

Sampah liar yang lebih banyak dari yang tertangani menurut Lusia berkaitan dengan kesadaran masyarakat. Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat agar mau untuk memilah dan memanfaatkan sampah untuk kegunaan yang memiliki nilai ekonomi.

Baca Juga: Boyongan ke Plaza Kuliner, Pedagang Rawa Jombor Buka Lembaran Baru

“Semua sampah itu bisa dimanfaatkan dan ada nilai ekonominya. Kembali lagi, kalau tidak bisa mengolah, bisa dikumpulkan dan dijual ke tukang rosok. Itu lebih baik dibandingkan dibuang secara liar di sembarang tempat,” beber dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya