SOLOPOS.COM - Masjid di Tolikara, Papua, yang dibakar saat penyelenggaraan salat Idulfitri, Jumat (17/7/2015) pagi. (Istimewa/Metrotv)

Masjid di Papua dibakar saat Lebaran di Tolikara, Papua.

Solopos.com, TOLIKARA – Polisi telah memeriksa 25 saksi terkait aksi kerusuhan berujung pembakaran musala di Karubaga, Tolikara, Papua, Jumat (17/7/2015) lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sementara itu, seorang korban penembakan pada kerusuhan itu, Tines Wenda, hingga kini masih dirawat di RSUD Karubaga. Ia mengalami luka tembak di lengan bagian kiri, namun kondisinya sudah membaik.

“Memang permintaan pasien untuk dirawat di sini,” kata Kepala RSUD dr. Delwin di sela kunjungan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise menjenguk korban di rumah sakit itu, Selasa (21/7/2015).

Ekspedisi Mudik 2024

Dilansir Antara, Mensos menyerahkan bantuan untuk korban sebagai santunan dari pemerintah untuk meringankan beban mereka.

Menurut Delwin, ada 12 korban saat kerusuhan yang terjadi bertepatan dengan Shalat Id itu namun korban lainnya dirujuk ke Wamena dan ada yang dirawat di Jayapura.

Mensos mengatakan semua korban mendapatkan santunan. Bantuan dititipkan kepada pemda setempat untuk diserahkan kepada korban dan ahli waris yang meninggal.

Pada bagian lain, Polres Tolikara terus melakukan penyelidikan terkait kerusuhan itu.

“Hingga saat ini sudah ada 25 orang yang kita periksa. Dalam memeriksa kita juga harus hati-hati agar tidak memicu konflik lanjutan,” ujar Kapolres Tolikara AKBP Soeroso di lokasi kebakaran Tolikara, Papua, Selasa.

Soeroso mengatakan puluhan orang yang diperiksa terdiri atas aparat Polri, TNI, dan masyarakat.

“Semua masih kita dalami dan periksa,” kata dia seperti dikutip dari Detik.

Soeroso menuturkan inisden itu sangatlah sensitif. Ia hanya memastikan Polri sudah melakukan tugasnya sesuai dengan SOP yang ada.

“Saat kejadian saya sedang salat disana. Saat itu mereka melempari batu dan saat itu juga saya langsung meminta imam menghentikan salat. Tetapi mereka tetap melempari dan kami memberikan tembakan peringatan tiga kali untuk meminta massa mundur,” ujar Soeroso.

“Karena yang menyerang dari berbagai arah saya coba mediasi gagal. Lalu tiba-tiba mereka membakar karena dibilang ada yang terkena tembakan. Padahal tidak ada yang tertembak. Semua sudah sesuai dengan SOP. Saya saja menjadi korban pemukulan,” tambah Soeroso.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya