SOLOPOS.COM - Masjid Al Hidayah di Dukuh Slametan, Desa Gatak, Kecamatan Ngawen menjadi satu-satunya bangunan yang masih berdiri di tengah proyek tol Solo-Jogja di Gatak, Jumat (25/11/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN–Bangunan masjid di Dukuh Slametan, Desa Gatak, Kecamatan Ngawen terlihat mencolok.

Masjid itu kokoh berdiri meski bangunan di sekelilingnya sudah rata dengan tanah untuk proyek pembangunan jalan tol Solo-Jogja.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Pantauan Solopos.com, masjid bernama Masjid Al Hidayah berukuran 7 meter x 7 meter itu berada di antara lahan yang sudah diuruk dan diratakan dengan tanah. Dari jalan raya Klaten-Ngupit, bangunan itu terlihat menjadi satu-satunya bangunan yang berdiri di tengah proyek pembangunan proyek strategis nasional tersebut.

Sesekali terlihat lalu lalang truk pengangkut material tanah uruk yang melintas di samping masjid tersebut. Masjid itu berjarak sekitar 50 meter dari permukiman terdekat.

Masjid itu hingga kini masih difungsikan untuk pusat kegiatan keagamaan warga di sekelilingnya. Azan masih terdengar dari masjid tersebut. Seperti pada Jumat (25/11/2022), sejumlah ibu-ibu memberesi mangkuk untuk soto yang sebelumnya disajikan kepada jemaah seusai melaksanaan Salat Jumat di masjid yang kini berada di tengah proyek tol.

Ketua Takmir Masjid Al Hidayah, Lamianto, 52, mengatakan sebelumnya ada 13 bangunan rumah di sekeliling Masjid Al Hidayah.

Namun, belasan bangunan rumah warga itu satu per satu mulai dibongkar setelah pemiliknya menerima UGR dari tim pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol.

Lamianto mengatakan banyak orang yang penasaran lantaran posisi masjid itu kini cukup unik, berdiri di tengah proyek tol. Orang-orang yang berdatangan itu kerap menyangka jika proses pembebasan masjid tersebut bermasalah.

Namun, Lamianto menegaskan tak ada masalah pada proses pembebasan lahan serta bangunan masjid yang teruntuk pembangunan jalan tol itu.

Hanya, proses pembebasan lahan dan bangunan masjid itu lebih panjang dibandingkan proses pembebasan lahan serta bangunan milik pribadi.

Masjid itu berdiri di atas tanah kas desa. Proses pembebasan lahan dan bangunan masjid itu mengikuti tahapan pembebasan tanah kas desa yang terdampak pembangunan tol.

Salah satu tahapan yakni pengajuan izin ke gubernur sebelum diajukan ke Lembaga Manajeman Aset Negara (LMAN) hingga dilanjutkan pencairan UGR.

“Saat ini tahapannya baru proses pengajuan izin ke gubernur,” kata Lamianto saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Jumat.

Lamianto menjelaskan nilai UGR yang bakal diterima untuk pembebasan bangunan masjid itu senilai Rp822 juta. Sesuai aturan, UGR yang diterima harus digunakan untuk membangun masjid.

Rencananya, masjid baru dibangun di tengah permukiman tak jauh dari lokasi saat ini. Ada seorang warga yang mewakafkan tanahnya untuk dibangun masjid. Lamianto berharap UGR atas tanah dan bangunan masjid itu bisa segera cair.

“Setelah nanti menerima UGR, langsung dibangun masjid. Insya Allah lokasi penggantinya lebih luas. Lahan yang disiapkan sekitar 340 meter persegi. Mudah-mudahan proses mengurus wakaf berjalan lancar,” kata dia.

Disinggung jemaah masjid, Lamianto menjelaskan selain warga sekitar, para pekerja proyek tol kerap melaksanakan salat di masjid tersebut. Begitu pula dengan warga yang semula tinggal di Dukuh Slametan dan pindah ke desa lain gara-gara rumahnya terdampak pembangunan jalan tol Solo-Jogja.

Mereka masih sering berkunjung dan salat di masjid itu terutama ketika Salat Jumat. Hal itu mereka lakukan sekaligus melepas kangen salat di masjid itu serta bercengkerama dengan takmir serta jemaah masjid lainnya.

Bagi Lamianto, masjid yang bakal dibongkar dan harus dipindah itu menyisakan banyak kenangan. Masjid itu sudah berdiri sejak puluhan tahun silam dan mengalami beberapa kali renovasi. Meski menyimpan banyak kenangan, mau tidak mau bangunan masjid itu harus dibongkar dan dipindahkan untuk pembangunan jalan tol Solo-Jogja.

“Ustaz saya itu cerita kalau sejak 1968, masjid sudah ada di sana. Saya sejak umur delapan tahun sudah sering ke masjid itu. jadi merasa handerbeni dengan masjid,” kata dia.

Sebelumnya, Kasi Pengadaan Tanah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Klaten, Sulistiyono, mengatakan ada sekitar 11 masjid yang berdiri di tanah kas desa yang terdampak pembangunan jalan tol Solo-Jogja. Proses pembebasan tanah dan bangunan masjid di tanah kas desa itu masih berproses.

“Sebenarnya kalau menurut PP No 19 tahun 2021 itu bisa digantikan dengan uang. Tetapi berhubung ada UU Wakaf, jadi bangunan harus berganti dengan bangunan dan tanah harus berganti dengan tanah,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya