SOLOPOS.COM - Umbul Nilo, Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Klaten, Senin (7/2/2022). Umbul Nilo Daleman memiliki air berkualitas bagus dan suasana kompleks umbul yang asri. (Solopos.com/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATENKlaten hingga kini dikenal sebagai salah satu lumbung pangan nasional. Salah satu yang mendukung keberlangsungan pertanian di Klaten, yakni kekayaan umbul alias sumber mata air.

Dari tahun ke tahun, Klaten terus mengalami surplus beras. Pada 2021, Klaten surplus beras sekitar 157.000 ton. Jumlahnya meningkat dibandingkan 2020 sekitar 141.000 ton.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten, Widiyanti, mengatakan kawasan pertanian pangan berkelanjutan (KP2B) di Klaten sekitar 32.000 ha. Dari total luasan itu, sekitar 31.000 ha merupakan sawah dan sisanya atau 1.000 ha nonsawah.

Luasan KP2B itu sesuai Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). KP2B adalah wilayah budi daya pertanian terutama di wilayah perdesaan yang memiliki hamparan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B).

Sementara, LP2B adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.

Baca Juga: Isi Prasasti Upit, Bukti Desa Tertua di Indonesia Ada di Klaten

“Rencana untuk LP2B sekitar 25.300 ha,” kata Widiyanti saat ditemui Solopos.com, Kamis (28/7/2022).

Soal sumber irigasi, Widiyanti mengatakan beragam, mulai dari sumber mata air, bendungan, sungai, dan lain-lain. Sementara, sawah yang selama ini mendapatkan irigasi dari sumber mata air sekitar 5.367 ha atau sekitar 17 persen dari total sawah.

Lahan pertanian yang mendapatkan irigasi dari sumber mata air itu menyebar. Dia mencontohkan seperti sumber mata air dari Kecamatan Polanharjo dimanfaatkan untuk mengairi sawah hingga ke wilayah hilir seperti di Kecamatan Delanggu.

Soal kualitas padi yang mendapatkan irigasi dari mata air, Widiyanti mengatakan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Namun, keunggulan irigasi dari sumber mata air, yakni kondisi airnya relatif masih murni.

Baca Juga: Candramaya Pool and Resort Dalangan Klaten, Kental dengan Nuansa Bali

“Harus diuji terlebih dahulu dari aspek kandungan gizi dan lainnya. Yang jelas, air dari sumber mata air itu kondisinya masih murni. Tidak ada kontaminasi dan lainnya,” jelas dia.

Tak hanya menyokong pertanian di daerah lumbung pangan nasional, kekayaan sumber mata air menyokong budi daya perikanan. Sentra produksi perikanan di Klaten banyak terdapat di daerah dekat dengan sumber mata air, seperti di Kecamatan Karanganom, Polanharjo, serta Tulung.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Bidang Perikanan DKPP Klaten, produksi ikan di Klaten pada 2021 mencapai 306.317 kuintal. Produksi terbanyak berasal dari wilayah Kecamatan Polanharjo (98.550 kuintal), Tulung (57.760 kuintal), dan Karanganom (39.983 kuintal).

Produksi ikan terutama ikan nila dari petani ikan di Klaten dipasarkan di wilayah Klaten dan sekitarnya. Bahkan, kini pemasaran ikan nila Klaten hingga ke Papua. Ikannya mayoritas berasal dari wilayah Kecamatan Polanharjo yang menjadi salah satu daerah yang kaya dengan sumber mata air.

Baca Juga: Bukan Polanharjo, Ini Kecamatan Terbanyak Miliki Mata Air di Klaten

“Air bersih dan sehat memengaruhi tingkat kehidupan ikan baik itu untuk pembibitan maupun pembesaran. Kalau kualitas airnya jos, otomatis tingkat produksi juga bagus. Air dari sumber mata air sangat bagus untuk budi daya ikan. Fakta membuktikan memang tingkat budi daya ikan tertinggi di tiga kecamatan, yakni Karanganom, Tulung, dan Polanharjo dengan kondisi di sana banyak sumber mata air,” kata Subkoordinator Bidang Perikanan DKPP Klaten, Murtopo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya