Angkringan
Minggu, 27 Desember 2009 - 12:48 WIB

Masih ada ruang untuk introspeksi

Redaksi Solopos.com  /  Budi Cahyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Terima kasih, Pak. Happy moments, praise God. Difficult moments, seek God. Quiet moments, worship God. Painful moments, trust God. Every moment, thank God.”

Kutipan itu adalah salah satu pesan pendek dari seorang teman yang merespons ucapan Natal dan Tahun Baru yang saya kirimkan lewat fasilitas pesan pendek tersebut.

Advertisement

Terus terang, saya sangat senang membaca SMS itu. Sangat pas dan mengena. Dalam situasi apapun, dalam lingkungan apapun, dan timing apapun, kutipan-kutipan tadi sangat tepat.

Begitu pun ketika memanggil ulang memori atas perjalanan waktu sepanjang tahun ini, yang penuh catatan, pasang surut, dan lika-liku persoalan.

Tahun ini, catatan saya atas sejumlah isu seperti memenuhi isi kepala tumplek-bleg jadi satu, baik dalam bidang ekonomi dan bisnis, politik, sosial-budaya maupun kehidupan kemanusiaan yang kita alami sehari-hari.

Advertisement

Ini tidak saja memberikan gambaran bahwa kehidupan kita, baik dalam ranah pribadi, bermasyarakat maupun berbangsa dan bernegara serta dalam jangkauan lebih luas lagi ber-globalisasi, begitu semarak dan dinamis.

Tidak saja ini menjadikan kehidupan semakin penuh warna tetapi juga semakin penuh tantangan, penuh risiko dan penuh tuntutan kehati-hatian.

Melihat satu persatu catatan yang terekam dalam ingatan saya, dan barangkali juga Anda, jelas sekali dinamika itu.

Di bidang sosial politik dan demokrasi, tahun ini kita berhasil melewati pemilihan umum anggota DPR serta presiden dan wakil presiden dengan relatif mulus. Secara mengejutkan Partai Demokrat berhasil memenangi pemilu dengan perolehan suara seperlima dari total pemilih sah yang ikut pemilu.

Advertisement

Nggak usah diperdebatkan bahwa pemilih yang mendatangi tempat-tempat pemungutan suara tak sampai 60%, yang penting faktanya Demokrat menjadi juara.

Bahkan, seperti Anda tahu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono yang diusung Partai Demokrat dan koalisinya, meraih tempat terhormat dengan lebih dari 60% suara pemilih yang mencoblos di tempat-tempat pemungutan suara.

Juga tak perlu diperdebatkan bahwa hampir 40% pemilih terdaftar tidak ikut mencoblos di pesta demokrasi itu, faktanya SBY menang mutlak dalam kompetisi politik tersebut.

Maka harapan akan situasi politik yang stabil dan dukungan parlemen yang kokoh berkat koalisi yang dijalin SBY, termasuk saat menempatkan Taufik Kemas sebagai Ketua MPR. Inilah “happy moment” itu.

Advertisement

Namun realitasnya kini, kemenangan mutlak dengan koalisi besar tersebut ternyata tidak menjamin stabilitas politik seperti yang diharapkan.

Hanya berselang beberapa hari setelah Kabinet Indonesia Bersatu jilid II dilantik, koalisi besar yang semula diharapkan menjadi tulang punggung stabilitas politik mulai goyah.

Entah picu persoalan muncul dari ketidakpuasan terhadap formasi kabinet atau faktor lain, sejumlah anggota DPR, termasuk dari fraksi pendukung utama koalisi, meloloskan hak angket Bank Century, yang mempersoalkan bailout bank itu pada November 2008 silam.

Gendro atau ribut-ribut politik pun bak gelombang pasang beberapa saat kemudian, apalagi muncul pula kasus perseteruan Polri dan KPK yang diplesetkan oleh petinggi kepolisian sebagai cicak melawan buaya.

Advertisement

Program 100 hari lantas dilupakan orang. National Summit yang digagas pemerintah untuk ajang urun rembug nasional bagi kebangsaan pun tertelan gelombang pasang instabilitas politik itu. Orang mulai mencemaskan situasi bisnisnya, jangan-jangan pertarungan ini tak berkesudahan.

Difficult moment sedang kita lalui dalam kehidupan politik. Mungkin kita mesti banyak berdoa. Supaya tidak seperti kata anak saya ketika sedang meledek temannya: “Kacian deh loe…”

Jika dalam kehidupan politik-dan demokrasi-tengah menghadapi ujian sulit, dalam area ekonomi-bisnis juga susah-susah mudah.

Bisa jadi ada sebagian yang berdiri sendiri, tetapi kehidupan politik dan ekonomi-bisnis seperti bejana berhubungan.

Yang pasti, krisis global yang berkecamuk sejak 2008 berimbas suam-suam kuku pada perekonomian nasional, karena banyak faktor yang membuat kita beruntung.

Pautan yang belum begitu kuat antara ekonomi nasional dengan ekonomi internasional menyebabkan ekspor kita tak terlalu terpuruk ketika ekonomi dunia lesu darah.

Advertisement

Minimnya investasi perbankan nasional-bahkan nyaris nihil-terhadap produk investasi derivatif yang berbasis structured fund seperti banyak dijual bank-bank di Amerika juga membuat sistem perbankan kita selamat dari dampak subprime mortgage.

Lalu, kalau boleh dianggap blessing, ketidak-agresif-an BUMN kita terhadap investasi semacam structured fund, seperti halnya dilakukan Temasek, menyelamatkan aset perusahaan pelat merah kita dari kerugian yang besar.

Ringkasnya, ketidaktahuan kadang-kadang malah menjadi berkah terselubung.

Tentu, saya tidak bermaksud mengecilkan, karena ada bagian strategi pemerintah yang membuat ekonomi tetap terapung, sehingga Indonesia menjadi negara dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi terbesar ketiga setelah China dan India meski dihantam krisis global.

Dan itu pula yang menjadi jualan laris kampanye incumbent lalu, dengan bumbu keanggotaan Indonesia pada G-20 dan aneka penyedap rasa lainnya, seperti gaji pegawai negeri, subsidi langsung terutama dalam bentuk BLT, yang menjadikan incumbent kembali mendapatkan trust para simpatisan pemilihnya.

Dua lapangan itu saja, politik dan ekonomi, rasanya sudah cukup banyak melukiskan gambar Indonesia dewasa ini tanpa harus Anda lebih berkerut lagi untuk introspeksi.

Belum soal lain yang berseliweran saban hari, mulai dari kasus Prita, Bibit-Chandra, Luna Maya, hingga bunuh diri di mana-mana.

Rasanya, untuk sekadar refleksi dan introspeksi, hal itu sudahlah cukup membuka mata bahwa kita memang menjadi bangsa yang belum sepenuhnya menikmati kemerdekaan yang sesungguhnya.

Tetapi momentum untuk refleksi tahun ini dan resolusi tahun depan rasanya masih terbuka lebar. Selamat Natal dan Tahun Baru…

Oleh Arief Budisusilo
Anggota Dewan Redaksi Harian Jogja

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif