SOLOPOS.COM - Ilustrasi HIV/AIDS (ghanahealthnest.com)

Solopos.com, SOLO -- Sebanyak 744 warga Kota Solo terdeteksi sebagai orang dengan HIV/AIDS (ODHA) hingga akhir Juni 2019.

Angka itu diprediksi baru sebagian kecil atau sekitar 20,2 persen dari jumlah riil ODHA di Kota Bengawan. Sebab berdasarkan data Kemenkes tahun 2017, jumlah ODHA di Solo diprediksi mencapai 3.667 orang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Penjelasan itu disampaikan Programer Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Solo, Tomi Prawoto, saat diwawancara wartawan seusai peringatan Hari AIDS Sedunia (HAS) 2019 di Loji Gandrung, Minggu (1/12/2019).

Ekspedisi Mudik 2024

“Data kumulatif dari tahun 2005 hingga Juni 2019 tercatat ada 744 ODHA di Solo. Kurun waktu Januari hingga Juni 2019 saja ada tambahan 67 ODHA. Nanti awal tahun 2020 kami akan rekap lagi tambahan ODHA nya,” ujar dia.

Menurut Tomi Prawoto, 744 ODHA Solo tersebar di seluruh wilayah kelurahan. Tapi dari jumlahnya, Kecamatan Banjarsari dan Jebres menjadi wilayah dengan paling banyak ODHA disusul Laweyan, Pasar Kliwon, dan Serengan.

ODHA di Banjarsari paling banyak diduga karena banyaknya hotspot persebaran HIV/AIDS di wilayah itu. Tomi mencontohkan hotspot persebaran HIV/AIDS di Banjarsari seperti di sekitar Terminal Tirtonadi dan Kelurahan Gilingan.

Hotspot di Solo cukup banyak, seperti di wilayah Banjarsari itu ada sekitar terminal, Gang Jalak Gilingan dan Kestalan. KPA Solo sudah mempunyai peta hotspot persebaran HIV/AIDS yang rutin dilakukan pantauan,” imbuh dia.

Sedangkan dari karakteristik usia ODHA, menurut Tomi Prawoto, didominasi usia produktif umur 20 tahun hingga 49 tahun. Dia mengajak semua pihak bahu membahu mencegah persebaran HIV/AIDS mengingat bahaya penyakit itu.

Berdasarkan data KPA Solo ada 140 ODHA yang dilaporkan meninggal dunia. Salah satu pendekatan untuk mengurangi potensi persebaran HIV/AIDS yaitu menemukan ODHA agar mereka bisa menjalani pengobatan.

Selain itu dengan adanya pendampingan, ODHA tak menyebarkan HIV/AIDS kepada orang lain. “Dari ciri-ciri fisik, kalau baru HIV belum ada perbedaan dengan orang non ODHA. Tapi kalau sudah AIDS kelihatan banget fisiknya,” kata dia.

Penuturan disampaikan Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, saat diwawancara wartawan di sela acara, Minggu. Menurut dia, angka ODHA di Solo tinggi karena semua pemangku kepentingan bekerja allout menemukan ODHA.

“Di Solo semua bekerja, sehingga semakin banyak [ODHA] yang kami temukan. Contohnya WPA [warga peduli AIDS] yang telah bekerja di tingkat kelurahan dan RW. Hasilnya semakin banyak yang ikut tes HIV/AIDS,” terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya