SOLOPOS.COM - Petugas sampah Bidang Pertamanan dan Kebersihan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Wonogiri memindahkan sampah dari tempat penampungan sementara (TPS) sampah di Lingkungan Bauresan, Kelurahan Giritirto, Wonogiri ke bak truk untuk diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) di Ngadirojo, Wonogiri. Foto diambil, Jumat (24/7/2015). (Trianto Hery Suryono/JIBI/Solopos)

Masalah sampah setelah Lebaran terjadi di Wonogiri. Volume sampah naik dua kali lipat.

Solopos.com, WONOGIRI Volume sampah di tempat penampungan sementara (TPS) sampah Pasar Kota Wonogiri naik dua kali lipat saat Lebaran dibanding hari biasa.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Walau volume sampah naik, petugas sampah dari Bidang Pertamanan dan Kebersihan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Wonogiri tetap mengambilnya setiap hari pukul 06.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB.

Sampah dari Pasar Kota Wonogiri dipindahkan dan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) di Desa Kerjo Lor, Kecamatan Ngadirojo, Wonogiri. Hal itu dikatakan sopir truk pengangkut sampah, Edy, saat ditemui Solopos.com di lokasi TPS Lingkungan Bauresan, Kelurahan Giritirto, Kecamatan Wonogiri, Jumat (24/7/2015). Edy bersama lima rekannya, yakni Midin, Tarno, Budi, Yanto, dan Edy B. bercerita pada hari biasa sampah basah Pasar Kota Wonogiri hanya satu truk.

“Pada H+2 hingga H+4 Lebaran, volume sampah bertambah dua kali lipat. Dua kali truk mengambil sampah di Pasar Kota Wonogiri dan masih tersisa sedikit,” ujar Edy.

Menurut dia, semua petugas sampah sejak H-7 hingga H+10 Lebaran tidak libur. Midin menambahkan dirinya dan lima rekannya bertanggung jawab terhadap kebersihan di TPS Bauresan yang menjadi lokasi pembuangan sampah dari Pasar Kota Wonogiri.

TPS-TPS lain di Kecamatan Wonogiri ada penanggung jawab masing-masing, seperti di TPS GOR Giri Mandala, Kelurahan Wuryorejo, Wonogiri, TPS Kajen, Kelurahan Giripurwo, Wonogiri. Midin dan Edy mengatakan bau busuk sampah sudah akrab di hidung mereka.

Mereka meminta warga lebih disiplin dan membuang sampah di bak penampungan. “Sampah paling bau berasal dari bulu ayam. Terkadang, pembuang bulu ayam itu kucing-kucingan dengan petugas pengangkut sampah dan sering membuangnya di pinggir jalan, bukan di dalam bak. Kebiasaan itu merepotkan petugas sampah dan mengganggu pengguna jalan,” jelas dia.

Sebelumnya, Kepala Bidang (Kabid) Kebersihan dan Pertamanan DPU Wonogiri, Toto Prasojo, mewakili Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Wonogiri, Sri Kuncoro, mengatakan berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya para pemudik masih jorok dan membuang sampah sembarangan di jalur yang dilintasi.

“Pemudik terbiasa membuang sampah di pinggir jalan sembari melintas padahal di pinggir jalan sudah ada tempat sampah. Lebih baik berhenti sebentar sembari melepas penat daripada melempar sampah lewat jendela mobil,” ujar dia.

Menurut Toto, budaya bersih dan budaya membuang sampah di tempatnya berperan menyehatkan masyarakat dan menjaga lingkungan tetap bersih.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya