SOLOPOS.COM - Petani menyemprotkan pestisida untuk membasmi hama padi di Ngawi, Sabtu (29/8/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Ari Bowo Sucipto)

Masalah pertanian Boyolali, petani di sawah irigasi teknis diminta mewaspadai hama penggerek batang dan wereng cokelat.

Solopos.com, BOYOLALI–Petani di daerah irigasi teknis diminta mulai mewaspadai serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) terutama penggerek batang dan wereng cokelat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

OPT ini akan menyerang tanaman padi di tengah tingginya intensitas hujan sepanjang Maret yang mengakibatkan meningkatnya kelembapan udara.

Kepala Bidang  (Kabid) Produksi Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Dispertanbunhut) Boyolali, Supardi, mengatakan jika petani tidak cermat dan tidak hati–hati dalam mengawasi tanaman padinya, potensi serangan OPT bisa mengurangi hasil panen padi.

Irigasi teknis kebanyakan berada di wilayah Kecamatan Banyudono dan Sawit. Petani di dua wilayah itu diminta mengatur sirkulasi air jangan sampai air berlebihan. “Jangan sampai air di lahan sawah berlebihan. Segera buat saluran agar air cepat mengalir dan tidak lembap yang pada akhirnya memicu serangan hama penggerek batang atau wereng cokelat,” kata Supardi, kepada Solopos.com, belum lama ini.

Selain itu, petani harus menggunakan pupuk berimbang yakni tidak hanya menggunakan pupuk Urea namun dicampur dengan SP36, Phonska, dan pupuk organik karena pupuk urea bisa mengakibatkan udara lembab yang pada akhirnya memudahkan serangan OPT.

“Penggunaan Urea berlebihan akan mengakibatkan batang padi mudah roboh sebelum dipanen.”

Serangan hama wereng dan penggerek batang juga mulai dirasakan petani padi di wilayah Desa Dibal, Kecamatan Ngempak. “Ya, kalau musim-musim begini hama yang sering merusak tanaman padi adalah wereng dan penggerek batang. Di musim tanam pertama ini serangannya tidak terlalu besar. Salah satu antisipasinya adalah mengatur jumlah air,” kata seorang petani di Dibal, Slamet Wiyono.

Sementara itu, Supardi menjelaskan lahan pertanian teknis rata-rata mampu menghasilkan 7,2 ton gabah kering panen (GKP) per hektare. Berbeda dengan tanaman padi di daerah tadah hujan dengan hasil  panen lebih baik jika dibandingkan dengan di daerah irigasi teknis karena kelembapan udaranya tidak terlalu tinggi.

“Contohnya hasil panen padi tadah hujan di Desa Bendungan Kecamatan Simo. Satu hektare lahan mampu menghasilkan 8 ton hingga 9 ton GKP.” Pada umumnya, kata Supardi, hasil  panen padi di daerah tadah hujan  terutama di wilayah Boyolali utara lebih bagus dibandingkan dengan panen padi di wilayah irigasi teknis seperti di wilayah Boyolali selatan seperti di Banyudono dan Sawit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya