SOLOPOS.COM - Ilustrasi petani tebu (Paulus Tandi Bone/JIBI/Bisnis Indonesia)

Masalah perkebunan tebu yang dihadapi petani beragam seperti anjloknya harga saat panen.

Kanalsemarang.com, PURWOKERTO-Puluhan petani tebu yang mewakili beberapa wilayah di Keresidenan Banyumas mengadukan berbagai masalah seputar tebu yang dihadapi di lapangan kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024

Sedikitnya ada lima masalah utama yang dihadapi para petani tebu dan disampaikan langsung kepada Gubernur Jateng pada acara Ngopi Bareng Ganjar sebagai bentuk diplomasi penyelesaian berbagai masalah di masyarakat itu, di Purwokerto, Jumat (29/5/2015).

Seorang petani tebu dari Desa Srowok, Sarno, mengeluhkan harga tebu saat musim panen yang sangat rendah atau sekitar Rp180 per kilogram. Menurut dia, hal tersebut mengurangi minat para petani untuk menanam tebu dan beralih ke tanaman ketela.

“Kami juga kesulitan memperoleh bibit tebu karena bibit tanaman dari pemasok sering terlambat, sedangkan kami belum bisa membudidayakan bibit sendiri,” katanya.

Petani tebu yang lain, M. Sabidin mengadukan mekanisme pembayaran hasil panen tebu oleh pabrik gula yang dinilai memberatkan para petani tebu.

“Kami kesulitan memasarkan hasil panen tebu selain kepada pabrik gula sehingga tidak mempunyaj pilihan,” ujarnya.

Senada dengan Sabidin, Rasno juga menyayangkan pembayaran hasil panen tebu yang tidak lancar oleh pabrik gula. Rasno bahkan mengaku pembayaran hasil panen kebun tebunya sebesar puluhan juta rupiah belum dibayar oleh pabrik gula.

“Pabrik gula tidak bisa membayar hasil panen tebu para petani secara ‘sukses’, melainkan dengan cara diangsur beberapa kali,” katanya.

Dalam kesempatan bertatap muka langsung dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo itu, para petani tebu juga mengharapkan ada inovasi teknologi dalam memanen hasil kebun tebu.

Hingga saat ini para petani tebu masih menggunakan cara manual dalam memanen tebu dan harus mengeluarkan biaya Rp100/kg tebu untuk memanen.

Para petani tebu di Jateng juga sudah berupaya mengolah tebu menjadi gula merah, namun kesulitan dalam pemasarannya karena tidak mempunyai jaringan pemasaran.

Menanggapi berbagai keluhan para petani tebu tersebut, Ganjar meminta koperasi dan kelompok petani tebu ditata sehingga benar-benar dari, oleh, dan untun petani tebu.

“Para petani tebu juga dituntut berinovasi dalam mengolah hasil panen tebu,” ujarnya.

Ganjar menjelaskan bahwa kebutuhan tebu di tingkat nasional masih kurang sehingga petani tebu di Indonesia tidak boleh dilemahkan dan harus diperkuat.

“Kalau petani tebu di Indonesia, khususnya di Jateng, tidak mau menanam tebu lagi karena berbagai masalah yang dihadapi itu maka para pedagang gula kan senang karena ada alasan untuk melakukan impor gula,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya