Sampai di rumah, Gendhuk Nicole segera menuju ke dapur dan menghidangkan sop buntut yang akan dimakan bersama suaminya. Namun baru ngincipi satu sendok, mulut Gendhuk tampak komat-kamit seperti ada yang aneh. “Rasanya kok cuma asin tok, agak amis, dan dagingnya masih alot?” batinnya.
Tapi karena lapar, Gendhuk tetap memakannya meski cuma sedikit. Begitu juga dengan Jon Koplo, karena perut ngintir-intir, ia makan telap-telep dan srupat-sruput menikmati segarnya masakan sang mertua.
Setelah batin-batinan sampai siang, ternyata keganjilan itu baru terkuak ketika mereka makan bersama sang ibu. Usut punya usut, ternyata tadi pagi Gendhuk Nicole salah ambil. Di atas kompor gas memang ada dua panci berisi daging dan kuah. Yang isinya diambil Gendhuk adalah panci berisi kuah rebusan daging yang hanya dikasih garam, belum dibumbui. Sedangkan panci sebelah kiri berisi sop buntut yang siap makan.
Mengetahui hal itu meledaklah tawa mereka sekeluarga. “Ooo, dasar anak muda zaman sekarang, tidak bisa membedakan masakan,” ujar Bu Cempluk.
“Aku tadi cuma mbatin, kok rasanya kaya begini, tapi karena masakan mertua aku nggak berani ngomong,” jawab Koplo beralasan. Sementara Gendhuk Nicole hanya cengar-cengir kisinan ketahuan bodohnya, merasakan saja tidak bisa, apalagi memasaknya.
Aprilia M Kusumandari, Jetis RT 003/RW 001 Wonorejo, Polokarto, Sukoharjo