SOLOPOS.COM - Kristianto (dua dari kanan) setelah mengisi seminar penanggulangan radikalisme anak muda di Solo beberapa waktu lalu. (Istimewa/Dok PWI Solo)

Solopos.com, SOLO — Kristianto alias Mas Abby mantan anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Malang, dinyatakan bebas pada November tahun lalu setelah 2,5 tahun mendekam di Lapas Cipinang. Kini, sehari-hari ia berjualan siomay di sekitar kediamannya di wilayah Sukoharjo.

Abby tersangkut kasus aksi bom bunuh diri Surabaya tiga tahun lalu. Pengalamannya di penjara membuatnya sadar bahwa yang dilakukan kelompoknya dulu adalah perbuatan salah serta merugikannya diri dan keluarganya.

Promosi Siap Mengakselerasi Talenta Muda, Pegadaian Lantik Pengurus BUMN Muda Pegadaian

Baca Juga: Libur Lebaran 2021, Mal di Solo Baru Ramai Pengunjung

Abby saat berbincang dengan wartawan, belum lama ini, mengatakan setelah bebas ia tinggal di wilayah Sukoharjo bersama istri dan tiga anaknya. Ia bercerita setelah ditangkap, keluarganya terusir oleh warga dari Malang. Mereka pun pulang ke kampung halaman di Solo. Ia tidak ingin ada stigma buruk kepada keluarganya.

“Dulu belajar dari Youtube cara membuat Siomay. Kadang-kadang saya dipanggil mang padahal saya bukan orang Jawa Barat. Saya keliling dari pagi hingga magrib, pandemi seperti saat ini sedikit berat,” papar pria yang kini aktif mengisi seminar pencegahan radikalisme itu.

Ia mengaku merasa lebih bebas setelah lepas dari kelompok lamanya. Ia merasa lebih mudah bergaul dengan siapa saja tanpa batasan apapun. Dahulu, pergaulannya sangat terbatas hanya dengan anggota kelompoknya saja. Jika bergaul dengan anggota lain bakal memperoleh stigma kafir.

Saat mendekam di penjara, hal-hal itu baru ia sadari. Abby mencontohkan hal kecil saat di penjara, menganggap antek pemerintah itu kafir padahal makan pun jatah dari penjara. Hal itu membuatnya semakin yakin bahwa paham terorisme itu salah.

“Saya dulu di penjara juga sering gesekan, rekan-rekan saya keras. Semua ada pemikiran masing-masing kok. Kalau saya santai aja, banyak pemahaman yang tidak sesuai dengan keyakinan dan yang dilakukan,”papar dia.

Diminta Kembali

Abby mengakui setelah bebas belum ada anggota kelompok lamanya yang memintanya kembali. Beberapa kasus, beberapa eks napiter memperoleh ancaman. Namun, ia dengan tegas menolak dan tetap dalam pangkuan Ibu Pertiwi

“Gerobak siomay saya tulis nama saya [Mas Abby]. Saya tidak mau tahu, saya tidak kenal mereka [rekan lama]. Terserah saya dianggap temannya BNPT, aku mangan gak melok awakmu,” imbuh dia.

Baca Juga: Setelah Sepeda Motor, Kini Giliran Becak Masuk Tol

Tahun 2001 setelah menikah, ia mencari ilmu agama dengan mengikuti berbagai pengajian. Ia yang terus berpindah lokasi terus mempelajari berbagai aliran. Pertanyaan islam aliran apa yang ia yakini, membuatnya terus mencari hingga ke dunia maya. Namun, yang ia temui justru penindasan umat Islam di timur tengah.

Lalu, saat Abby menghadiri sebuah acara ia dibaiat menjadi pengikut ISIS pada 2014. Tugasnya, mencari anggota baru untuk kelompok mereka. Caranya, pendekatan dari hati ke hati, door to door, hingga pengajian. Perjalanannya menjadi pimpinan JAD Malang karena rekan-rekannya lebih dulu ditangkap polisi. Sehingga ia dipercaya menjadi pimpinan JAD Malang pada 2017.

“Sekarang fokus jualan siomay sama istri saya di Sukoharjo. Seringkali saya menerima pesanan dari kantor-kantor,” papar Abby.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya