SOLOPOS.COM - Maryadi (JIBI/SOLOPOS/Triyono)

Maryadi (JIBI/SOLOPOS/Triyono)

Kecintaan pria 54 tahun bernama lengkap Maryadi ini kepada dunia seni sudah dimulai sejak masih kanak-kanak. Mulai dari seni rupa, seni musik, tarik suara sampai ke perwayangan dan pedalangan, semua digelutinya.

Promosi Tragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade

Tetapi perkembangan dunia pewayangan yang kian meredup tak urung menimbulkan keprihatinannya.

“Banyak yang berbicara mengajak melestarikan perwayangan dan budaya Jawa yang adiluhung, tapi sayang kebanyakan sekedar berhenti diomongan, tidak ada upaya konkritnya,” ungkapnya ketika ditemui Espos di sela-sela kesibukannya di Sukoharjo, Rabu (21/12/2011) siang.

Terbentuk sebagai ahli tatah sungging wayang, suami Anik ini justru lebih banyak menekuni bidang seni rupa dan untuk sementara memilih hanya menyimpan keahlian yang dimiliki. Hal itu tak lepas dari kondisi dunia wayang yang kian suram.

Untuk tetap menyalurkan minatnya melestarikan wayang, pria asli Sukoharjo ini ikut menggeluti dunia wayang lincak dan belajar menjadi dalang.

Beberapa bulan lalu Maryadi sempat menyabet juara I di Lomba Pembuatan Wayang Lincak yang digelar Forum Lintas Aktivis Sukoharjo (FLAS).

Mengenai upaya pelestarian kesenian wayang, menurutnya memang tak mudah dan memerlukan biaya sangat besar.

Sangat ironis karena ditengah euforia negara-negara lain menyanjung-sanjung dan mengelu-elukan wayang, di Indonesia masyarakat justru jarang yang peduli dan tak diminati.

Menurut pehobi musik ini, hal lain yang tak kalah penting dan harus dipertahankan dalam rangka mempertahankan eksistensi wayang adalah dengan melakukan inovasi dalam penyajiannya.

Hal itu agar generasi muda lebih mudah memahami tokoh-tokoh maupun cerita yang tampilkan.

“Sangat mengherankan. Generasi muda sekarang justru lebih mengenal Doraemon dan Sinchan dibanding tokoh perwayangan. Padahal dari sisi pendidikan sebenarnya (Doraemon dan Sinchan) tak mendidik,” kritiknya.

(Triyono)

Kecintaan pria 54 tahun bernama lengkap Maryadi ini kepada dunia seni sudah dimulai sejak masih kanak-kanak. Mulai dari seni rupa, seni musik, tarik suara sampai ke perwayangan dan pedalangan, semua digelutinya.

Tetapi perkembangan dunia pewayangan yang kian meredup tak urung menimbulkan keprihatinannya.

“Banyak yang berbicara mengajak melestarikan perwayangan dan budaya Jawa yang adiluhung, tapi sayang kebanyakan sekedar berhenti diomongan, tidak ada upaya konkritnya,” ungkapnya ketika ditemui Espos di sela-sela kesibukannya di Sukoharjo, Rabu (21/12/2011) siang.

Terbentuk sebagai ahli tatah sungging wayang, suami Anik ini justru lebih banyak menekuni bidang seni rupa dan untuk sementara memilih hanya menyimpan keahlian yang dimiliki. Hal itu tak lepas dari kondisi dunia wayang yang kian suram.

Untuk tetap menyalurkan minatnya melestarikan wayang, pria asli Sukoharjo ini ikut menggeluti dunia wayang lincak dan belajar menjadi dalang.

Beberapa bulan lalu Maryadi sempat menyabet juara I di Lomba Pembuatan Wayang Lincak yang digelar Forum Lintas Aktivis Sukoharjo (FLAS).

Mengenai upaya pelestarian kesenian wayang, menurutnya memang tak mudah dan memerlukan biaya sangat besar.

Sangat ironis karena ditengah euforia negara-negara lain menyanjung-sanjung dan mengelu-elukan wayang, di Indonesia masyarakat justru jarang yang peduli dan tak diminati.

Menurut pehobi musik ini, hal lain yang tak kalah penting dan harus dipertahankan dalam rangka mempertahankan eksistensi wayang adalah dengan melakukan inovasi dalam penyajiannya.

Hal itu agar generasi muda lebih mudah memahami tokoh-tokoh maupun cerita yang tampilkan.

“Sangat mengherankan. Generasi muda sekarang justru lebih mengenal Doraemon dan Sinchan dibanding tokoh perwayangan. Padahal dari sisi pendidikan sebenarnya (Doraemon dan Sinchan) tak mendidik,” kritiknya.



(Triyono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya